Aku adalah anak kedua dari seorang ummi dan abi yang luar biasa. Namaku aisyah. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki dan seorang adik perempuan. Sekarang aku sudah memasuki masa remaja. Begitulah kata ummi dan abiku.
Sekarang aku duduk di bangku sma kelas 1. Aku tak memungkiri kalau sekarang ada yang berubah dari diriku. Entah kapan mulainya, aku mulai menyimpan rasa pada seorang lawan jenisku. Rasa itu muncul tiba-tiba. Ketika aku bertemu dengannya aku merasakan hal yang aneh pada diriku. Karena aku takut perasaan ini menguasaiku, akupun meminta saran kepada ummiku.
"Ummi, adek mau nanya. Tapi ummi jangan tertawa yah"
"Iyah adek. Kenapa adek"
"Ummi.. (Dengan panjang lebarpun aku menceritakan semuanya kepada ummi)
Dengan sangat bijak ummi menjawab
"Wajarlah kalau sekarang kamu merasakan hal seperti itu. Itu artinya kamu normal. Tapi disinilah Allah menguji umatnya. Seberapa jauh kita bisa bijak dengan sikap dan perasaan kita. Akan ada waktunya perasaan itu halal nak. Sekarang kamu terus saja berdoa kepada Allah agar diberi kekuatan untuk mengendalikan perasaanmu sampai suatu hari nanti perasaan itu betul-betul halal. Ummi hanya bisa memberi nasihat ini nak, Allah lah yang mampu menolong. Jangan pernah jauh dari Allah"
Mulai hari itu, aku mulai membiasakan diri untuk tidak terlalu memikirkan perasaanku.
"Semua ada waktunya" ucapku dalam hati. Sekarang waktunya aku menuntut ilmu.
Sebulan kemudian, kakakku memberitahuku kalau ada seseorang yang diam-diam mengagumiku.
"Ada yang nitip salam nih dek"
"Wslmualaikum wr wb k, emang siapa k"
"Si Adi"
"Oh"
Akupun langsung ke kamar selesai berbicara dengan kakak. Betapa kagetnya aku mendengar ucapan kakak tadi. Kak Adi adalah laki-laki yang aku taksir sebulan yang lalu. Di saat aku berusaha untuk mengubur perasaanku aku mendengar ucapan kakak seperti itu. Aku tak mampu memungkiri perasaan senangku. Dalam hatiku ada 2 kalimat yang saling bertengkar "perasaanku tak bertepuk sebelah tangan" dan "kendalikan perasaanmu".
Karena ucapan kakak pula semalaman aku tak bisa tidur.
"Astagfirullah, ada apa dengan aku? Aku tak ingin hal ini membuatku galau seperti ini"
Keesokan harinya, di halaman depan sekolah aku bertemu dengan kak Adi. Perasaan itu makin berkecamuk. Aku mencoba menahan perasaanku namun tiba-tiba ia menyapaku dan memberiku sepucuk surat dan sebuah coklat.
"Aku bisa gila karena ini, gimana bisa melupakan kalau dia semakin hari semakin menunjukkan pula perasaannya"
2 hari kemudian, kak Adi mulai mendekatiku dengan meng-add facebookku, meng-follow twitterku, bahkan sms ke nomorku.
Aku ingin meminta saran pada ummi tapi pada saat itu aku melihat ummi sangat sibuk mengurusi dedek kecil dan pekerjaannya di kantor.
Sedangkan kakakku sendiri malah terus mengompor-ngomporiku dengan menceritakan semua kebaikan dan kelebihan kak adi.
Dalam hati aku berucap "ah kakak, mau nyomblangin aku dengan kak adi. Harusnyakan kakakku menjagaku, kok malah kayak gini"
Masa muda memang masa paling galau.
Tanpa aku menduga sebelumnya, tepat dalam kelasku kak Adi datang dan mengutarakan perasaannya kepadaku di depan teman-teman kelasku. Aku bingung mau bilang apa. Aku takut jika aku membuat malu kak adi tapi aku juga takut kalau menjawab iya.
Akupun berlari ke luar kelas tanpa menjawab apapun. Langkahku entah mau kemana. Ternyata langkahku berhenti di depan mushala sekolah. Aku masuk ke sana dan membasahi diriku dengan wudhu dan mendirikan shalat sunah dhuha 2 rakaat. Setelah shalat, aku keluarkan semua yang menggangjal perasaanku
"Ya Allah, aku malu. Aku muak dengan masa muda ini. Jujur, aku memang mempunyai perasaan pula kepada kak Adi tapi entah kenapa aku merasa aneh dengan tingkah lakunya. Ya Allah, mohon pentunjukMu dan perlindunganMu"
Selesai shalat, waktu istirahat belum berakhir. Akupun menyegerakan diriku ke kantin. Di kantin aku melihat kakakku sedang makan dengan seorang gadis. Kucoba memandangnya dan ternyata itu adalah adik kak adi. Saat itu aku sangat marah pada kakak. Tega-teganya dia memanfaatkanku untuk mendekati adik kak adi itu. Kejadian itupun aku beritahu ke ummi dan abi.
Karena kejadian ini pula, aku dan kakak tak saling memandang dan menyapa. Kami bermusuhan sekitar seminggu lamanya. Kakak marah karena aku melaporkannya pada ummi dan abi. Abi sangat marah pada kakak. Karena seharusnya ia melindungiku namun justru hampir menjerumuskanku kepada sesuatu yang mendekati zina yaitu pacaran.
Sampai suatu hari, aku harus masuk rumah sakit karena dalam perjalanan pulang sekolah seseorang yang mengendarai motor menabrakku dan kabur. Saat itu yang menolongku adalah teman-teman kelasku yang kebetulan saat itu juga sedang berjalan pulang di belakangku. Ketika sadar, aku melihat di depanku kakakku yang sangat bersedih memandangiku. Saat itu juga teman-temanku menceritakan kejadian itu.
"Tadi itu, pengendara motor itu sengaja ingin menabrak kamu"
"Iyah, jelas-jelas kamu di pinggir jalankan"
"Oia, tadi kami catat DD motornya"
"Ini k"
Tiba-tiba kakakku dengan wajah penuh penyesalan
"Adek, maafin kakak. Harusnya kakak bisa jadi pelindung buat kamu. Bukan malah hampir menjerumuskanmu. Ini DD motor Adi. Sepertinya dia sakit hati karena kemarin kamu membuat dia malu di depan teman sekelasmu. Maafkan kakak, hampir saja kakak menjerumuskanmu kepada laki-laki seperti itu."
"G papa kok k"
"Kakak bangga punya adek yang mempunyai iman yang kuat seperti kamu"
Ummi dan abipun datang, untungnya aku hanya luka ringan karena terjatuh. Saat itu juga kakak ingin melaporkan kejadian itu ke polisi namun aku tahan
"Kak, kita selesaikan baik-baik saja. Jangan sampai semua ini nantinya hanya akan menjadi ajang balas dendam"
"Ummi setuju sama adek, sekarang kita tunggu sampa nanti malam. Kalau dia tidak datang kita lebih baik laporkan dia ke guru BP kamu dulu. Jangan langsung ke polisi. Kasihan dia kalau mesti dipenjarakan"
Selesai shalat magrib, kak adipun datang meminta maaf kepada kami sekeluarga. Ia mengakui perbuatan salahnya.
"Maafkan saya, saya memang sangat sulit mengendalikan emosi saya"
"Nak, coba kamu pikirkan akibat paling buruk dari perbuatanmu sebelum kamu melakukannya."
"Emosi itu adalah nafsu dari setan. Kamu banyak-banyak saja berdoa kepada Allah agar mampu mengendalikan emosimu nak"
"Adi, siapa yang membuatmu mau datang meminta maaf kesini"
"Sebenarnya kemarin ketika adikmu di bawa ke rumah sakit aku juga mengikutinya dari belakang. Aku kagum kepada sosok kakak sepertimu. Aku melihat sendiri dari balik pintu kamar rumah sakit di saat adikmu masih tak sadarkan diri. Engkau dengan tulus melantunkan ayat suci Al Quran. Saat itu aku langsung ingat pada adikku di rumah. Setelah itu aku pulang dan mulai untuk membuka lembaran baru lagi. Karena kalian, mata hatiku terbuka. Sesampaiku di rumah, kudirikan shalat dan kulantunkan pula ayat suci Al Quran."
@rahmisyam