Sabtu, 18 Februari 2012

Sa’id bin ‘Amir

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 06.31
Nama lengkapnya Sa’id bin ‘Amir bin Hadzim al-Jumahiy al-Quraisy. Beliau adalah seorang Amir (penguasa tempatan) yang zuhud.
Mengenai keislamannya dapat kita lihat dari kisah berikut. Suatu hari beliau keluar ke Tan’im, suatu tempat di dekat Mekkah, untuk menyaksikan kematian Khubaib bin Adiyyu, sahabat Rasulullah. berita itu beliau dengar dari pembesar musyrik Quraisy setelah mereka merasa menang menangkap sahabat Rasulullah itu. Ramai orang-orang Quraisy berkumpul di tempat itu. Diantara pembesarnya ada Abu Sufyan bin Harb, Shofwan bin Ummayah dll. Kesempatan ini digunakan musyrik Quraisy untuk mencari perhatian orang-orang dan sekaligus membuat balas dendam kepada Rasulullah setelah mereka kalah dalam perang Badar.
Tangan Khubaib diikat dengan tali kuat-kuat. Dan tubuhnya disalib di tiang. Tapi sebelum dieksekusi mati, Khubaib meminta mereka untuk sholat dua rakaat. “Jika kalian tidak keberatan. Tinggal aku sendirian. Aku hendak sholat dua rakaat sebelum kalian membunuhku” kata Khubaib. Mereka pun memenuhi permintaannya. Khubaib pun melakukan sholat dua rakaat. Selesai sholat, mereka mulai memotong tubuhnya di hadapan orang ramai. Satu demi satu anggota tubuhnya dipotong. Pada waktu itu Sa’id melihat Khubaib menghadapkan wajahnya ke langit sembari berdo’a, “Allahumma Ahshihim ‘adada waqtulhum badada wala tughodir minhum ahada (Ya Allah beri balasan pada mereka satu demi satu tidak ada yang tertinggal. Bunuhlah mereka hingga tidak tersisa. Dan jangan ada yang lari dari mereka satupun.” Beberapa lama kemudian beliau menghembuskan nafasnya setelah tusukan pedang dan pukulan menghujani tubuhnya.
Sejak peristiwa itu, dirinya sangat susah untuk membuang ingatan itu. Ada pelajaran penting dari peristiwa itu yaitu hidup memagang akidah dan berjuang di jalan Allah hingga titik darah terakhir. Dengan keimanan akan lahir kekuatan. Setelah melalui perenungan, tiba-tiba cahaya Islam datang di hatinya. Maka sejak itu dirinya berikrar masuk Islam di hadapan orang ramai. Dan berjanji meninggalkan sesembahan patung dan prilaku jahiliyah.
Setelah itu beliau pergi ke Madinah untuk bertemu dengan Rasulullah. di sanalah beliau menimba ilmu Islam dari Rasulullah dan memberikan bakti kepada Rasulullah. beliau juga ikur dalam perang Khoibar dan peperangan setelahnya. Beberapa tahun kemudian Rasulullah pun wafat. Beliau sangat ridho dengan takdir Allah itu. Wafatnya tidak mengurangi ketakwaannya kepada Allah.
Pada masa kekholifahan Umar, beliau ditunjuk untuk menjadi penguasa di “Himsh”. Dengan rendah hati beliau menolak tawaran itu. Umar pun sedikit marah dengan penolakannya itu. “Demi Allah, aku tidak akan biarkan kamu. Apakah kalian akan letakkan amanah dan khilafah itu semua di pundakku, kemudian kalian tinggalkan aku?” begitu kata Umar. Akhirnya beliau menerima tawaran umar itu. Umar pun kemudian memberikan bekal kepadanya.
Pada waktu Umar datang ke Syam dan tinggal di Himsh, Umar meminta daftar orang-orang miskin. Ternyata diantar daftar orang-orang miskin itu ada nama Sa’id bin ‘Amir. Kontan saja Umar menanggis melihat keadaan itu. Hingga kemudian Umar memberinya seribu dinar. Ketika uang itu diambil darinya, Sa’id mengembalikan lagi ke Umar sembari berkata, “Kami milik Allah dan kami kelak akan kembali pada-Nya.” Istri Umar merasa heran dengan sikapnya itu. “Kamu ini kenapa Sa’id” kata istri Umar. “Keduniaan datang menghantuiku bersamaan dengan fitnah dunia” kata Sa’id. Namun akhirnya uang itu diambilnya dan dibagikan kepada orang-orang miskin.
Suatu ketika penduduk Himsh melapor ke Umar bin Khottob bahwa Sa’id (pemimpinnya) tidak keluar rumah di waktu siang hingga sore dan tidak menerima tambu hingga malam. Dalam sebulan beliau hanya dua hari saja keluar untuk menyapa kami setelah itu kami tidak melihat lagi. Beliau pun tidak tahu dan sadar apa yang disekitarnya. Akhirnya Umar pun memangil Sa’id untuk bertanya mengenai keluhan dan laporan dari penduduknya. Dengan tenang beliau menjawab; yang pertama bahwa beliau tidak mempunyai pembantu. Maka setiap pagi membuah adonan dan membuat roti sendiri untuk dibagikan kepada penduduk. Setelah itu beliau berwudhu dan keluar rumah. Kedua, malam dijadikan untuk ibadah kepada Allah dan siangnya untuk mengabdi pada rakyatnya. Ketiga beliau tidak mempunyai pembantu dan juga baju penganti. Kemudian beliau cuci bajunya sekali dalam sebulan dan menunggu baju itu hingga kering. Kemudian beliau keluar menjumpai rakyatnya di petang hari. Keempat, beliau seolah-olah tidak peduli ketika beliau mengingat kematian Khubaibib bin Adawiyy.
Beliau dikelan sebagai penguasa yang zuhud dan menzakatkan uang yang diterimanya. Pada tahun 20 Hijriah, beliau meninggal dunia di Syam.
Refrensi/Rujukan
  1. al-Qur’an al-Karim
  2. al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibn Katsir
  3. Hilyatul Aulia, Abu Nu’aim al-Ashbahany
  4. As-Siroh an-Nabawiyah, Ibn Hisyam
  5. al-Ishobah fi tamyiz as-Shohabah, Ibn Hajr asl-Atsqolani
  6. Shuwarun min hayati as-Shohabah, Dr.Abdurahman Ro’fat Pasha
  7. Udhomaul Islam, Muhammad Siad Mursy
  8. Rijalun wa nisaun haula Rasul (kompilasi dari kitab at-Thobary, Ibn Katsir, Ad-Dhahby dan As-Suyuti), Ahmad Sya’ban bin Ahmad
  9. Rijalun wa nisaun haula Rasul, Said Yusuf Abu Aziz
  10. Rijalun haula Rasul, Kholid Muhammad Kholid
  11. Shohih Muslim
  12. Musnad al-Imam Ahmad
  13. Fathul Bary fi Syarh as-Shohih al-Bukhori, Ibn Hajar
  14. Sirah Rijal haula ar-Rasul, Hany an-Najah, penerbit at-Taufiqiyah, Kairo, Mesir tanpa tahun.

Sabtu, 18 Februari 2012

Sa’id bin ‘Amir

Nama lengkapnya Sa’id bin ‘Amir bin Hadzim al-Jumahiy al-Quraisy. Beliau adalah seorang Amir (penguasa tempatan) yang zuhud.
Mengenai keislamannya dapat kita lihat dari kisah berikut. Suatu hari beliau keluar ke Tan’im, suatu tempat di dekat Mekkah, untuk menyaksikan kematian Khubaib bin Adiyyu, sahabat Rasulullah. berita itu beliau dengar dari pembesar musyrik Quraisy setelah mereka merasa menang menangkap sahabat Rasulullah itu. Ramai orang-orang Quraisy berkumpul di tempat itu. Diantara pembesarnya ada Abu Sufyan bin Harb, Shofwan bin Ummayah dll. Kesempatan ini digunakan musyrik Quraisy untuk mencari perhatian orang-orang dan sekaligus membuat balas dendam kepada Rasulullah setelah mereka kalah dalam perang Badar.
Tangan Khubaib diikat dengan tali kuat-kuat. Dan tubuhnya disalib di tiang. Tapi sebelum dieksekusi mati, Khubaib meminta mereka untuk sholat dua rakaat. “Jika kalian tidak keberatan. Tinggal aku sendirian. Aku hendak sholat dua rakaat sebelum kalian membunuhku” kata Khubaib. Mereka pun memenuhi permintaannya. Khubaib pun melakukan sholat dua rakaat. Selesai sholat, mereka mulai memotong tubuhnya di hadapan orang ramai. Satu demi satu anggota tubuhnya dipotong. Pada waktu itu Sa’id melihat Khubaib menghadapkan wajahnya ke langit sembari berdo’a, “Allahumma Ahshihim ‘adada waqtulhum badada wala tughodir minhum ahada (Ya Allah beri balasan pada mereka satu demi satu tidak ada yang tertinggal. Bunuhlah mereka hingga tidak tersisa. Dan jangan ada yang lari dari mereka satupun.” Beberapa lama kemudian beliau menghembuskan nafasnya setelah tusukan pedang dan pukulan menghujani tubuhnya.
Sejak peristiwa itu, dirinya sangat susah untuk membuang ingatan itu. Ada pelajaran penting dari peristiwa itu yaitu hidup memagang akidah dan berjuang di jalan Allah hingga titik darah terakhir. Dengan keimanan akan lahir kekuatan. Setelah melalui perenungan, tiba-tiba cahaya Islam datang di hatinya. Maka sejak itu dirinya berikrar masuk Islam di hadapan orang ramai. Dan berjanji meninggalkan sesembahan patung dan prilaku jahiliyah.
Setelah itu beliau pergi ke Madinah untuk bertemu dengan Rasulullah. di sanalah beliau menimba ilmu Islam dari Rasulullah dan memberikan bakti kepada Rasulullah. beliau juga ikur dalam perang Khoibar dan peperangan setelahnya. Beberapa tahun kemudian Rasulullah pun wafat. Beliau sangat ridho dengan takdir Allah itu. Wafatnya tidak mengurangi ketakwaannya kepada Allah.
Pada masa kekholifahan Umar, beliau ditunjuk untuk menjadi penguasa di “Himsh”. Dengan rendah hati beliau menolak tawaran itu. Umar pun sedikit marah dengan penolakannya itu. “Demi Allah, aku tidak akan biarkan kamu. Apakah kalian akan letakkan amanah dan khilafah itu semua di pundakku, kemudian kalian tinggalkan aku?” begitu kata Umar. Akhirnya beliau menerima tawaran umar itu. Umar pun kemudian memberikan bekal kepadanya.
Pada waktu Umar datang ke Syam dan tinggal di Himsh, Umar meminta daftar orang-orang miskin. Ternyata diantar daftar orang-orang miskin itu ada nama Sa’id bin ‘Amir. Kontan saja Umar menanggis melihat keadaan itu. Hingga kemudian Umar memberinya seribu dinar. Ketika uang itu diambil darinya, Sa’id mengembalikan lagi ke Umar sembari berkata, “Kami milik Allah dan kami kelak akan kembali pada-Nya.” Istri Umar merasa heran dengan sikapnya itu. “Kamu ini kenapa Sa’id” kata istri Umar. “Keduniaan datang menghantuiku bersamaan dengan fitnah dunia” kata Sa’id. Namun akhirnya uang itu diambilnya dan dibagikan kepada orang-orang miskin.
Suatu ketika penduduk Himsh melapor ke Umar bin Khottob bahwa Sa’id (pemimpinnya) tidak keluar rumah di waktu siang hingga sore dan tidak menerima tambu hingga malam. Dalam sebulan beliau hanya dua hari saja keluar untuk menyapa kami setelah itu kami tidak melihat lagi. Beliau pun tidak tahu dan sadar apa yang disekitarnya. Akhirnya Umar pun memangil Sa’id untuk bertanya mengenai keluhan dan laporan dari penduduknya. Dengan tenang beliau menjawab; yang pertama bahwa beliau tidak mempunyai pembantu. Maka setiap pagi membuah adonan dan membuat roti sendiri untuk dibagikan kepada penduduk. Setelah itu beliau berwudhu dan keluar rumah. Kedua, malam dijadikan untuk ibadah kepada Allah dan siangnya untuk mengabdi pada rakyatnya. Ketiga beliau tidak mempunyai pembantu dan juga baju penganti. Kemudian beliau cuci bajunya sekali dalam sebulan dan menunggu baju itu hingga kering. Kemudian beliau keluar menjumpai rakyatnya di petang hari. Keempat, beliau seolah-olah tidak peduli ketika beliau mengingat kematian Khubaibib bin Adawiyy.
Beliau dikelan sebagai penguasa yang zuhud dan menzakatkan uang yang diterimanya. Pada tahun 20 Hijriah, beliau meninggal dunia di Syam.
Refrensi/Rujukan
  1. al-Qur’an al-Karim
  2. al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibn Katsir
  3. Hilyatul Aulia, Abu Nu’aim al-Ashbahany
  4. As-Siroh an-Nabawiyah, Ibn Hisyam
  5. al-Ishobah fi tamyiz as-Shohabah, Ibn Hajr asl-Atsqolani
  6. Shuwarun min hayati as-Shohabah, Dr.Abdurahman Ro’fat Pasha
  7. Udhomaul Islam, Muhammad Siad Mursy
  8. Rijalun wa nisaun haula Rasul (kompilasi dari kitab at-Thobary, Ibn Katsir, Ad-Dhahby dan As-Suyuti), Ahmad Sya’ban bin Ahmad
  9. Rijalun wa nisaun haula Rasul, Said Yusuf Abu Aziz
  10. Rijalun haula Rasul, Kholid Muhammad Kholid
  11. Shohih Muslim
  12. Musnad al-Imam Ahmad
  13. Fathul Bary fi Syarh as-Shohih al-Bukhori, Ibn Hajar
  14. Sirah Rijal haula ar-Rasul, Hany an-Najah, penerbit at-Taufiqiyah, Kairo, Mesir tanpa tahun.
 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez