Kenyataan yang harus kuterima. Inilah dunia. Hanya memandang bulu dan rupa.
Namaku Fatih. Usiaku sekarang menginjak remaja. Dan hal inilah yang paling ku benci. Jerawatku tumbuh di wajah. Sangat memalukan dan menjijikkan bagiku.
Aku rasa-rasanya hanya ingin berada di dalam ruangan kamar ini. Aku tak ingin menemui siapapun. Diriku saja tak tega hati melirik ke cermin.
Semenjak saat itu, sifatku berubah derastis. Aku menjadi sosok yang sangat tertutup. Inginku hanya sendiri meratapi nasib ini.
Ku menunggu bulan demi bulan, jerawatku tak kunjung sembuh. Aku ingin marah, menangis, berteriak tapi pada siapa?? Aku tak tahu saat seperti ini tak ada yang menginginkanku. Melihatkupun tak sudi.
Sendiri. Itulah yang kualami. Tak ada siapapun di sampingku. Harus kuterima takdir ini.
Di tengah kesepianku ini, aku begitu menderita lahir maupun batin. Kucoba bangkit, mulai lagi hidupku. Mencoba bersosialisasi, tapi semua orang dengan mudahnya mengatakan kepadaku "mukamu jerawatan yah??"
Tak tahukah kalian jikalau aku sudah menderita menanggung beban jerawat ini??? Sekarang kalian menambah bebanku dengan kata-kata seperti itu.
Kebangkitanku tak bertahan lama karena aku lelah mendengar pendapat kalian semua. Aku tahu manusia yang kalian anggap adalah manusia yang cantik rupanya dan mempunyai kedudukan. Sedangkan aku??
Wajah jerawatan, tak punya kedudukan apapun.
Aku tak tahan dengan semua ini?? Adakah yang bisa menolongku keluar dari masalah ini???
"Astagfirullah, aku lupa pada Allah. Aku fokus pada kelemahanku. Sehingga aku terjatuh terus dan tak mampu bangkit"
Kubasuh tubuhku dengan air wudhu. Ku ambil mukenah dan sajadah. Ku menceritakan segala keresahan dan penderitaanku kepada Allah Tuhanku. Aku memohon maaf karena aku lupa padaNya.
Alhamdulillah, setelah mendapat pencerahan dari shalat ku coba bangkit. Sekarang kupertegas langkahku. Ku ucapkan "terserah apa kata orang, aku harus tetap hidup. Hidup untuk Allah. Membuktikan kalo aku ini adalah hambaNya dengan beribadah dan berusaha.
Sekarangpun prinsip itu masih ku pegang.
Suatu hari seseorang dari keluargaku mengucap kata-kata itu lagi. Dalam hati ku hanya berkata "sorry yeah, sudah tahan banting"
Aku tak ingin mengulang kebiasaan burukku dulu. Menangis dan menangis.
"Sapa juga yg mau jerawat?? Toh ini dari Allah. Aku tak mungkin menolaknya. Berhentilah berkata seperti itu. Cukuplah aku yg terakhir. Bukan tidak mungkin suatu hari kau seperti ini. Kunfayakun loh"
Setelah kuucapkan kata-kata itu dia langsung menangis.
"Maafkan aku" ucapnya
"Ya sudahlah" ucapku
Beberapa bulan kemudian, setelah peristiwa itu. Allah memberikan kesembuhan pada wajahku. Jerawatku tak tumbuh lagi dan seiring berjalan waktu bekas jerawatku pudar.
Aku bersyukur pernah diberi cobaan seperti itu dari Allah. Karena peristiwa itu, aku menjadi kuat, tak peduli kata orang lain tapi hanya peduli kata Allah Tuhanku. Selain itu, aku menjadi bisa merasakan perasaan orang-orang seperti aku yaitu tidak dipandang oleh dunia. Karena itu aku berusaha agar aku di pandang oleh Allah.
Percayalah, jika kita sudah di pandang oleh Allah pemilik alam semesta ini. Alam semestapun akan ikut pula memandang kita.
Satu hal lagi ingin kubagi yaitu jangan engkau pernah merasa paling menderita di dunia ini. Allah memberikan cobaan kepada semua hambaNya untuk mengetahui berapa porsi keimanan hambaNya ketika di uji.
Masihkah kalian ingat kisah Nabi Yakub?? betapa kuatnya dia, ditimpa kemiskinan, anak-anaknya meninggal, di beri penyakit yang menular sehingga ia dijauhi dari semua orang. Tapi ia tetap tegar dan kuat.
Kita pasti mengatakan "toh dia Nabi Allah, kitakan hanya manusia biasa??"
Masihkah kalian ingat ayat dalam AL Quran bahwa kisah-kisah mereka diceritakan agar kita mengambil pelajaran daripadanya.
"Terima kasih Ya Allah, cobaan kemarin itu membuktikan kalau engkau masih peduli dan sayang kepadaku"
@rahmisyam