Kamis, 16 Februari 2012

Sejarah Hidup Muhammad (14)

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 09.32
Salah satu contoh misalnya cerita Ibn  Hisyam  melalui  ucapan
Nabi  'alaihissalam  sesudah  berjumpa  dengan  Adam di langit
pertama,  ketika  mengatakan:  "Kemudian  kulihat  orang-orang
bermoncong   seperti  moncong  unta,  tangan  mereka  memegang
segumpal api seperti  batu-batu,  lalu  dilemparkan  ke  dalam
mulut  mereka  dan  keluar  dari  dubur.  Aku bertanya: "Siapa
mereka itu, Jibril?".  "Mereka yang  memakan  harta  anak-anak
yatim  secara  tidak  sah,"  jawab  Jibril.  Kemudian  kulihat
orang-orang dengan perut yang belum pernah kulihat dengan cara
keluarga  Fir'aun  menyeberangi  mereka seperti unta yang kena
penyakit dalam kepalanya, ketika dibawa ke dalam  api.  Mereka
diinjak-injak  tak  dapat  beranjak  dari  tempat  mereka. Aku
bertanya:   "Siapa   mereka   itu,   Jibril?".   "Mereka   itu
tukang-tukang  riba,"  jawabnya. Kemudian kulihat orang-orang,
di hadapan mereka ada daging yang gemuk dan baik,  di  samping
ada  daging  yang  buruk  dan  busuk. Mereka makan daging yang
buruk dan busuk itu dan meninggalkan yang gemuk dan baik.  Aku
bertanya:  "Siapakah  mereka itu, Jibril"? "Mereka orang-orang
yang meninggalkan wanita yang  dihalalkan  Tuhan  dan  mencari
wanita   yang  diharamkan,"  jawabnya.  Kemudian  aku  melihat
wanita-wanita yang digantungkan pada buah  dadanya.  Lalu  aku
bertanya:  "Siapa mereka itu, Jibril?" "Mereka itu wanita yang
memasukkan laki-laki lain  bukan  dari  keluarga  mereka  ..."
Kemudian  aku  dibawa  ke surga. Di sana kulihat seorang budak
perempuan,  bibirnya  merah.  Kutanya  dia:  "Kepunyaan  siapa
engkau?"-Aku  tertarik  sekali  waktu  kulihat. "Aku kepunyaan
Zaid ibn  Haritha,"  jawabnya.  Maka  Rasulullah  s.a.w.  lalu
memberi selamat kepada Zaid ibn Haritha."
 
Selain dari buku Ibn Hisyam ini, dalam buku-buku sejarah hidup
Nabi yang lain dan dalam buku-buku tafsir orang  akan  melihat
bermacam-macam  hal  lagi  di  samping  itu. Sudah menjadi hak
setiap penulis sejarah bila  akan  bertanya-tanya,  sampai  di
mana  benar  ketelitian  dan  penyelidikan  yang mereka adakan
dalam hal  ini  semua;  mana  yang  boleh  dijadikan  pegangan
(askripsi)  sampai  kepada  Nabi  sesuai  dengan pegangan yang
sahih (otentik), dan mana pula yang hanya berupa  buah  khayal
orang-orang tasauf dan sebangsanya.
 
Kalau  di  sini tidak cukup ruangan untuk mengadakan ketentuan
atau penyelidikan dalam bidang tersebut, dan kalau bukan  pula
di sini tempatnya untuk menyatakan apakah isra' dan mi'raj itu
keduanya dengan jasad, ataukah mi'raj  dengan  ruh  dan  isra'
dengan jasad, ataukah isra' dan mi'raj itu semuanya dengan ruh
- maka sudah tentu bahwa tiap pendapat itu akan  ada  dasarnya
pada  ahli-ahli  ilmu  kalam  dan tak ada salahnya, kalau atas
pendapat-pendapat itu orang menyatakan  pendiriannya  sendiri,
yang akan berbeda pula satu dari yang lain.
 
Jadi  barangsiapa yang mau menyatakan pendapatnya, bahwa isra'
dan mi'raj itu  keduanya  dengan  ruh,  maka  dasarnya  adalah
seperti yang kita kemukakan tadi dan sudah berulang-ulang pula
disebutkan dalam Qur'an dan diucapkan Rasul.
 
"Sungguh aku ini manusia  seperti  kamu  juga  yang  diberikan
wahyu   kepadaku.  Tetapi  Tuhanmu  adalah  Tuhan  Yang  Esa,"
(Qur'an. 18: 110)
 
dan bahwa satu-satunya mujizat Muhammad ialah Qur'an, dan
 
"Bahwasanya  Allah  tidak  akan  mengampuni  dosa  orang  yang
mempersekutukanNya,  tetapi  Dia mengampuni segala dosa selain
(syirik) itu, siapa saja yang dikehendakiNya." (Qur'an, 4:48)
 
Orang yang berpendapat demikian ini -sebenarnya melebihi  yang
lain-  ia  akan bertanya, apa sebenarnya arti isra' dan mi'raj
itu. Di sinilah letak pendapat yang ingin kita kemukakan. Kita
belum  mengetahui,  sudah  adakah  orang  mengemukakan hal ini
sebelum kita, atau belum.
 
Isra' dan mi'raj ini dalam hidup kerohanian Muhammad mempunyai
arti yang tinggi dan agung sekali, suatu arti yang lebih besar
dari yang biasa mereka lukiskan itu, yang kadang tidak sedikit
dikacau  dan  dirusak oleh imajinasi ahli-ahli ilmu kalam yang
subur itu. Jiwa yang sungguh kuat itu, tatkala  terjadi  isra'
dan  mi'raj,  telah dipersatukan oleh kesatuan wujud ini, yang
sudah sampai pada puncak kesempurnaannya. Pada  saat  itu  tak
ada  sesuatu  tabir  ruang  dan  waktu atau sesuatu yang dapat
mengalangi  intelek  dan  jiwa  Muhammad,  yang  akan  membuat
penilaian  kita tentang hidup ini menjadi nisbi, terbatas oleh
kekuatan-kekuatan kita yang sensasional, yang dapat  diarahkan
menurut akal pikiran. Pada saat itu semua batas jadi hanyut di
depan hati nurani Muhammad. Seluruh  alam  semesta  ini  sudah
bersatu  ke  dalam  jiwanya, yang lalu disadarinya, sejak dari
awal yang azali sampai pada  akhir  yang  abadi  -sejak  dunia
mulai  berkembang  sampai ke akhir zaman. Digambarkannya dalam
perkembangan kesunyian  dirinya  dalam  mencapai  kesempurnaan
itu,  dengan jalan kebaikan dan keindahan dan kebenaran, dalam
mengatasi  dan  mengalahkan  segala   kejahatan,   kekurangan,
keburukan  dan  kebatilan,  dengan  karunia  dan ampunan Tuhan
juga. Orang tidak akan mencapai keluhuran demikian itu,  kalau
tidak dengan suatu kekuatan yang berada di atas kodrat manusia
yang pernah dikenalnya.
 
Apabila sesudah itu kemudian datang orang-orang  yang  menjadi
pengikut   Muhammad   yang   tidak   sanggup  mengikuti  jejak
pikirannya yang begitu tinggi, dengan  kesadaran  yang  begitu
kuat  tentang  kesatuan alam, kesempurnaan serta perjuangannya
mencapai kesempurnaan itu, maka hal ini tidak mengherankan dan
bukan  pula  aib  tentunya. Orang-orang yang piawai dan jenial
memang  bertingkat-tingkat.  Dalam  kita  mencapai   kebenaran
inipun  selalu  terbentur  pada  batas-batas  ini; tenaga kita
sudah tidak mampu mengatasinya.
 
Apabila kita mau menyebutkan sebagai  contoh  -dengan  sedikit
perbedaan  tentunya,  sehubungan  dengan  apa yang kita hadapi
sekarang ini- cerita orang-orang buta  yang  ingin  mengetahui
gajah  itu  apa,  maka  salah  seorang  dari  mereka  itu akan
berkata, bahwa gajah itu ialah seutas tali yang panjang, sebab
kebetulan  yang  terpegang adalah buntutnya; yang seorang lagi
berkata, bahwa gajah itu sebatang pohon, sebab kebetulan  yang
dijumpainya  adalah  kakinya; yang ketiga berkata, bahwa gajah
itu  runcing  seperti  anak  panah,   sebab   kebetulan   yang
dijumpainya  adalah  taringnya;  yang  keempat  berkata, bahwa
gajah itu bulat panjang dan  bengkok,  banyak  bergerak-gerak,
sebab kebetulan yang dipegangnya adalah belalainya.
 
Contoh  ini  sebenarnya  masih  sejalan  dengan  gambaran yang
terbayang ketika orang yang tidak buta itu melihat gajah untuk
pertama   kalinya.   Boleh   juga   kiranya   kita   mengambil
perbandingan antara persepsi  (kesadaran)  Muhammad  menangkap
esensi   kesatuan   alam  ini  serta  penggambarannya  kedalam
isra'dan mi'raj yang berhubungan dengan  waktu  pertama  sejak
sebelum  Adam sampai pada akhir hari kebangkitan dan yang akan
menghilangkan pula kesudahan  ruang  ini,  ketika  ia  melihat
dengan  mata  batin dari Sidrat'l Muntaha ke alam semesta ini,
yang ada  sekarang  di  hadapannya  dan  sudah  seperti  kabut
-dengan  persepsi  (kesadaran)  kebanyakan  orang  yang  dapat
menangkap arti isra'-mi'raj itu.  Tatkala  itu  ia  berhadapan
dengan bagian-bagian yang tidak termasuk kesatuan alam, sedang
hidupnya hanya seperti partikel-partikel tubuh, bahkan seperti
partikel-partikel   yang   melekat   pada   tubuh  itu  dengan
susunannya yang tidak terpengaruh karenanya.  Dari  mana  pula
partikel-partikel  daripada  hidup  tubuh  itu,  dari denyutan
jantungnya, pancaran jiwanya,  pikirannya  yang  penuh  dengan
enersi yang tak kenal batas; sebab, dari wujud hidup itulah ia
berhubungan dengan segala kehidupan alam ini.
 
Isra' dengan ruh dalam pengertiannya adalah seperti isra'  dan
mi'raj juga yang semuanya dengan ruh. Ini adalah begitu luhur,
begitu indah dan agung. Ia merupakan suatu gambaran yang  kuat
sekali  dalam  arti kesatuan rohani sejak dari awal yang azali
sampai pada akhir yang abadi. Ini adalah  suatu  pendakian  ke
atas Gunung Sinai, tatkala Tuhan berbicara dengan Musa, dan ke
Bethlehem, tempat Isa dilahirkan.  Pertemuan  rohani  demikian
ini  sudah  mengandung  selawat  bagi  Muhammad, Isa, Musa dan
Ibrahim,  suatu  manifestasi  yang  kuat  sekali  dalam   arti
kesatuan  hidup  agama sebagai suatu sendi kesatuan alam dalam
edarannya yang terus-menerus menuju kepada kesempurnaan.
 
Ilmu pengetahuan pada masa kita sekarang  ini  mengakui  isra'
dengan  ruh  dan  mengakui  pula  mi'raj  dengan  ruh. Apabila
tenaga-tenaga  yang  bersih  itu  bertemu,  maka  sinar   yang
benarpun akan memancar. Dalam bentuk tertentu sama pula halnya
dengan tenaga-tenaga alam ini,  yang  telah  membukakan  jalan
kepada Marconi ketika ia menemukan suatu arus listrik tertentu
dari kapalnya yang sedang berlabuh di  Venesia.  Dengan  suatu
kekuatan   gelombang   ether  arus  listrik  itu  telah  dapat
menerangi kota Sydney di Australia.
 
IImu pengetahuan zaman  kita  sekarang  ini  membenarkan  pula
teori telepati serta pengetahuan lain yang bersangkutan dengan
itu. Demikian juga transmisi suara  di  atas  gelombang  ether
dengan   radio,   telephotography  (facsimile  transmisi)  dan
teleprinter lainnya, suatu hal  yang  tadinya  masih  dianggap
suatu   pekerjaan  khayal  belaka.  Tenaga-tenaga  yang  masih
tersimpan dalam alam semesta  ini  setiap  hari  masih  selalu
memperlihatkan  yang baru kepada alam kita. Apabila jiwa sudah
mencapai kekuatan dan kemampuan  yang  begitu  tinggi  seperti
yang   sudah  dicapai  oleh  jiwa  Muhammad  itu,  lalu  Allah
memperjalankan dia pada suatu  malam  dari  Masjid'l-Haram  ke
al-Masjid'l-Aqsha,  yang  disekelilingnya  sudah diberi berkah
guna memperlihatkan tanda-tanda kebesaranNya, maka itupun oleh
ilmu  pengetahuan  dapat pula dibenarkan. Arti semua ini ialah
pengertian-pengertian yang begitu kuat dan luhur, begitu indah
dan  agung,  dan  telah  pula membayangkan kesatuan rohani dan
kesatuan alam semesta ini begitu jelas dan  tegas  dalam  jiwa
Muhammad.  Orang akan dapat memahami arti semua ini apabila ia
dapat berusaha menempatkan diri  lebih  tinggi  dari  bayangan
hidup  yang singkat ini. Ia berusaha mencapai esensi kebenaran
tertinggi itu guna memahami kedudukannya yang  sebenarnya  dan
kedudukan alam ini seluruhnya.
 
Orang-orang  Arab  penduduk  Mekah  tidak dapat memahami semua
pengertian ini. Itulah pula sebabnya, tatkala soal  isra'  itu
oleh   Muhammad  disampaikan  kepada  mereka,  merekapun  lalu
menanggapinya dari bentuk materi - mungkin atau tidaknya isra'
itu. Apa yang dikatakannya itu kemudian menimbulkan kesangsian
juga pada beberapa orang pengikutnya,  pada  orang-orang  yang
tadinya  sudah percaya. Mereka banyak yang mengatakan: Masalah
ini sudah  jelas.  Perjalanan  kafilah  yang  terus-meneruspun
antara  Mekah-Syam  memakan  waktu  sebulan  pergi dan sebulan
pulang.  Mana  boleh  jadi  Muhammad  hanya  satu  malam  saja
pergi-pulang ke Mekah?!
 
Tidak  sedikit  mereka  yang sudah Islam itu kemudian berbalik
murtad. Mereka yang masih menyangsikan hal ini lalu mendatangi
Abu  Bakr dan keterangan yang diberikan Muhammad itu dijadikan
bahan pembicaraan.
 
"Kalian berdusta," kata Abu Bakr.
 
"Sungguh," kata mereka.  "Dia di mesjid sedang  bicara  dengan
orang banyak."
 
"Dan  kalaupun  itu  yang  dikatakannya,"  kata Abu Bakr lagi,
"tentu dia bicara yang sebenarnya.  Dia  mengatakan  kepadaku,
bahwa  ada  berita dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu
malam atau siang, aku percaya. Ini lebih lagi dari  yang  kamu
herankan."
 
Abu  Bakr  lalu mendatangi Nabi dan mendengarkan ia melukiskan
Bait'l-Maqdis. Abu Bakr sudah pernah berkunjung ke kota itu.
 
Selesai Nabi melukiskan keadaan mesjidnya, Abu Bakr berkata:
 
"Rasulullah, saya percaya."
 
Sejak itu Muhammad memanggil Abu Bakr dengan "AshShiddiq."9
 
Alasan mereka yang berpendapat bahwa isra'  itu  dengan  jasad
ialah  karena ketika Quraisy mendengar tentang kejadian Suraqa
mereka  menanyakannya  dan  mereka  yang  sudah  beriman  juga
menanyakan  tentang  peristiwa  yang  luar  biasa  itu. Mereka
memang  belum  pernah  mendengar   hal   semacam   itu.   Lalu
diceritakannya  tentang  adanya kafilah yang pernah dilaluinya
di tengah jalan. Ketika ada seekor unta dari kafilah tersesat,
dialah  yang  menunjukkan. Pernah ia minum dari sebuah kafilah
lain dan sesudah  minum  lalu  ditutupnya  bejana  itu.  Pihak
Quraisy   menanyakan   hal   tersebut.  Kedua  kafilah  itupun
membenarkan apa yang telah diceritakan Muhammad itu.
 
Saya kira, kalau dalam hal ini orang  bertanya  kepada  mereka
yang  berpendapat  tentang  isra' dengan ruh itu, tentu mereka
tidak akan  merasa  heran  sesudah  ternyata  ilmu  masa  kita
sekarang    ini   dapat   mengetahui   mungkinnya   hypnotisma
menceritakan hal-hal yang terjadi di tempat-tempat yang  jauh.
Apalagi  dengan  ruh  yang  dapat  menghimpun kehidupan rohani
dalam seluruh alam ini. Dengan  tenaga  yang  diberikan  Tuhan
kepadanya  ia dapat mengadakan komunikasi dengan rahasia hidup
ini dari awal alam azali sampai pada akhirnya yang abadi.
 
Catatan kaki:
 
 1 Biasanya tempat ini dinamai 'Syi'b Abi Talib' (A).
   
 2 At-Ta'if sebuah kota dan pusat musim panas dengan
   ketinggian 1520 m, dari permukaan laut, lebih kurang 60
   km timur laut Mekah (A).
   
 3 Doa ini dikenal dengan nama "Doa Ta'if" (A).
   
 4 Sebuah Kabilah Arab dari bagian Selatan (A).
   
 5 Kabilah Arab yang berdekatan dengah Suria (A).
   
 6 Kabilah Arab di dekat Irak (A).
   
 7 Kabilah Arab yang terpencar-pencar (A).
   
 8 Asra, sura dan isra', harfiah berarti "perjalanan
   malam hari" (LA). 'Araja berarti naik atau memanjat.
   Mi'raj harfiah tangga (N) (A).
   
 9 Yang tulus hati, yang sangat jujur (A).
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah

Kamis, 16 Februari 2012

Sejarah Hidup Muhammad (14)

Salah satu contoh misalnya cerita Ibn  Hisyam  melalui  ucapan
Nabi  'alaihissalam  sesudah  berjumpa  dengan  Adam di langit
pertama,  ketika  mengatakan:  "Kemudian  kulihat  orang-orang
bermoncong   seperti  moncong  unta,  tangan  mereka  memegang
segumpal api seperti  batu-batu,  lalu  dilemparkan  ke  dalam
mulut  mereka  dan  keluar  dari  dubur.  Aku bertanya: "Siapa
mereka itu, Jibril?".  "Mereka yang  memakan  harta  anak-anak
yatim  secara  tidak  sah,"  jawab  Jibril.  Kemudian  kulihat
orang-orang dengan perut yang belum pernah kulihat dengan cara
keluarga  Fir'aun  menyeberangi  mereka seperti unta yang kena
penyakit dalam kepalanya, ketika dibawa ke dalam  api.  Mereka
diinjak-injak  tak  dapat  beranjak  dari  tempat  mereka. Aku
bertanya:   "Siapa   mereka   itu,   Jibril?".   "Mereka   itu
tukang-tukang  riba,"  jawabnya. Kemudian kulihat orang-orang,
di hadapan mereka ada daging yang gemuk dan baik,  di  samping
ada  daging  yang  buruk  dan  busuk. Mereka makan daging yang
buruk dan busuk itu dan meninggalkan yang gemuk dan baik.  Aku
bertanya:  "Siapakah  mereka itu, Jibril"? "Mereka orang-orang
yang meninggalkan wanita yang  dihalalkan  Tuhan  dan  mencari
wanita   yang  diharamkan,"  jawabnya.  Kemudian  aku  melihat
wanita-wanita yang digantungkan pada buah  dadanya.  Lalu  aku
bertanya:  "Siapa mereka itu, Jibril?" "Mereka itu wanita yang
memasukkan laki-laki lain  bukan  dari  keluarga  mereka  ..."
Kemudian  aku  dibawa  ke surga. Di sana kulihat seorang budak
perempuan,  bibirnya  merah.  Kutanya  dia:  "Kepunyaan  siapa
engkau?"-Aku  tertarik  sekali  waktu  kulihat. "Aku kepunyaan
Zaid ibn  Haritha,"  jawabnya.  Maka  Rasulullah  s.a.w.  lalu
memberi selamat kepada Zaid ibn Haritha."
 
Selain dari buku Ibn Hisyam ini, dalam buku-buku sejarah hidup
Nabi yang lain dan dalam buku-buku tafsir orang  akan  melihat
bermacam-macam  hal  lagi  di  samping  itu. Sudah menjadi hak
setiap penulis sejarah bila  akan  bertanya-tanya,  sampai  di
mana  benar  ketelitian  dan  penyelidikan  yang mereka adakan
dalam hal  ini  semua;  mana  yang  boleh  dijadikan  pegangan
(askripsi)  sampai  kepada  Nabi  sesuai  dengan pegangan yang
sahih (otentik), dan mana pula yang hanya berupa  buah  khayal
orang-orang tasauf dan sebangsanya.
 
Kalau  di  sini tidak cukup ruangan untuk mengadakan ketentuan
atau penyelidikan dalam bidang tersebut, dan kalau bukan  pula
di sini tempatnya untuk menyatakan apakah isra' dan mi'raj itu
keduanya dengan jasad, ataukah mi'raj  dengan  ruh  dan  isra'
dengan jasad, ataukah isra' dan mi'raj itu semuanya dengan ruh
- maka sudah tentu bahwa tiap pendapat itu akan  ada  dasarnya
pada  ahli-ahli  ilmu  kalam  dan tak ada salahnya, kalau atas
pendapat-pendapat itu orang menyatakan  pendiriannya  sendiri,
yang akan berbeda pula satu dari yang lain.
 
Jadi  barangsiapa yang mau menyatakan pendapatnya, bahwa isra'
dan mi'raj itu  keduanya  dengan  ruh,  maka  dasarnya  adalah
seperti yang kita kemukakan tadi dan sudah berulang-ulang pula
disebutkan dalam Qur'an dan diucapkan Rasul.
 
"Sungguh aku ini manusia  seperti  kamu  juga  yang  diberikan
wahyu   kepadaku.  Tetapi  Tuhanmu  adalah  Tuhan  Yang  Esa,"
(Qur'an. 18: 110)
 
dan bahwa satu-satunya mujizat Muhammad ialah Qur'an, dan
 
"Bahwasanya  Allah  tidak  akan  mengampuni  dosa  orang  yang
mempersekutukanNya,  tetapi  Dia mengampuni segala dosa selain
(syirik) itu, siapa saja yang dikehendakiNya." (Qur'an, 4:48)
 
Orang yang berpendapat demikian ini -sebenarnya melebihi  yang
lain-  ia  akan bertanya, apa sebenarnya arti isra' dan mi'raj
itu. Di sinilah letak pendapat yang ingin kita kemukakan. Kita
belum  mengetahui,  sudah  adakah  orang  mengemukakan hal ini
sebelum kita, atau belum.
 
Isra' dan mi'raj ini dalam hidup kerohanian Muhammad mempunyai
arti yang tinggi dan agung sekali, suatu arti yang lebih besar
dari yang biasa mereka lukiskan itu, yang kadang tidak sedikit
dikacau  dan  dirusak oleh imajinasi ahli-ahli ilmu kalam yang
subur itu. Jiwa yang sungguh kuat itu, tatkala  terjadi  isra'
dan  mi'raj,  telah dipersatukan oleh kesatuan wujud ini, yang
sudah sampai pada puncak kesempurnaannya. Pada  saat  itu  tak
ada  sesuatu  tabir  ruang  dan  waktu atau sesuatu yang dapat
mengalangi  intelek  dan  jiwa  Muhammad,  yang  akan  membuat
penilaian  kita tentang hidup ini menjadi nisbi, terbatas oleh
kekuatan-kekuatan kita yang sensasional, yang dapat  diarahkan
menurut akal pikiran. Pada saat itu semua batas jadi hanyut di
depan hati nurani Muhammad. Seluruh  alam  semesta  ini  sudah
bersatu  ke  dalam  jiwanya, yang lalu disadarinya, sejak dari
awal yang azali sampai pada  akhir  yang  abadi  -sejak  dunia
mulai  berkembang  sampai ke akhir zaman. Digambarkannya dalam
perkembangan kesunyian  dirinya  dalam  mencapai  kesempurnaan
itu,  dengan jalan kebaikan dan keindahan dan kebenaran, dalam
mengatasi  dan  mengalahkan  segala   kejahatan,   kekurangan,
keburukan  dan  kebatilan,  dengan  karunia  dan ampunan Tuhan
juga. Orang tidak akan mencapai keluhuran demikian itu,  kalau
tidak dengan suatu kekuatan yang berada di atas kodrat manusia
yang pernah dikenalnya.
 
Apabila sesudah itu kemudian datang orang-orang  yang  menjadi
pengikut   Muhammad   yang   tidak   sanggup  mengikuti  jejak
pikirannya yang begitu tinggi, dengan  kesadaran  yang  begitu
kuat  tentang  kesatuan alam, kesempurnaan serta perjuangannya
mencapai kesempurnaan itu, maka hal ini tidak mengherankan dan
bukan  pula  aib  tentunya. Orang-orang yang piawai dan jenial
memang  bertingkat-tingkat.  Dalam  kita  mencapai   kebenaran
inipun  selalu  terbentur  pada  batas-batas  ini; tenaga kita
sudah tidak mampu mengatasinya.
 
Apabila kita mau menyebutkan sebagai  contoh  -dengan  sedikit
perbedaan  tentunya,  sehubungan  dengan  apa yang kita hadapi
sekarang ini- cerita orang-orang buta  yang  ingin  mengetahui
gajah  itu  apa,  maka  salah  seorang  dari  mereka  itu akan
berkata, bahwa gajah itu ialah seutas tali yang panjang, sebab
kebetulan  yang  terpegang adalah buntutnya; yang seorang lagi
berkata, bahwa gajah itu sebatang pohon, sebab kebetulan  yang
dijumpainya  adalah  kakinya; yang ketiga berkata, bahwa gajah
itu  runcing  seperti  anak  panah,   sebab   kebetulan   yang
dijumpainya  adalah  taringnya;  yang  keempat  berkata, bahwa
gajah itu bulat panjang dan  bengkok,  banyak  bergerak-gerak,
sebab kebetulan yang dipegangnya adalah belalainya.
 
Contoh  ini  sebenarnya  masih  sejalan  dengan  gambaran yang
terbayang ketika orang yang tidak buta itu melihat gajah untuk
pertama   kalinya.   Boleh   juga   kiranya   kita   mengambil
perbandingan antara persepsi  (kesadaran)  Muhammad  menangkap
esensi   kesatuan   alam  ini  serta  penggambarannya  kedalam
isra'dan mi'raj yang berhubungan dengan  waktu  pertama  sejak
sebelum  Adam sampai pada akhir hari kebangkitan dan yang akan
menghilangkan pula kesudahan  ruang  ini,  ketika  ia  melihat
dengan  mata  batin dari Sidrat'l Muntaha ke alam semesta ini,
yang ada  sekarang  di  hadapannya  dan  sudah  seperti  kabut
-dengan  persepsi  (kesadaran)  kebanyakan  orang  yang  dapat
menangkap arti isra'-mi'raj itu.  Tatkala  itu  ia  berhadapan
dengan bagian-bagian yang tidak termasuk kesatuan alam, sedang
hidupnya hanya seperti partikel-partikel tubuh, bahkan seperti
partikel-partikel   yang   melekat   pada   tubuh  itu  dengan
susunannya yang tidak terpengaruh karenanya.  Dari  mana  pula
partikel-partikel  daripada  hidup  tubuh  itu,  dari denyutan
jantungnya, pancaran jiwanya,  pikirannya  yang  penuh  dengan
enersi yang tak kenal batas; sebab, dari wujud hidup itulah ia
berhubungan dengan segala kehidupan alam ini.
 
Isra' dengan ruh dalam pengertiannya adalah seperti isra'  dan
mi'raj juga yang semuanya dengan ruh. Ini adalah begitu luhur,
begitu indah dan agung. Ia merupakan suatu gambaran yang  kuat
sekali  dalam  arti kesatuan rohani sejak dari awal yang azali
sampai pada akhir yang abadi. Ini adalah  suatu  pendakian  ke
atas Gunung Sinai, tatkala Tuhan berbicara dengan Musa, dan ke
Bethlehem, tempat Isa dilahirkan.  Pertemuan  rohani  demikian
ini  sudah  mengandung  selawat  bagi  Muhammad, Isa, Musa dan
Ibrahim,  suatu  manifestasi  yang  kuat  sekali  dalam   arti
kesatuan  hidup  agama sebagai suatu sendi kesatuan alam dalam
edarannya yang terus-menerus menuju kepada kesempurnaan.
 
Ilmu pengetahuan pada masa kita sekarang  ini  mengakui  isra'
dengan  ruh  dan  mengakui  pula  mi'raj  dengan  ruh. Apabila
tenaga-tenaga  yang  bersih  itu  bertemu,  maka  sinar   yang
benarpun akan memancar. Dalam bentuk tertentu sama pula halnya
dengan tenaga-tenaga alam ini,  yang  telah  membukakan  jalan
kepada Marconi ketika ia menemukan suatu arus listrik tertentu
dari kapalnya yang sedang berlabuh di  Venesia.  Dengan  suatu
kekuatan   gelombang   ether  arus  listrik  itu  telah  dapat
menerangi kota Sydney di Australia.
 
IImu pengetahuan zaman  kita  sekarang  ini  membenarkan  pula
teori telepati serta pengetahuan lain yang bersangkutan dengan
itu. Demikian juga transmisi suara  di  atas  gelombang  ether
dengan   radio,   telephotography  (facsimile  transmisi)  dan
teleprinter lainnya, suatu hal  yang  tadinya  masih  dianggap
suatu   pekerjaan  khayal  belaka.  Tenaga-tenaga  yang  masih
tersimpan dalam alam semesta  ini  setiap  hari  masih  selalu
memperlihatkan  yang baru kepada alam kita. Apabila jiwa sudah
mencapai kekuatan dan kemampuan  yang  begitu  tinggi  seperti
yang   sudah  dicapai  oleh  jiwa  Muhammad  itu,  lalu  Allah
memperjalankan dia pada suatu  malam  dari  Masjid'l-Haram  ke
al-Masjid'l-Aqsha,  yang  disekelilingnya  sudah diberi berkah
guna memperlihatkan tanda-tanda kebesaranNya, maka itupun oleh
ilmu  pengetahuan  dapat pula dibenarkan. Arti semua ini ialah
pengertian-pengertian yang begitu kuat dan luhur, begitu indah
dan  agung,  dan  telah  pula membayangkan kesatuan rohani dan
kesatuan alam semesta ini begitu jelas dan  tegas  dalam  jiwa
Muhammad.  Orang akan dapat memahami arti semua ini apabila ia
dapat berusaha menempatkan diri  lebih  tinggi  dari  bayangan
hidup  yang singkat ini. Ia berusaha mencapai esensi kebenaran
tertinggi itu guna memahami kedudukannya yang  sebenarnya  dan
kedudukan alam ini seluruhnya.
 
Orang-orang  Arab  penduduk  Mekah  tidak dapat memahami semua
pengertian ini. Itulah pula sebabnya, tatkala soal  isra'  itu
oleh   Muhammad  disampaikan  kepada  mereka,  merekapun  lalu
menanggapinya dari bentuk materi - mungkin atau tidaknya isra'
itu. Apa yang dikatakannya itu kemudian menimbulkan kesangsian
juga pada beberapa orang pengikutnya,  pada  orang-orang  yang
tadinya  sudah percaya. Mereka banyak yang mengatakan: Masalah
ini sudah  jelas.  Perjalanan  kafilah  yang  terus-meneruspun
antara  Mekah-Syam  memakan  waktu  sebulan  pergi dan sebulan
pulang.  Mana  boleh  jadi  Muhammad  hanya  satu  malam  saja
pergi-pulang ke Mekah?!
 
Tidak  sedikit  mereka  yang sudah Islam itu kemudian berbalik
murtad. Mereka yang masih menyangsikan hal ini lalu mendatangi
Abu  Bakr dan keterangan yang diberikan Muhammad itu dijadikan
bahan pembicaraan.
 
"Kalian berdusta," kata Abu Bakr.
 
"Sungguh," kata mereka.  "Dia di mesjid sedang  bicara  dengan
orang banyak."
 
"Dan  kalaupun  itu  yang  dikatakannya,"  kata Abu Bakr lagi,
"tentu dia bicara yang sebenarnya.  Dia  mengatakan  kepadaku,
bahwa  ada  berita dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu
malam atau siang, aku percaya. Ini lebih lagi dari  yang  kamu
herankan."
 
Abu  Bakr  lalu mendatangi Nabi dan mendengarkan ia melukiskan
Bait'l-Maqdis. Abu Bakr sudah pernah berkunjung ke kota itu.
 
Selesai Nabi melukiskan keadaan mesjidnya, Abu Bakr berkata:
 
"Rasulullah, saya percaya."
 
Sejak itu Muhammad memanggil Abu Bakr dengan "AshShiddiq."9
 
Alasan mereka yang berpendapat bahwa isra'  itu  dengan  jasad
ialah  karena ketika Quraisy mendengar tentang kejadian Suraqa
mereka  menanyakannya  dan  mereka  yang  sudah  beriman  juga
menanyakan  tentang  peristiwa  yang  luar  biasa  itu. Mereka
memang  belum  pernah  mendengar   hal   semacam   itu.   Lalu
diceritakannya  tentang  adanya kafilah yang pernah dilaluinya
di tengah jalan. Ketika ada seekor unta dari kafilah tersesat,
dialah  yang  menunjukkan. Pernah ia minum dari sebuah kafilah
lain dan sesudah  minum  lalu  ditutupnya  bejana  itu.  Pihak
Quraisy   menanyakan   hal   tersebut.  Kedua  kafilah  itupun
membenarkan apa yang telah diceritakan Muhammad itu.
 
Saya kira, kalau dalam hal ini orang  bertanya  kepada  mereka
yang  berpendapat  tentang  isra' dengan ruh itu, tentu mereka
tidak akan  merasa  heran  sesudah  ternyata  ilmu  masa  kita
sekarang    ini   dapat   mengetahui   mungkinnya   hypnotisma
menceritakan hal-hal yang terjadi di tempat-tempat yang  jauh.
Apalagi  dengan  ruh  yang  dapat  menghimpun kehidupan rohani
dalam seluruh alam ini. Dengan  tenaga  yang  diberikan  Tuhan
kepadanya  ia dapat mengadakan komunikasi dengan rahasia hidup
ini dari awal alam azali sampai pada akhirnya yang abadi.
 
Catatan kaki:
 
 1 Biasanya tempat ini dinamai 'Syi'b Abi Talib' (A).
   
 2 At-Ta'if sebuah kota dan pusat musim panas dengan
   ketinggian 1520 m, dari permukaan laut, lebih kurang 60
   km timur laut Mekah (A).
   
 3 Doa ini dikenal dengan nama "Doa Ta'if" (A).
   
 4 Sebuah Kabilah Arab dari bagian Selatan (A).
   
 5 Kabilah Arab yang berdekatan dengah Suria (A).
   
 6 Kabilah Arab di dekat Irak (A).
   
 7 Kabilah Arab yang terpencar-pencar (A).
   
 8 Asra, sura dan isra', harfiah berarti "perjalanan
   malam hari" (LA). 'Araja berarti naik atau memanjat.
   Mi'raj harfiah tangga (N) (A).
   
 9 Yang tulus hati, yang sangat jujur (A).
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez