Jumat, 17 Februari 2012

Sejarah Hidup Muhammad (15)

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 08.16
ORANG-ORANG Quraisy tidak  dapat  memahami  arti  isra',  juga
mereka  yang  sudah  Islam  banyak yang tidak memahami artinya
seperti sudah disebutkan tadi. Itu sebabnya, ada kelompok yang
lalu  meninggalkan  Muhammad  yang  tadinya  sudah sekian lama
menjadi pengikutnya. Permusuhan Quraisy terhadap Muhammad  dan
terhadap kaum Muslimin makin keras juga, sehingga mereka sudah
merasa sungguh kesal karenanya. Rasanya tak ada  lagi  harapan
bagi  Muhammad  akan mendapat dukungan kabilah-kabilah sesudah
ternyata Thaqif dari Ta'if menolaknya dengan cara  yang  tidak
baik. Demikian juga kemudian kabilah-kabilah Kinda, Kalb, Banu
'Amir dan Banu  Hanifa  semua  menolaknya,  ketika  ia  datang
mengenalkan diri kepada mereka pada musim ziarah.
 
Sesudah  itu  Muhammad  merasa,  bahwa  tiada  seorangpun dari
Quraisy itu nampaknya  yang  dapat  diharapkan  diajak  kepada
kebenaran. Kabilah-kabilah lain di luar Quraisy yang berada di
sekitar Mekah dan yang datang berziarah  ke  tempat  itu  dari
segenap   penjuru   daerah   Arab,   melihat  keadaannya  yang
dikucilkan itu dan melihat sikap permusuhan Quraisy  kepadanya
demikian  rupa,  membuat  setiap  orang yang mendukungnya jadi
memusuhi mereka. Sekarang  sikap  Quraisy  tambah  keras  pula
menentangnya.
 
Meskipun  Muhammad  sudah  merasa  berbesar hati karena adanya
Hamzah dan 'Umar, dan meskipun ia sudah yakin,  bahwa  Quraisy
tidak  akan  terlalu  membahayakan  melebihi  yang sudah-sudah
mengingat adanya pertahanan pihak keluarganya dari Banu Hasyim
dan  Banu  Abd'l-Muttalib,  tapi ia melihat -sampai pada waktu
itu- bahwa risalah Tuhan itu akan terhenti  hanya  pada  suatu
lingkaran   pengikutnya   saja.   Mereka   yang  terdiri  dari
orang-orang yang masih lemah  dan  sedikit  sekali  jumlahnya,
hampir-hampir  saja  punah  atau tergoda meninggalkan agamanya
kalau tidak segera datang kemenangan  dan  pertolongan  Tuhan.
Hal  ini  berjalan  cukup  lama.  Muhammad makin dikucilkan di
tengah-tengah keluarganya, kedengkian Quraisy  juga  bertambah
besar.
 
Adakah  pengasingan yang demikian ini telah melemahkan jiwanya
dan dapat mematahkan semangatnya?  Sekali-kali  tidak!  Bahkan
kepercayaannya akan kebenaran yang datang dari Tuhan itu lebih
luhur daripada  sekedar  pertimbangan-pertimbangan  yang  akan
dapat  melemahkan  jiwa  biasa.  Bagi  orang yang berjiwa luar
biasa hal ini justru akan lebih memperkuat kepercayaannya.
 
Dalam  keadaan  terasing  itu  -  dengan  sahabat-sahabat   di
sekelilingnya  -  Muhammad  yakin sekali Tuhan akan memberikan
pertolongan kepadanya dan  agamanyapun  akan  mengatasi  semua
agama.  Badai  kedengkian  tidak sampai menggoyangkan hatinya.
Bahkan tetap ia tinggal di Mekah selama beberapa tahun.  Tidak
peduli  ia  harta  Khadijah  dan  hartanya sendiri akan habis.
Keadaannya yang sangat miskin tidak sampai melemahkan hatinya.
Jiwanya   tak   pernah  gandrung  kepada  apapun  selain  dari
pertolongan Tuhan yang sudah pasti akan diberikan kepadanya.
 
Apabila musim ziarah  sudah  tiba,  orang-orang  dari  segenap
jazirah  Arab  sudah  berkumpul  lagi  di  Mekah,  iapun mulai
menemui  kabilah-kabilah  itu.   Diajaknya   mereka   memahami
kebenaran  agama  yang  dibawanya  itu. Tidak peduli ia apakah
kabilah-kabilah  tidak  mau  menerima  ajakannya,  atau   akan
mengusirnya  secara  kasar. Beberapa orang pandir dari Quraisy
berusaha menghasut  ketika  diketahui  ia  terus  menyampaikan
amanat  Tuhan  itu kepada orang ramai. Mereka memperlakukannya
dengan segala  kejahatan.  Tetapi  semua  itu  tidak  mengubah
ketenangan  jiwanya  dan ia yakin sekali akan hari esok. Allah
Maha Agung  telah  mengutusnya  demi  kebenaran.  Sudah  tentu
Dialah  Pembela  dan  Pendukung kebenaran itu. Tuhan juga Yang
telah mewahyukan kepadanya, supaya  dalam  berdebat  hendaknya
dilakukan dengan cara yang sebaik-baiknya.
 
"Sehingga  permusuhan  antara  engkau  dengan  dia  itu  sudah
seperti persahabatan yang erat sekali. (Qur'an,  41:  34)  Dan
supaya  bicara  dengan mereka dengan lemah-lembut, kalau-kalau
mereka mau sadar dan merasa  gentar.  Jadi,  tabahkanlah  hati
menghadapi  siksaan  mereka.  Tuhan  bersama mereka yang tabah
hati.

Tidak selang berapa tahun kemudian Muhammad menunggu tiba-tiba
tampak   tanda  permulaan  kemenangan  itu  datang  dari  arah
Yathrib. Bagi Muhammad Yathrib mempunyai arti  hubungan  bukan
hubungan  dagang,  tetapi suatu hubungan yang dekat sekali. Di
tempat itu ada  sebuah  kuburan,  dan  sebelum  wafat,  sekali
setahun    ibunya    berziarah    ke    tempat   itu.   Sedang
famili-familinya,  dari  pihak  Banu  Najjar,  ialah  keluarga
kakeknya  Abd'l-Muttalib  dari  pihak  ibu.  Kuburan itu ialah
makam ayahnya, Abdullah b.  Abd'l-Muttalib.  Ke  makam  inilah
Aminah    sebagai    isteri   yang   setia   berziarah.   Dulu
Abd'l-Muttalib juga sebagai ayah  yang  kehilangan  anak  yang
sedang  muda belia dan tegap, pernah berziarah. Ketika berusia
enam tahun, Muhammad juga pernah ke Yathrib  menemani  ibunya.
Jadi  bersama  ibunya  ia  juga  ziarah  ke makam ayahnya itu.
Kemudian mereka berdua kembali pulang. Aminah jatuh  sakit  di
tengah  perjalanan,  sampai  wafat. Lalu dikuburkan di Abwa' -
pertengahan jalan antara Yathrib dengan Mekah.
 
Jadi  tidak  heranlah  apabila  tanda-tanda  kemenangan   bagi
Muhammad  itu  dimulai dari jurusan sebuah kota yang mempunyai
hubungan  sedemikian  rupa.  Ke  arah  ini  jugalah  dulu   ia
menghadap,  tatkala  dalam sembahyang itu al-Masjid'l-Aqsha di
Bait'l-Maqdis dijadikan kiblatnya, tempat sesepuhnya Musa  dan
Isa. Tidak heran apabila nasib baik itu akan jatuh di Yathrib.
Di tempat ini Muhammad akan beroleh kemenangan, di tempat  ini
Islam  akan  beroleh kemenangan, di tempat ini pula Islam akan
memperoleh sukses dan berkembang.

Nasib baik telah  jatuh  di  Yathrib,  suatu  hal  yang  tidak
terjadi  pada  kota  yang  lain. Waktu itu dua kabilah Aus dan
Khazraj adalah penyembah berhala  di  Yathrib.  Mereka  saling
bertetangga  dengan  orang-orang  Yahudi.  Sering  pula timbul
kebencian antara mereka itu  dan  dari  kebencian  ini  sampai
timbul pula peperangan.
 
Sejarah  memperlihatkan bahwa orang-orang Masehi di Syam, yang
berada di  bawah  pengaruh  Rumawi  Timur  (Bizantium)  sangat
membenci orang-orang Yahudi, sebab mereka percaya bahwa mereka
inilah yang telah menyiksa dan menyalib Isa  al-Masih.  Mereka
menyerbu  Yathrib  guna  memerangi  orang-orang  Yahudi.  Akan
tetapi karena tidak berhasil mereka lalu membujuk dan  meminta
bantuan  Aus  dan  Khazraj.  Tidak  sedikit jumlah orang-orang
Yahudi  itu  kemudian  yang  mereka  bunuh.  Dengan   demikian
kedudukan    orang-orang   Yahudi   sebagai   yang   dipertuan
dijatuhkan, dan orang-orang Arab kabilah Aus dan Khazraj  yang
tadinya  terbatas  hanya sebagai kuli telah dinaikkan. Sesudah
itu  orang-orang  Arab  itu  berusaha  lagi  akan   menghantam
orang-orang  Yahudi  supaya  kekuasaan  mereka  atas kota yang
makmur dan subur dengan pertanian  dan  air  itu  lebih  besar
lagi. Siasat mereka ini berhasil baik sekali.
 
Tetapi  pihak  Yahudi  sendiri kemudian menyadari akan bencana
yang menimpa diri mereka itu. Permusuhan dan  kebencian  pihak
Yahudi  Yathrib  terhadap  Aus dan Khazraj makin mendalam, Aus
dan Khazrajpun demikian juga terhadap Yahudi.
 
Sekarang pengikut-pengikut Musa ini melihat, bahwa pertempuran
yang  dilawan  dengan  pertempuran  berarti  akan menghabiskan
mereka sama sekali,  apalagi  kalau  Aus  dan  Khazraj  sampai
bersahabat  baik2 dengan orang-orang Arab, yang seagama dengan
Ahli Kitab. Maka dalam siasat mereka,  mereka  menempuh  suatu
cara  bukan  mencari  kemenangan  dalam pertempuran, melainkan
dengan  menggunakan  siasat  memecah-belah.  Mereka  melakukan
intrik  di  kalangan Aus dengan Khazraj, menyebarkan provokasi
permusuhan  dan   kebencian   di   kalangan   mereka,   supaya
masing-masing pihak selalu bersiap-siap akan saling bertempur.
 
Dengan  demikian  selamatlah  propaganda  mereka  itu.  Mereka
sekarang dapat memperbesar perdagangan  dan  kekayaan  mereka.
Kekuasaan mereka yang sudah hilang dapat mereka rebut kembali,
termasuk rumah-rumah dan harta tidak bergerak lainnya.
 
Di samping konflik karena  berebut  kedaulatan  dan  kekuasaan
dalam  hidup  bertetangga  Yahudi-Arab  Yathrib itu, masih ada
pengaruh lain yang lebih dalam  pada  pihak  Aus  dan  Khazraj
melebihi penduduk jazirah Arab yang manapun juga - yaitu dalam
arti pengaruh rohani.

Orang-orang  Yahudi   sebagai   Ahli   Kitab   dan   penganjur
monotheisma   sangat  mencela  tetangga-tetangga  mereka  yang
terdiri dari  kaum  pagan  dengan  penyembah  berhala  sebagai
pendekatan kepada Tuhan.
 
Mereka  diperingatkan  bahwa  kelak akan ada seorang nabi yang
akan  menghabiskan  mereka  dan   mendukung   Yahudi.   Tetapi
propaganda  ini  tidak sampai membuat orang-orang Arab itu mau
menganut agama  Yahudi.  Soalnya  karena  dua  sebab:  pertama
karena  selalu ada perang antara kaum Nasrani dan kaum Yahudi,
yang lalu membuat Yahudi Yathrib  hanya  hidup  cari  selamat,
yang  berarti  akan  menjamin  lancarnya  perdagangan  mereka.
Kedua, orang-orang Yahudi  beranggapan,  bahwa  mereka  adalah
bangsa  pilihan  Tuhan,  dan  mereka tidak mau ada bangsa lain
memegang kedudukan ini.  Disamping  itu  mereka  memang  tidak
pernah  mengajak  orang  lain  menganut agamanya dan merekapun
tidak pula keluar dari lingkungan Keluarga Israil. Atas  dasar
ke  dua  sebab tersebut, hubungan tetangga dan hubungan dagang
antara Yahudi dengan Arab -Aus dan  Khazraj  -  membuat  lebih
banyak mengetahui cerita-cerita kerohanian dan masalah-masalah
agama lainnya di banding dengan golongan Arab yang  lain.  Ini
menunjukkan  bahwa  tak  ada suatu golongan dari kalangan Arab
yang dapat  menerima  ajakan  Muhammad  dalam  arti  spiritual
seperti yang dilakukan oleh penduduk Yathrib itu.
 
Suwaid  bin'sh-Shamit  adalah  seorang  bangsawan terkemuka di
Yathrib. Karena  ketabahannya,  pengetahuannya,  kebangsawanan
dan  keturunannya, masyarakatnya sendiri menamakannya al-Ramil
(yang sempurna). Pada waktu  membicarakan  ini  Suwaid  sedang
berada  di  Mekah  berziarah.  Muhammad  lalu  menemuinya  dan
diajaknya ia mengenal Tuhan dan menganut Islam.
 
"Barangkali yang ada padamu itu sama dengan yang ada  padaku,"
kata Suwaid.
 
"Apa yang ada padamu?" tanya Muhammad.
 
"Kata-kata mutiara oleh Luqman."
 
Lalu Muhammad minta supaya hal itu dikemukakan.
 
"Memang  itu  kata-kata yang baik," kata Muhammad setelah oleh
Suwaid  dikemukakan.  "Tapi  yang  ada  padaku   lebih   utama
tentunya, yaitu Qur'an sebagai bimbingan dan cahaya."
 
Lalu  dibacakannya  ayat-ayat  Qur'an  itu  kepadanya disertai
ajakan agar ia sudi  menerima  Islam.  Gembira  sekali  Suwaid
mendengar ini.
 
"Memang  baik  sekali  ini,"  katanya.  Lalu  ia  pergi hendak
memikirkan hal tersebut.  Ada  sementara  orang  yang  berkata
ketika ia dibunuh oleh Khazraj, bahwa ia mati sebagai Muslim.
 
Peristiwa  Suwaid b. Shamit ini bukan contoh satu-satunya yang
menunjukkan adanya pengaruh Yahudi dan Arab  di  Yathrib  yang
bertetangga itu, dari segi rohani.
 
Keadaan  Aus dan Khazraj yang begitu bermusuhan sebagai akibat
provokasi pihak Yahudi seperti yang sudah kita  ketahui,  satu
sama  lain  mencari  sekutu  di  kalangan kabilah-kabilah Arab
untuk memerangi  lawannya.  Dalam  hal  ini  kedatangan  Abu'l
Haisar  Ans b. Rafi' ke Mekah disertai pemuda-pemuda dari Banu
Abd'l-Asyhal - termasuk Iyas b. Mu'adh - adalah  dalam  rangka
mencari  persekutuan  dengan  pihak  Quraisy  dan  golongannya
sendiri dari  pihak  Khazraj.  Muhammad  mengetahui  hal  ini.
Ditemuinya  mereka  itu,  dan  diperkenalkannya  Islam  kepada
mereka. Lalu dibacanya ayat-ayat Qur'an kepada mereka.
 
Pada  waktu  itu,  Iyas   b.Mu'adh   sebagai   pemuda   remaja
mengatakan:  "Kawan-kawan,  ini adalah lebih baik daripada apa
yang ada pada kita semua."

Mereka kemudian kembali pulang ke Yathrib. Tak ada yang  masuk
Islam  diantara  mereka  itu, selain Iyas. Mereka semua sedang
sibuk mencari sekutu sebagai  suatu  persiapan  karena  adanya
insiden  Bu'ath yang telah melibatkan Aus dan Khazraj ke dalam
api perang saudara itu, tidak lama sesudah  Abu'l  Haisar  dan
rombongannya   kembali   dari  Mekah.  Akan  tetapi  kata-kata
Muhammad 'alaihissalam telah meninggalkan bekas yang dalam  ke
dalam  jiwa  mereka  setelah terjadinya insiden itu, yang lalu
membuat Aus dan  Khazraj  menantikan  Muhammad  sebagai  Nabi,
sebagai Rasul, sebagai wakil dan pemuka mereka.
 
Memang,  terjadinya  insiden  Bu'ath  itu  tidak  lama sesudah
Abu'l-Haisar kembali ke Yathrib. Pada waktu itulah pertempuran
sengit  antara  Aus  dan  Khazraj terjadi, yang membawa akibat
timbulnya  permusuhan  yang  berakar  dalam   sekali.   Setiap
golongan  lalu  bertanya-tanya  kalau-kalau  mereka  itu  yang
menang: akan tetapkah mereka dengan  kawan-kawan  mereka  itu,
ataukah  akan  dikikis habis. Abu Usaid Hudzair sebagai pemuka
Aus, sangat dendam sekali kepada Khazraj.
 
Tatkala pertempuran sudah dimulai, pihak Aus  mengalami  suatu
kekacauan.  Mereka  lari  tunggang-langgang ke arah Najd, yang
oleh pihak Khazraj  lalu  diejek.  Hudzair  yang  mendengarkan
ejekan  itu menetakkan ujung lembingnya ke pahanya; lalu turun
dengan mengatakan:
 
"Sungguh luarbiasa! Tidak akan tinggal diam sebelum  aku  mati
terbunuh.  Wahai  masyarakat  Aus,  kalau kamu mau menyerahkan
aku, lakukanlah!"
 
Pihak Aus sekarang mau bertempur lagi. Pengalaman  pahit  yang
telah   menimpa   mereka   menyebabkan  mereka  kini  berjuang
mati-matian. Khazraj dapat mereka hancurkan.  Rumah-rumah  dan
kebun  kurma Khazraj oleh Aus dibakar. Kemudian Sa'd b. Mu'adh
al-Asyhadi bertindak melindungi Khazraj. Sementara itu Hudzair
bermaksud   akan   mendatangi   rumah  demi  rumah,  membunuhi
satu-satu mereka sampai tak ada yang hidup lagi,  kalau  tidak
segera  Abu  Qais ibn'l-Aslat kemudian datang mencegahnya guna
menjaga solidaritas kepercayaan  mereka.  "Bertetangga  dengan
mereka lebih baik daripada bertetangga dengan rubah."
 
Sejak  itu orang-orang Yahudi dapat mengembalikan kedudukannya
di Yathrib. Baik yang menang maupun yang kalah  dari  kalangan
Aus  dan  Khazraj  sama-sama  berpendapat tentang akibat buruk
yang telah mereka lakukan itu. Hal ini yang sekarang  terpikir
oleh  mereka,  dan  mereka  sudah  mempertimbangkan  pula akan
mengangkat seorang raja atas mereka itu. Untuk itu mereka lalu
memilih  Abdullah  b.  Muhammad  dari pihak Khazraj yang sudah
kalah, mengingat kedudukan dan pandangannya  yang  baik.  Akan
tetapi   karena   perkembangan   situasi  yang  begitu  pesat,
keinginan mereka itu tidak sampai  terlaksana.  Soalnya  ialah
karena  ada  beberapa  orang  dari Khazraj pergi ke Mekah pada
musim ziarah.
 
Di tempat ini Muhammad menemui mereka dan  menanyakan  keadaan
mereka,   yang  kemudian  diketahuinya,  bahwa  mereka  adalah
kawan-kawan orang-orang Yahudi. Ketika itu orang-orang  Yahudi
di Yathrib mengatakan apabila mereka saling berselisih.
 
"Sekarang  akan ada seorang nabi utusan Tuhan yang sudah dekat
waktunya. Kami akan jadi pengikutnya dan kami dengan dia  akan
memerangi kamu seperti dalam perang 'Ad dan Iram."
 
Setelah   Nabi  bicara  dengan  mereka  dan  diajaknya  mereka
bertauhid  kepada  Allah,  satu  sama   lain   mereka   saling
berpandang-pandangan.
 
"Sungguh inilah Nabi yang pernah dijanjikan orang-orang Yahudi
kepada kita," kata mereka. "Jangan  sampai  mereka  mendahului
kita."
 
Seruan  Muhammad mereka sambut dengan baik dan menyatakan diri
mereka masuk Islam. Lalu kata mereka:
 
"Kami telah meninggalkan golongan kami - yakni Aus dan Khazraj
-  dan  tidak  ada  lagi  golongan  yang saling bermusuhan dan
saling mengancam.  Mudah-mudahan  Tuhan  mempersatukan  mereka
dengan  tuan.  Bila mereka itu sudah dapat dipertemukan dengan
tuan, maka tak adalah orang yang lebih mulia dari tuan."

Orang-orang itu lalu kembali ke Medinah.  Dua  orang  diantara
mereka  itu  dari  Banu'n-Najjar, keluarga Abd'l-Muttalib dari
pihak ibu - kakek Muhammad yang telah mengasuhnya sejak kecil.
Kepada  masyarakatnya  itu  mereka  menyatakan  sudah menganut
Islam. Ternyata merekapun menyambut pula  dengan  senang  hati
agama  ini,  yang berarti akan membuat mereka menjadi golongan
monotheis seperti orang-orang  Yahudi.  Bahkan  membuat  lebih
baik  dari  mereka.  Dengan  demikian tiada suatu keluargapun,
baik Aus atau  Khazraj,  yang  tidak  menyebut  nama  Muhammad
'alaihissalam.
 
Tiba giliran tahun berikutnya, bulan-bulan sucipun datang lagi
bersama datangnya musim ziarah ke Mekah,  dan  ke  tempat  itu
datang  pula  duabelas  orang  penduduk  Yathrib.  Mereka  ini
bertemu  dengan  Nabi  di  'Aqaba.  Di  tempat  inilah  mereka
menyatakan  ikrar  atau  berjanji  kepada  Nabi (yang kemudian
dikenal dengan nama) Ikrar  'Aqaba  pertama.  Mereka  berikrar
kepadanya untuk tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak
berzina,  tidak  membunuh  anak-anak,  tidak   mengumpat   dan
memfitnah,  baik  di depannya atau di belakang. Jangan menolak
berbuat kebaikan. Barangsiapa mematuhi semua itu  ia  mendapat
pahala  surga,  dan  kalau  ada  yang  mengecoh,  maka soalnya
kembali kepada Tuhan. Tuhan berkuasa menyiksa,  juga  berkuasa
mengampuni segala dosa.

Dalam  hal  ini  Muhammad menugaskan kepada Mush'ab bin 'Umair
supaya membacakan  Qur'an  kepada  mereka,  mengajarkan  Islam
serta seluk-beluk hukum agama.
 
Setelah  adanya  ikrar  ini  Islam  makin tersebar di Yathrib.
Mush'ab  bertugas  memberikan  pelajaran  agama  di   kalangan
Muslimin  Aus  dan  Khazraj.  Gembira  sekali  ia melihat kaum
Anshar itu makin teguh kepercayaannya kepada Allah dan  kepada
kebenaran.  Menjelang  bulan-bulan  suci  akan tiba, ia datang
lagi ke  Mekah  dan  kepada  Muhammad  diceritakannya  keadaan
Muslimin  di  Yathrib  itu;  tentang  ketahanan  dan  kekuatan
mereka, dan bahwa pada musim haji tahun ini mereka akan datang
lagi ke Mekah dalam jumlah yang lebih besar dengan iman kepada
Tuhan yang sudah lebih kuat.
 
Berita-berita  yang  disampaikan  oleh  Mush'ab  ini   membuat
Muhammad  berpikir  lebih  lama  lagi. Pengikut-pengikutnya di
Yathrib kini makin sehari makin berkuasa  dan  bertambah  kuat
juga.  Dari  orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik mereka
tidak   mendapat   gangguan   seperti   yang   dialami    oleh
kawan-kawannya  di  Mekah  karena gangguan Quraisy. Di samping
itu Yathrib lebih makmur daripada Mekah - ada  pertanian,  ada
kebun  kurma,  ada  anggur. Bukankah lebih baik sekali apabila
Muslimin Mekah  itu  hijrah  saja  ke  tempat  saudara-saudara
mereka di sana, yang akan terasa lebih aman? Mereka akan bebas
dari Quraisy yang selalu memfitnah agama mereka.

Selama  Muhammad  berpikir-pikir  itu  teringat  olehnya  akan
orang-orang  dari  Yathrib,  mereka yang mula-mula masuk Islam
itu, dan yang menceritakan adanya permusuhan  antara  golongan
Aus  dan  Khazraj.  Apabila  dengan  perantaraannya mereka itu
sudah dapat dipersatukan Tuhan, maka tak ada orang yang  lebih
mulia  dari Muhammad. Sekarang mereka sudah dipertemukan Allah
bersama dia, bukankah lebih baik apabila dia juga  hijrah?  Ia
tidak  ingin membalas kejahatan Quraisy itu. Iapun sadar bahwa
ia lebih lemah  dari  mereka.  Kalaupun  Keluarga  Hasyim  dan
Keluarga  Muttalib  melindunginya  dari  penganiayaan,  mereka
tidak akan membelanya dalam melakukan penganiayaan. Dan mereka
yang  sudah  menjadi  pengikutnya juga takkan dapat melindungi
diri dari penganiayaan Quraisy dan segala macam kejahatannya.
oleh Muhammad Husain Haekal

Jumat, 17 Februari 2012

Sejarah Hidup Muhammad (15)

ORANG-ORANG Quraisy tidak  dapat  memahami  arti  isra',  juga
mereka  yang  sudah  Islam  banyak yang tidak memahami artinya
seperti sudah disebutkan tadi. Itu sebabnya, ada kelompok yang
lalu  meninggalkan  Muhammad  yang  tadinya  sudah sekian lama
menjadi pengikutnya. Permusuhan Quraisy terhadap Muhammad  dan
terhadap kaum Muslimin makin keras juga, sehingga mereka sudah
merasa sungguh kesal karenanya. Rasanya tak ada  lagi  harapan
bagi  Muhammad  akan mendapat dukungan kabilah-kabilah sesudah
ternyata Thaqif dari Ta'if menolaknya dengan cara  yang  tidak
baik. Demikian juga kemudian kabilah-kabilah Kinda, Kalb, Banu
'Amir dan Banu  Hanifa  semua  menolaknya,  ketika  ia  datang
mengenalkan diri kepada mereka pada musim ziarah.
 
Sesudah  itu  Muhammad  merasa,  bahwa  tiada  seorangpun dari
Quraisy itu nampaknya  yang  dapat  diharapkan  diajak  kepada
kebenaran. Kabilah-kabilah lain di luar Quraisy yang berada di
sekitar Mekah dan yang datang berziarah  ke  tempat  itu  dari
segenap   penjuru   daerah   Arab,   melihat  keadaannya  yang
dikucilkan itu dan melihat sikap permusuhan Quraisy  kepadanya
demikian  rupa,  membuat  setiap  orang yang mendukungnya jadi
memusuhi mereka. Sekarang  sikap  Quraisy  tambah  keras  pula
menentangnya.
 
Meskipun  Muhammad  sudah  merasa  berbesar hati karena adanya
Hamzah dan 'Umar, dan meskipun ia sudah yakin,  bahwa  Quraisy
tidak  akan  terlalu  membahayakan  melebihi  yang sudah-sudah
mengingat adanya pertahanan pihak keluarganya dari Banu Hasyim
dan  Banu  Abd'l-Muttalib,  tapi ia melihat -sampai pada waktu
itu- bahwa risalah Tuhan itu akan terhenti  hanya  pada  suatu
lingkaran   pengikutnya   saja.   Mereka   yang  terdiri  dari
orang-orang yang masih lemah  dan  sedikit  sekali  jumlahnya,
hampir-hampir  saja  punah  atau tergoda meninggalkan agamanya
kalau tidak segera datang kemenangan  dan  pertolongan  Tuhan.
Hal  ini  berjalan  cukup  lama.  Muhammad makin dikucilkan di
tengah-tengah keluarganya, kedengkian Quraisy  juga  bertambah
besar.
 
Adakah  pengasingan yang demikian ini telah melemahkan jiwanya
dan dapat mematahkan semangatnya?  Sekali-kali  tidak!  Bahkan
kepercayaannya akan kebenaran yang datang dari Tuhan itu lebih
luhur daripada  sekedar  pertimbangan-pertimbangan  yang  akan
dapat  melemahkan  jiwa  biasa.  Bagi  orang yang berjiwa luar
biasa hal ini justru akan lebih memperkuat kepercayaannya.
 
Dalam  keadaan  terasing  itu  -  dengan  sahabat-sahabat   di
sekelilingnya  -  Muhammad  yakin sekali Tuhan akan memberikan
pertolongan kepadanya dan  agamanyapun  akan  mengatasi  semua
agama.  Badai  kedengkian  tidak sampai menggoyangkan hatinya.
Bahkan tetap ia tinggal di Mekah selama beberapa tahun.  Tidak
peduli  ia  harta  Khadijah  dan  hartanya sendiri akan habis.
Keadaannya yang sangat miskin tidak sampai melemahkan hatinya.
Jiwanya   tak   pernah  gandrung  kepada  apapun  selain  dari
pertolongan Tuhan yang sudah pasti akan diberikan kepadanya.
 
Apabila musim ziarah  sudah  tiba,  orang-orang  dari  segenap
jazirah  Arab  sudah  berkumpul  lagi  di  Mekah,  iapun mulai
menemui  kabilah-kabilah  itu.   Diajaknya   mereka   memahami
kebenaran  agama  yang  dibawanya  itu. Tidak peduli ia apakah
kabilah-kabilah  tidak  mau  menerima  ajakannya,  atau   akan
mengusirnya  secara  kasar. Beberapa orang pandir dari Quraisy
berusaha menghasut  ketika  diketahui  ia  terus  menyampaikan
amanat  Tuhan  itu kepada orang ramai. Mereka memperlakukannya
dengan segala  kejahatan.  Tetapi  semua  itu  tidak  mengubah
ketenangan  jiwanya  dan ia yakin sekali akan hari esok. Allah
Maha Agung  telah  mengutusnya  demi  kebenaran.  Sudah  tentu
Dialah  Pembela  dan  Pendukung kebenaran itu. Tuhan juga Yang
telah mewahyukan kepadanya, supaya  dalam  berdebat  hendaknya
dilakukan dengan cara yang sebaik-baiknya.
 
"Sehingga  permusuhan  antara  engkau  dengan  dia  itu  sudah
seperti persahabatan yang erat sekali. (Qur'an,  41:  34)  Dan
supaya  bicara  dengan mereka dengan lemah-lembut, kalau-kalau
mereka mau sadar dan merasa  gentar.  Jadi,  tabahkanlah  hati
menghadapi  siksaan  mereka.  Tuhan  bersama mereka yang tabah
hati.

Tidak selang berapa tahun kemudian Muhammad menunggu tiba-tiba
tampak   tanda  permulaan  kemenangan  itu  datang  dari  arah
Yathrib. Bagi Muhammad Yathrib mempunyai arti  hubungan  bukan
hubungan  dagang,  tetapi suatu hubungan yang dekat sekali. Di
tempat itu ada  sebuah  kuburan,  dan  sebelum  wafat,  sekali
setahun    ibunya    berziarah    ke    tempat   itu.   Sedang
famili-familinya,  dari  pihak  Banu  Najjar,  ialah  keluarga
kakeknya  Abd'l-Muttalib  dari  pihak  ibu.  Kuburan itu ialah
makam ayahnya, Abdullah b.  Abd'l-Muttalib.  Ke  makam  inilah
Aminah    sebagai    isteri   yang   setia   berziarah.   Dulu
Abd'l-Muttalib juga sebagai ayah  yang  kehilangan  anak  yang
sedang  muda belia dan tegap, pernah berziarah. Ketika berusia
enam tahun, Muhammad juga pernah ke Yathrib  menemani  ibunya.
Jadi  bersama  ibunya  ia  juga  ziarah  ke makam ayahnya itu.
Kemudian mereka berdua kembali pulang. Aminah jatuh  sakit  di
tengah  perjalanan,  sampai  wafat. Lalu dikuburkan di Abwa' -
pertengahan jalan antara Yathrib dengan Mekah.
 
Jadi  tidak  heranlah  apabila  tanda-tanda  kemenangan   bagi
Muhammad  itu  dimulai dari jurusan sebuah kota yang mempunyai
hubungan  sedemikian  rupa.  Ke  arah  ini  jugalah  dulu   ia
menghadap,  tatkala  dalam sembahyang itu al-Masjid'l-Aqsha di
Bait'l-Maqdis dijadikan kiblatnya, tempat sesepuhnya Musa  dan
Isa. Tidak heran apabila nasib baik itu akan jatuh di Yathrib.
Di tempat ini Muhammad akan beroleh kemenangan, di tempat  ini
Islam  akan  beroleh kemenangan, di tempat ini pula Islam akan
memperoleh sukses dan berkembang.

Nasib baik telah  jatuh  di  Yathrib,  suatu  hal  yang  tidak
terjadi  pada  kota  yang  lain. Waktu itu dua kabilah Aus dan
Khazraj adalah penyembah berhala  di  Yathrib.  Mereka  saling
bertetangga  dengan  orang-orang  Yahudi.  Sering  pula timbul
kebencian antara mereka itu  dan  dari  kebencian  ini  sampai
timbul pula peperangan.
 
Sejarah  memperlihatkan bahwa orang-orang Masehi di Syam, yang
berada di  bawah  pengaruh  Rumawi  Timur  (Bizantium)  sangat
membenci orang-orang Yahudi, sebab mereka percaya bahwa mereka
inilah yang telah menyiksa dan menyalib Isa  al-Masih.  Mereka
menyerbu  Yathrib  guna  memerangi  orang-orang  Yahudi.  Akan
tetapi karena tidak berhasil mereka lalu membujuk dan  meminta
bantuan  Aus  dan  Khazraj.  Tidak  sedikit jumlah orang-orang
Yahudi  itu  kemudian  yang  mereka  bunuh.  Dengan   demikian
kedudukan    orang-orang   Yahudi   sebagai   yang   dipertuan
dijatuhkan, dan orang-orang Arab kabilah Aus dan Khazraj  yang
tadinya  terbatas  hanya sebagai kuli telah dinaikkan. Sesudah
itu  orang-orang  Arab  itu  berusaha  lagi  akan   menghantam
orang-orang  Yahudi  supaya  kekuasaan  mereka  atas kota yang
makmur dan subur dengan pertanian  dan  air  itu  lebih  besar
lagi. Siasat mereka ini berhasil baik sekali.
 
Tetapi  pihak  Yahudi  sendiri kemudian menyadari akan bencana
yang menimpa diri mereka itu. Permusuhan dan  kebencian  pihak
Yahudi  Yathrib  terhadap  Aus dan Khazraj makin mendalam, Aus
dan Khazrajpun demikian juga terhadap Yahudi.
 
Sekarang pengikut-pengikut Musa ini melihat, bahwa pertempuran
yang  dilawan  dengan  pertempuran  berarti  akan menghabiskan
mereka sama sekali,  apalagi  kalau  Aus  dan  Khazraj  sampai
bersahabat  baik2 dengan orang-orang Arab, yang seagama dengan
Ahli Kitab. Maka dalam siasat mereka,  mereka  menempuh  suatu
cara  bukan  mencari  kemenangan  dalam pertempuran, melainkan
dengan  menggunakan  siasat  memecah-belah.  Mereka  melakukan
intrik  di  kalangan Aus dengan Khazraj, menyebarkan provokasi
permusuhan  dan   kebencian   di   kalangan   mereka,   supaya
masing-masing pihak selalu bersiap-siap akan saling bertempur.
 
Dengan  demikian  selamatlah  propaganda  mereka  itu.  Mereka
sekarang dapat memperbesar perdagangan  dan  kekayaan  mereka.
Kekuasaan mereka yang sudah hilang dapat mereka rebut kembali,
termasuk rumah-rumah dan harta tidak bergerak lainnya.
 
Di samping konflik karena  berebut  kedaulatan  dan  kekuasaan
dalam  hidup  bertetangga  Yahudi-Arab  Yathrib itu, masih ada
pengaruh lain yang lebih dalam  pada  pihak  Aus  dan  Khazraj
melebihi penduduk jazirah Arab yang manapun juga - yaitu dalam
arti pengaruh rohani.

Orang-orang  Yahudi   sebagai   Ahli   Kitab   dan   penganjur
monotheisma   sangat  mencela  tetangga-tetangga  mereka  yang
terdiri dari  kaum  pagan  dengan  penyembah  berhala  sebagai
pendekatan kepada Tuhan.
 
Mereka  diperingatkan  bahwa  kelak akan ada seorang nabi yang
akan  menghabiskan  mereka  dan   mendukung   Yahudi.   Tetapi
propaganda  ini  tidak sampai membuat orang-orang Arab itu mau
menganut agama  Yahudi.  Soalnya  karena  dua  sebab:  pertama
karena  selalu ada perang antara kaum Nasrani dan kaum Yahudi,
yang lalu membuat Yahudi Yathrib  hanya  hidup  cari  selamat,
yang  berarti  akan  menjamin  lancarnya  perdagangan  mereka.
Kedua, orang-orang Yahudi  beranggapan,  bahwa  mereka  adalah
bangsa  pilihan  Tuhan,  dan  mereka tidak mau ada bangsa lain
memegang kedudukan ini.  Disamping  itu  mereka  memang  tidak
pernah  mengajak  orang  lain  menganut agamanya dan merekapun
tidak pula keluar dari lingkungan Keluarga Israil. Atas  dasar
ke  dua  sebab tersebut, hubungan tetangga dan hubungan dagang
antara Yahudi dengan Arab -Aus dan  Khazraj  -  membuat  lebih
banyak mengetahui cerita-cerita kerohanian dan masalah-masalah
agama lainnya di banding dengan golongan Arab yang  lain.  Ini
menunjukkan  bahwa  tak  ada suatu golongan dari kalangan Arab
yang dapat  menerima  ajakan  Muhammad  dalam  arti  spiritual
seperti yang dilakukan oleh penduduk Yathrib itu.
 
Suwaid  bin'sh-Shamit  adalah  seorang  bangsawan terkemuka di
Yathrib. Karena  ketabahannya,  pengetahuannya,  kebangsawanan
dan  keturunannya, masyarakatnya sendiri menamakannya al-Ramil
(yang sempurna). Pada waktu  membicarakan  ini  Suwaid  sedang
berada  di  Mekah  berziarah.  Muhammad  lalu  menemuinya  dan
diajaknya ia mengenal Tuhan dan menganut Islam.
 
"Barangkali yang ada padamu itu sama dengan yang ada  padaku,"
kata Suwaid.
 
"Apa yang ada padamu?" tanya Muhammad.
 
"Kata-kata mutiara oleh Luqman."
 
Lalu Muhammad minta supaya hal itu dikemukakan.
 
"Memang  itu  kata-kata yang baik," kata Muhammad setelah oleh
Suwaid  dikemukakan.  "Tapi  yang  ada  padaku   lebih   utama
tentunya, yaitu Qur'an sebagai bimbingan dan cahaya."
 
Lalu  dibacakannya  ayat-ayat  Qur'an  itu  kepadanya disertai
ajakan agar ia sudi  menerima  Islam.  Gembira  sekali  Suwaid
mendengar ini.
 
"Memang  baik  sekali  ini,"  katanya.  Lalu  ia  pergi hendak
memikirkan hal tersebut.  Ada  sementara  orang  yang  berkata
ketika ia dibunuh oleh Khazraj, bahwa ia mati sebagai Muslim.
 
Peristiwa  Suwaid b. Shamit ini bukan contoh satu-satunya yang
menunjukkan adanya pengaruh Yahudi dan Arab  di  Yathrib  yang
bertetangga itu, dari segi rohani.
 
Keadaan  Aus dan Khazraj yang begitu bermusuhan sebagai akibat
provokasi pihak Yahudi seperti yang sudah kita  ketahui,  satu
sama  lain  mencari  sekutu  di  kalangan kabilah-kabilah Arab
untuk memerangi  lawannya.  Dalam  hal  ini  kedatangan  Abu'l
Haisar  Ans b. Rafi' ke Mekah disertai pemuda-pemuda dari Banu
Abd'l-Asyhal - termasuk Iyas b. Mu'adh - adalah  dalam  rangka
mencari  persekutuan  dengan  pihak  Quraisy  dan  golongannya
sendiri dari  pihak  Khazraj.  Muhammad  mengetahui  hal  ini.
Ditemuinya  mereka  itu,  dan  diperkenalkannya  Islam  kepada
mereka. Lalu dibacanya ayat-ayat Qur'an kepada mereka.
 
Pada  waktu  itu,  Iyas   b.Mu'adh   sebagai   pemuda   remaja
mengatakan:  "Kawan-kawan,  ini adalah lebih baik daripada apa
yang ada pada kita semua."

Mereka kemudian kembali pulang ke Yathrib. Tak ada yang  masuk
Islam  diantara  mereka  itu, selain Iyas. Mereka semua sedang
sibuk mencari sekutu sebagai  suatu  persiapan  karena  adanya
insiden  Bu'ath yang telah melibatkan Aus dan Khazraj ke dalam
api perang saudara itu, tidak lama sesudah  Abu'l  Haisar  dan
rombongannya   kembali   dari  Mekah.  Akan  tetapi  kata-kata
Muhammad 'alaihissalam telah meninggalkan bekas yang dalam  ke
dalam  jiwa  mereka  setelah terjadinya insiden itu, yang lalu
membuat Aus dan  Khazraj  menantikan  Muhammad  sebagai  Nabi,
sebagai Rasul, sebagai wakil dan pemuka mereka.
 
Memang,  terjadinya  insiden  Bu'ath  itu  tidak  lama sesudah
Abu'l-Haisar kembali ke Yathrib. Pada waktu itulah pertempuran
sengit  antara  Aus  dan  Khazraj terjadi, yang membawa akibat
timbulnya  permusuhan  yang  berakar  dalam   sekali.   Setiap
golongan  lalu  bertanya-tanya  kalau-kalau  mereka  itu  yang
menang: akan tetapkah mereka dengan  kawan-kawan  mereka  itu,
ataukah  akan  dikikis habis. Abu Usaid Hudzair sebagai pemuka
Aus, sangat dendam sekali kepada Khazraj.
 
Tatkala pertempuran sudah dimulai, pihak Aus  mengalami  suatu
kekacauan.  Mereka  lari  tunggang-langgang ke arah Najd, yang
oleh pihak Khazraj  lalu  diejek.  Hudzair  yang  mendengarkan
ejekan  itu menetakkan ujung lembingnya ke pahanya; lalu turun
dengan mengatakan:
 
"Sungguh luarbiasa! Tidak akan tinggal diam sebelum  aku  mati
terbunuh.  Wahai  masyarakat  Aus,  kalau kamu mau menyerahkan
aku, lakukanlah!"
 
Pihak Aus sekarang mau bertempur lagi. Pengalaman  pahit  yang
telah   menimpa   mereka   menyebabkan  mereka  kini  berjuang
mati-matian. Khazraj dapat mereka hancurkan.  Rumah-rumah  dan
kebun  kurma Khazraj oleh Aus dibakar. Kemudian Sa'd b. Mu'adh
al-Asyhadi bertindak melindungi Khazraj. Sementara itu Hudzair
bermaksud   akan   mendatangi   rumah  demi  rumah,  membunuhi
satu-satu mereka sampai tak ada yang hidup lagi,  kalau  tidak
segera  Abu  Qais ibn'l-Aslat kemudian datang mencegahnya guna
menjaga solidaritas kepercayaan  mereka.  "Bertetangga  dengan
mereka lebih baik daripada bertetangga dengan rubah."
 
Sejak  itu orang-orang Yahudi dapat mengembalikan kedudukannya
di Yathrib. Baik yang menang maupun yang kalah  dari  kalangan
Aus  dan  Khazraj  sama-sama  berpendapat tentang akibat buruk
yang telah mereka lakukan itu. Hal ini yang sekarang  terpikir
oleh  mereka,  dan  mereka  sudah  mempertimbangkan  pula akan
mengangkat seorang raja atas mereka itu. Untuk itu mereka lalu
memilih  Abdullah  b.  Muhammad  dari pihak Khazraj yang sudah
kalah, mengingat kedudukan dan pandangannya  yang  baik.  Akan
tetapi   karena   perkembangan   situasi  yang  begitu  pesat,
keinginan mereka itu tidak sampai  terlaksana.  Soalnya  ialah
karena  ada  beberapa  orang  dari Khazraj pergi ke Mekah pada
musim ziarah.
 
Di tempat ini Muhammad menemui mereka dan  menanyakan  keadaan
mereka,   yang  kemudian  diketahuinya,  bahwa  mereka  adalah
kawan-kawan orang-orang Yahudi. Ketika itu orang-orang  Yahudi
di Yathrib mengatakan apabila mereka saling berselisih.
 
"Sekarang  akan ada seorang nabi utusan Tuhan yang sudah dekat
waktunya. Kami akan jadi pengikutnya dan kami dengan dia  akan
memerangi kamu seperti dalam perang 'Ad dan Iram."
 
Setelah   Nabi  bicara  dengan  mereka  dan  diajaknya  mereka
bertauhid  kepada  Allah,  satu  sama   lain   mereka   saling
berpandang-pandangan.
 
"Sungguh inilah Nabi yang pernah dijanjikan orang-orang Yahudi
kepada kita," kata mereka. "Jangan  sampai  mereka  mendahului
kita."
 
Seruan  Muhammad mereka sambut dengan baik dan menyatakan diri
mereka masuk Islam. Lalu kata mereka:
 
"Kami telah meninggalkan golongan kami - yakni Aus dan Khazraj
-  dan  tidak  ada  lagi  golongan  yang saling bermusuhan dan
saling mengancam.  Mudah-mudahan  Tuhan  mempersatukan  mereka
dengan  tuan.  Bila mereka itu sudah dapat dipertemukan dengan
tuan, maka tak adalah orang yang lebih mulia dari tuan."

Orang-orang itu lalu kembali ke Medinah.  Dua  orang  diantara
mereka  itu  dari  Banu'n-Najjar, keluarga Abd'l-Muttalib dari
pihak ibu - kakek Muhammad yang telah mengasuhnya sejak kecil.
Kepada  masyarakatnya  itu  mereka  menyatakan  sudah menganut
Islam. Ternyata merekapun menyambut pula  dengan  senang  hati
agama  ini,  yang berarti akan membuat mereka menjadi golongan
monotheis seperti orang-orang  Yahudi.  Bahkan  membuat  lebih
baik  dari  mereka.  Dengan  demikian tiada suatu keluargapun,
baik Aus atau  Khazraj,  yang  tidak  menyebut  nama  Muhammad
'alaihissalam.
 
Tiba giliran tahun berikutnya, bulan-bulan sucipun datang lagi
bersama datangnya musim ziarah ke Mekah,  dan  ke  tempat  itu
datang  pula  duabelas  orang  penduduk  Yathrib.  Mereka  ini
bertemu  dengan  Nabi  di  'Aqaba.  Di  tempat  inilah  mereka
menyatakan  ikrar  atau  berjanji  kepada  Nabi (yang kemudian
dikenal dengan nama) Ikrar  'Aqaba  pertama.  Mereka  berikrar
kepadanya untuk tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak
berzina,  tidak  membunuh  anak-anak,  tidak   mengumpat   dan
memfitnah,  baik  di depannya atau di belakang. Jangan menolak
berbuat kebaikan. Barangsiapa mematuhi semua itu  ia  mendapat
pahala  surga,  dan  kalau  ada  yang  mengecoh,  maka soalnya
kembali kepada Tuhan. Tuhan berkuasa menyiksa,  juga  berkuasa
mengampuni segala dosa.

Dalam  hal  ini  Muhammad menugaskan kepada Mush'ab bin 'Umair
supaya membacakan  Qur'an  kepada  mereka,  mengajarkan  Islam
serta seluk-beluk hukum agama.
 
Setelah  adanya  ikrar  ini  Islam  makin tersebar di Yathrib.
Mush'ab  bertugas  memberikan  pelajaran  agama  di   kalangan
Muslimin  Aus  dan  Khazraj.  Gembira  sekali  ia melihat kaum
Anshar itu makin teguh kepercayaannya kepada Allah dan  kepada
kebenaran.  Menjelang  bulan-bulan  suci  akan tiba, ia datang
lagi ke  Mekah  dan  kepada  Muhammad  diceritakannya  keadaan
Muslimin  di  Yathrib  itu;  tentang  ketahanan  dan  kekuatan
mereka, dan bahwa pada musim haji tahun ini mereka akan datang
lagi ke Mekah dalam jumlah yang lebih besar dengan iman kepada
Tuhan yang sudah lebih kuat.
 
Berita-berita  yang  disampaikan  oleh  Mush'ab  ini   membuat
Muhammad  berpikir  lebih  lama  lagi. Pengikut-pengikutnya di
Yathrib kini makin sehari makin berkuasa  dan  bertambah  kuat
juga.  Dari  orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik mereka
tidak   mendapat   gangguan   seperti   yang   dialami    oleh
kawan-kawannya  di  Mekah  karena gangguan Quraisy. Di samping
itu Yathrib lebih makmur daripada Mekah - ada  pertanian,  ada
kebun  kurma,  ada  anggur. Bukankah lebih baik sekali apabila
Muslimin Mekah  itu  hijrah  saja  ke  tempat  saudara-saudara
mereka di sana, yang akan terasa lebih aman? Mereka akan bebas
dari Quraisy yang selalu memfitnah agama mereka.

Selama  Muhammad  berpikir-pikir  itu  teringat  olehnya  akan
orang-orang  dari  Yathrib,  mereka yang mula-mula masuk Islam
itu, dan yang menceritakan adanya permusuhan  antara  golongan
Aus  dan  Khazraj.  Apabila  dengan  perantaraannya mereka itu
sudah dapat dipersatukan Tuhan, maka tak ada orang yang  lebih
mulia  dari Muhammad. Sekarang mereka sudah dipertemukan Allah
bersama dia, bukankah lebih baik apabila dia juga  hijrah?  Ia
tidak  ingin membalas kejahatan Quraisy itu. Iapun sadar bahwa
ia lebih lemah  dari  mereka.  Kalaupun  Keluarga  Hasyim  dan
Keluarga  Muttalib  melindunginya  dari  penganiayaan,  mereka
tidak akan membelanya dalam melakukan penganiayaan. Dan mereka
yang  sudah  menjadi  pengikutnya juga takkan dapat melindungi
diri dari penganiayaan Quraisy dan segala macam kejahatannya.
oleh Muhammad Husain Haekal
 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez