Air mataku bercucuran di awal perjuangan ini. Sangat sulit bagiku menerimanya. Aku ingin di berjalan disini namun seakan dunia menentangku. Aku seakan orang asing dalam duniaku yang dulu. Aku seakan tak dikenali lagi bahkan tak dianggap.
Namaku adalah Zahra. Siswi sma kelas 3. Di pertengahan semester ini, aku mulai aktif di rohis sekolah. Jujur saja, ketika mengenal rohis ini aku merasa manusia paling bodoh dan berdosa di dunia ini. Melihat para aktivisnya yang begitu taat dan istiqomah di jalan Allah, aku malu pada diriku ini.
Awal aku bergabung, semangatku begitu berkobar. Dengan hanya mengharap ridhoNya aku mulai meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lamaku. Di pertengahan jalanku, aku mulai merasa aneh. Entah ada apa dengan teman-temanku bahkan keluargaku memandangku. Ada tatapan aneh pada mata mereka.
Setiap harinya, ibuku berkata "nak, jilbab terlalu panjang, kamu masih kecil, kurang enak dipandang"
Aku tak berani untuk mengeluarkan kata-kata apapun. Aku takut jangan sampai ada kata-kataku yang membuat ibuku bersedih.
Ketika belajar kelompok dengan teman-temankupun selalu terucap dari bibir mereka "buka aja sih kaos kakimu, siapa juga yang berminat dengan kaki itu"
Akupun menjawab "kakikan aurat wanita"
Lelah, letih mendengar setiap harinya hal-hal itu. Dalam kelelahan ini, aku hanya bisa mencurahkan semuanya kepada Allah. Hanya dia yang mampu memperkuatku.
"Ya Allah, hamba hanyalah makluk yang lemah. Hanya engkaulah Yang Memberikan Kekuatan. Kuatkanlah hamba dari segala hal yang sekarang hamba alami. Jangan biarkan langkah dakwah ini terhenti karena kelemahan hamba ini"
Alhamdulillah doa hamba didengar Allah, saat itu juga kegiatan rohis sangat padat. Otomatis aku lebih sering bersama dengan akhwat-akhwat dari rohis sekolah maupun dari luar sekolah. Dan keletihan dan keletihanku itu musnah karena akhwat-akhwat ini. Mereka selalu memberiku motivasi yang bersumber dari Al Quran dan Hadist. Mereka mencintaiku karena Allah, dan akupun begitu.
Sekarang hatiku sudah dikarantina. Sekarang aku kuat karena Allah. Walaupun badai menerpa lagi, aku tak ingin air mata ini jatuh lagi karena hal seperti itu. Aku hanya ingin air mata ini jatuh karena aku melakukan kesalahan di jalan Allah.
Setiap harinya tetap kudengar kata-kata dari keluarga dan teman-temanku. Aku tetap mendengarnya, tapi aku tak menyimpannya dalam hati. Aku juga tak pernah menyalahkan mereka ataupun membenci mereka. Cukuplah doa terucap untuk mereka "Ya Allah, berikanlah hamba dan semua saudara muslim hamba hidayahMu agar kami senantiasa berada di jalanMu"
Itulah perjuangan, "bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian".
Dan sekarang hal itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri. Tahukah kamu apa yang terjadi??
Ibuku berubah derastis, sekarang iapun menggunakan jilbab yang besar, bahkan ialah yang setiap malam membangunkanku untuk shalat tahajjud.
"Terima kasih Ya Allah"
Teman-temanku yang dulu mengomentari kaos kakiku, sekarang mereka juga terus mempertahankan aurat mereka untuk selalu ditutup.
"Terima kasih Ya Allah"