Rabu, 15 Februari 2012

Angel sahabatku

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 13.55
Aku gadis tomboi dari kecil. Teman-temanku rata-rata adalah cowok. Gaya berpakaiankupun sangat berbeda dengan gadis-gadis di desaku. Tapi inilah aku.

Kadang aku berpikir "kok aku seperti ini yah??" Membandingkan diri dengan gadis-gadis di desaku

Orangtuakupun gusar dengan tingkah lakuku yang seperti lelaki ini. Mereka selalu berusaha mengubahku menjadi seorang anak perempuan yang manis tapi selalu gagal.

"Nak, coba pake rok panjang ini. Motifnya cantik secantik dirimu" ucap ibuku
"aduh ibu, itu motifnya bunga warna pink lagi. Apa kata dunia jika aku memakainya" ucapku

Saat itu ibu memaksaku menggunakannya. Demi membuat hati ibu senang, kucoba memakainya. Setelah memakainya kuperlihatkan pada ibuku.

"Cantik nak, cocok sekali. Tinggal kita beli jilbabnya" ucap ibu lagi
Setelah ibu mengatakan hal itu, aku langsung melepaskan rok itu dan lari ke luar rumah.

Aku kaget dengan kata-kata ibu yang menyuruhku menggunakan jilbab.

Aku berlari ke tepi sungai. Aku berteriak "aku tidak bisa" sekencang-kencangnya

Tiba-tiba datang seorang kakek dari belakangku.
"Nak,, bukan tidak bisa tapi tidak mau" ucapnya
Setelah mengucap hal itu dia langsung pergi begitu saja.

"Kek,, maksud kakek" ucapku
Tapi dia telah pergi, aku kebingungan dengan ucapannya.

Aku mencoba menelah kata-kata kakek tiba-tiba teman-temanku datang mengagetkanku
"Oi, melamun aje neng"
"Mak lu tuh nyariin,, katanya kalo ketemu lu kita disuruh bawa pulang ke rumah"

"Iyah, ntar lagi juga gw pulang" ucapku

"Lu kenapa sih??"
"Gpp kok"

Kemudian mereka semua menarikku ke sungai. Dan menceburkanku.
Kegelisahanku terlupakan sejenak saat itu.
Setelah itu akupun kembali ke rumah dengan pakaian yang basah.

"Astagfirullah, kamu ini darimana lagi" ucap ayahku
"Maaf ayah, tadi kecebur di sungai"
"Sampai kapan kau seperti ini?"
Aku langsung masuk ke dalam kamar.

selesai mandi bersih kudengar percakapan ayah dan ibuku
Ayah : "bu, bagaimana kalau kita masukkan dia ke pesantren aja"
Ibu : "aku tak sampai hati yah"
Ayah : "ini juga demi kebaikan anak kita. Ibu nurut aja yah. Besok bapak cari info tentang pesantren itu"
Ibu hanya mengangguk-angguk saja.

Aku masuk ke kamar dan menangis. Aku takut. Sangat takut.

Keesokan harinya, aku diajak kesuatu tempat. Awalnya aku sudah curiga tapi ayah ngotot kalau tempat itu bukan pesantren. Akupun ikut.
Sampai disana ternyata itu pesantren. Dan yang membuatku kaget adakah ternyata dalam mobil barang-barangku sudah dikemas. Sudah ada koper besar berisi pakaian-pakaianku.

"Ibu,,, jangan buang aku disini"
"Sabar nak, kamu tidak kami buang. Sebentar lagi juga kamu bersama kami lagi"

Akhirnya aku ditinggalkan ayah dan ibu.

Pesantren ini begitu menyeramkan bagiku.

Hari demi hari di tempat ini, seakan sama saja. Begitu suram.

Seminggu di sana, aku mendapatkan seorang sahabat. Dia teman sekamarku. Namanya Angel. Dia muallaf dan orang tuanya adalah non muslim.

"Kamu beruntung tih, lahir dan dibesarkan dari keluarga muslim. Jgn sia-siakan hal itu. Keluarga besarku semuanya non muslim."
"Maaf nih aku mau nanya, kok kamu bisa masuk islam sedangkan keluarga besarmu non muslim semuanya?" Tanyaku pada angel
"Teman-teman Sekolah rata-rata adalah islam. Bahkan sahabat karibku. Setiap kali ku melihatnya shalat dan membaca ayat suci Al Quran, ada kedamaian yang kurasa. Di dalam kamar tanpa diketahui keluargaku aku sering menonton acara dakwah. Bertambah tenanglah hatiku. Kemudian aku mencari semua tentang Islam. Sampai suatu ketika aku membaca artikel seorang yang muallaf. Kuberanikan diriku mengatakan keinginanku menjadi muallaf pada keluarga besarku. Awalnya semua menentangku. Apalagi ayahku adalah ahli agama"
"Terus" ucapku
"Kemudian aku mendatangi sendiri sebuah mesjid dan meminta mereka menyaksikan keislamanku. Setelah itu aku kembali ke rumah dan mengatakan semuanya kepada keluarga. Saat itu semuanya terkejut atas keberanianku. Kemudian aku melanjutkan ucapanku kepada mereka. Bagimulah agamamu dan bagikulah agamaku. Aku tak kan menggangu keluarga besar beribadah dan kalian tetaplah keluargaku. Walaupun tak langsung di terima namun seiring berjalannya waktu mereka bisa menerimanya. Sampai akhirnya aku meminta untuk masuk pesantren ini"

Setelah mendengar cerita angel tentang hidupnya, kekagumanku padanya semakin besar. Aku malu pada diriku. Saat itu juga kuputuskan untuk bersungguh-sungguh menerima ilmu di pesantren.

Waktu berlalu tanpa di sadari. Setiap hari angellah yang membangkitkan semangat spritualku. Setiap hari kami bersama-sama berbagi segala hal.

2,5 tahun telah kami lalui, sebentar lagi kami harus mengikuti ujian akhir nasional.

"Gel, aku deg-degan"
"Kenapa tih"
"Sebentar lgi UAN"
"Kalau begitu, dari sekarang kita harus belajar untuk UAN. Semangat"
"Semangat ukhtiku sayang" ucapku

Setelah itupun kami sungguh-sungguh belajar untuk UAN. Setiap hari setelah belajar di kelas kami melanjutkan belajar contoh-contoh soal UAN.

Tibalah waktunya UAN. Tanpa rasa deg degan lagi aku masuk ke ruang ujian. Dengan membaca basmalah ku memulai mengerjakan soal ujian. Dan alhamdulillah aku bisa mengerjakan soal-soalnya dengan mudah. Begitupun dengan Angel.

"Akhirnya UAN selesai dengan melegakan gel, rencanamu kuliah dimana??"
"Entahlah, aku belum memikirkan itu. Sebentar lagi kita akan berpisah. Aku takut dunia di luar sana. Rasanya aku ingin tetap bersamamu di pesantren ini"
"Kenapa gel?"
"Aku takut aku lupa pada ilmu agama yang kita dapatkan di pesantren. Aku takut aku tak menemukan teman sepertimu yang membantuku meningkatkan spritualku"
"Kalau begitu bagaiman kalau kita pilih tempat kuliah bersama-sama"
"Ide yg bagus tih"

Sambil menunggu hasil UAN, pesantren diliburkan. Kami semua kembali ke rumah masing-masing.

Sampai di rumah semuanya terkejut melihatku. Jilbabku yang mulai terulur panjang, bajuku yang besar dan longgar, kaos kaki yang tak pernah kulepas jika di luar rumah. Mereka semua tak percaya kalau yang dilihatnya adalah Fatih.

"Ayah dan Ibu bangga kepadamu nak"
"Ini juga berkat ayah dan ibu"

Saat itu aku jarang keluar rumah. Aku hanya di rumah membantu ibu setiap harinya.
"Inikan memang tugas dan kewajiban wanita" ucapku pada ibu
"Anak ibu makin pintar"
"Kan wanita sumber fitnah bu, jadi harus jaga kehormatan"
Ibu mengecup keningku
Setelah itu kulanjutkan menceritakan semua pengalamanku dipesantren. Termasuk sahabat karibku angel.

Seminggu telah berlalu, kerinduanku pada sahabat karibku tak terbendung lagi. Aku menyesal karena lupa meminta nomor telpon dan alamatnya. Hal ini karena kegiranganku akan tiba saatnya libur.

Mau bagaimana lagi. Aku harus menunggu sampai pengumuman uan di pesantren untuk bertemu dengan angel.

Akhirnya tiba saatnya kami semua kembali ke pesantren. Di perjalanan aku sangat senang karena sebentar lagi akan bertemu dengan angel.
Dalam perjalanan aku tertidur sangat pulas. Mulai dari keluar dari halaman rumah sampai tiba di pesantren.

Dengan girang, aku begitu senang bertemu dengan angel
"Gel, aku sangat merindukanmu. Besok adalah hari bersejarah bagi kita. Besok akan diumumkan hasil UAN"
"Iyah, aku juga tih. Semoga hasilnya memuaskan yah"
Kamipun kembali ke asrama. Di kamar, kami meneruskan percakapan.
"Angel, jadi kita rencana kuliah dimana"
"Terserah kamu saja" ucapnya dengan bibirnya yang seakan tidak tulus mengucapnya.
Matanya berbinar-binar seakan ada kesedihan dalam dirinya.
Aku bertanya-tanya dalam hati "kenapa dengan angel"

Tiba-tiba terdengar suara berteriak memanggilku "fatih fatih fatih fatih, sudah sampai nak"
Akupun terbangun, dan ternyata percakapanku dengan angel adalah mimpi.

Sesampaiku di pesantren, hasil UANpun telah ditempel di mading. Hasil UAN lebih cepat diumumkan daripada jadwalnya. Ku bergegas melihatnya dan alhamdulillah aku dan angel lulus dengan nilai yang memuaskan.


Tiba-tiba ada sosok anak kecil mendatangiku dan memberikan sebuah surat kecil. Surat itu kusimpan di dalam tasku karena tidak mungkin dalam keadaan seperti itu aku membacanya. Orang tuakupun dengan wajah bahagia melihat hasil uan.
"Ibu dan ayah bangga kepadamu nak, oia temanmu angel mana"
"Iya nih bu, daritadi aku tak melihatnya"
"Anak kecil tadi itu siapa?"
"G tau bu, kemana perginya dia"

Aku lupa dengan sosok anak kecil tadi, kubuka surat itu dan ternyat surat itu dari angel.
Isi suratnya
"Fatih sahabatku,
Aku minta maaf karena kita tidak bisa bertemu lagi
Aku minta maaf karena mengingkari janji agar kita kuliah bersama
Semoga engkau mau menerima maafku

Aku sangat senang karena mengenal dirimu
Terima kasih atas semuanya"

Aku bingung maksud angel apa. Tiba-tiba terdengar suara di speaker sekolah "innalillahi wainnailaihi rajiun, teman kita angel telah berpulang ke rahmatullah. Marilah kita bersama-sama mendoakan dia agar amal ibadahnya di terima di sisi Allah"

Air mataku berlinang, tapi aku tak mau larut dalam kesedihan.
Angel pernah berkata kepadaku "jika kita kehilangan seseorang, jgnlah kita terlalu berduka cita sampai menangis berlebih-lebihan. Sudah hukum alam makhluk akan meninggal. Dengan menangis, kita akan membuat mayit tersebut susah di alam sana. Kupetik dari sebuah hadis"

Ternyata angel meninggal seminggu yang lalu karena sakit.

Sejak saat itu, aku terus berusaha meningkatkan spritualku. Aku terus mengingat bagaimana usaha dari angel untuk terus meningkatkan kualitas imannya di tengah-tengah perbedaan agama antara keluarganya.

"Angel, engkau adalah salah satu inspirasi hidupku. Terima kasih. Sampai kapanpun aku tetap sahabatmu yang akan selalu mendoakanmu"

@rahmisyam

Rabu, 15 Februari 2012

Angel sahabatku

Aku gadis tomboi dari kecil. Teman-temanku rata-rata adalah cowok. Gaya berpakaiankupun sangat berbeda dengan gadis-gadis di desaku. Tapi inilah aku.

Kadang aku berpikir "kok aku seperti ini yah??" Membandingkan diri dengan gadis-gadis di desaku

Orangtuakupun gusar dengan tingkah lakuku yang seperti lelaki ini. Mereka selalu berusaha mengubahku menjadi seorang anak perempuan yang manis tapi selalu gagal.

"Nak, coba pake rok panjang ini. Motifnya cantik secantik dirimu" ucap ibuku
"aduh ibu, itu motifnya bunga warna pink lagi. Apa kata dunia jika aku memakainya" ucapku

Saat itu ibu memaksaku menggunakannya. Demi membuat hati ibu senang, kucoba memakainya. Setelah memakainya kuperlihatkan pada ibuku.

"Cantik nak, cocok sekali. Tinggal kita beli jilbabnya" ucap ibu lagi
Setelah ibu mengatakan hal itu, aku langsung melepaskan rok itu dan lari ke luar rumah.

Aku kaget dengan kata-kata ibu yang menyuruhku menggunakan jilbab.

Aku berlari ke tepi sungai. Aku berteriak "aku tidak bisa" sekencang-kencangnya

Tiba-tiba datang seorang kakek dari belakangku.
"Nak,, bukan tidak bisa tapi tidak mau" ucapnya
Setelah mengucap hal itu dia langsung pergi begitu saja.

"Kek,, maksud kakek" ucapku
Tapi dia telah pergi, aku kebingungan dengan ucapannya.

Aku mencoba menelah kata-kata kakek tiba-tiba teman-temanku datang mengagetkanku
"Oi, melamun aje neng"
"Mak lu tuh nyariin,, katanya kalo ketemu lu kita disuruh bawa pulang ke rumah"

"Iyah, ntar lagi juga gw pulang" ucapku

"Lu kenapa sih??"
"Gpp kok"

Kemudian mereka semua menarikku ke sungai. Dan menceburkanku.
Kegelisahanku terlupakan sejenak saat itu.
Setelah itu akupun kembali ke rumah dengan pakaian yang basah.

"Astagfirullah, kamu ini darimana lagi" ucap ayahku
"Maaf ayah, tadi kecebur di sungai"
"Sampai kapan kau seperti ini?"
Aku langsung masuk ke dalam kamar.

selesai mandi bersih kudengar percakapan ayah dan ibuku
Ayah : "bu, bagaimana kalau kita masukkan dia ke pesantren aja"
Ibu : "aku tak sampai hati yah"
Ayah : "ini juga demi kebaikan anak kita. Ibu nurut aja yah. Besok bapak cari info tentang pesantren itu"
Ibu hanya mengangguk-angguk saja.

Aku masuk ke kamar dan menangis. Aku takut. Sangat takut.

Keesokan harinya, aku diajak kesuatu tempat. Awalnya aku sudah curiga tapi ayah ngotot kalau tempat itu bukan pesantren. Akupun ikut.
Sampai disana ternyata itu pesantren. Dan yang membuatku kaget adakah ternyata dalam mobil barang-barangku sudah dikemas. Sudah ada koper besar berisi pakaian-pakaianku.

"Ibu,,, jangan buang aku disini"
"Sabar nak, kamu tidak kami buang. Sebentar lagi juga kamu bersama kami lagi"

Akhirnya aku ditinggalkan ayah dan ibu.

Pesantren ini begitu menyeramkan bagiku.

Hari demi hari di tempat ini, seakan sama saja. Begitu suram.

Seminggu di sana, aku mendapatkan seorang sahabat. Dia teman sekamarku. Namanya Angel. Dia muallaf dan orang tuanya adalah non muslim.

"Kamu beruntung tih, lahir dan dibesarkan dari keluarga muslim. Jgn sia-siakan hal itu. Keluarga besarku semuanya non muslim."
"Maaf nih aku mau nanya, kok kamu bisa masuk islam sedangkan keluarga besarmu non muslim semuanya?" Tanyaku pada angel
"Teman-teman Sekolah rata-rata adalah islam. Bahkan sahabat karibku. Setiap kali ku melihatnya shalat dan membaca ayat suci Al Quran, ada kedamaian yang kurasa. Di dalam kamar tanpa diketahui keluargaku aku sering menonton acara dakwah. Bertambah tenanglah hatiku. Kemudian aku mencari semua tentang Islam. Sampai suatu ketika aku membaca artikel seorang yang muallaf. Kuberanikan diriku mengatakan keinginanku menjadi muallaf pada keluarga besarku. Awalnya semua menentangku. Apalagi ayahku adalah ahli agama"
"Terus" ucapku
"Kemudian aku mendatangi sendiri sebuah mesjid dan meminta mereka menyaksikan keislamanku. Setelah itu aku kembali ke rumah dan mengatakan semuanya kepada keluarga. Saat itu semuanya terkejut atas keberanianku. Kemudian aku melanjutkan ucapanku kepada mereka. Bagimulah agamamu dan bagikulah agamaku. Aku tak kan menggangu keluarga besar beribadah dan kalian tetaplah keluargaku. Walaupun tak langsung di terima namun seiring berjalannya waktu mereka bisa menerimanya. Sampai akhirnya aku meminta untuk masuk pesantren ini"

Setelah mendengar cerita angel tentang hidupnya, kekagumanku padanya semakin besar. Aku malu pada diriku. Saat itu juga kuputuskan untuk bersungguh-sungguh menerima ilmu di pesantren.

Waktu berlalu tanpa di sadari. Setiap hari angellah yang membangkitkan semangat spritualku. Setiap hari kami bersama-sama berbagi segala hal.

2,5 tahun telah kami lalui, sebentar lagi kami harus mengikuti ujian akhir nasional.

"Gel, aku deg-degan"
"Kenapa tih"
"Sebentar lgi UAN"
"Kalau begitu, dari sekarang kita harus belajar untuk UAN. Semangat"
"Semangat ukhtiku sayang" ucapku

Setelah itupun kami sungguh-sungguh belajar untuk UAN. Setiap hari setelah belajar di kelas kami melanjutkan belajar contoh-contoh soal UAN.

Tibalah waktunya UAN. Tanpa rasa deg degan lagi aku masuk ke ruang ujian. Dengan membaca basmalah ku memulai mengerjakan soal ujian. Dan alhamdulillah aku bisa mengerjakan soal-soalnya dengan mudah. Begitupun dengan Angel.

"Akhirnya UAN selesai dengan melegakan gel, rencanamu kuliah dimana??"
"Entahlah, aku belum memikirkan itu. Sebentar lagi kita akan berpisah. Aku takut dunia di luar sana. Rasanya aku ingin tetap bersamamu di pesantren ini"
"Kenapa gel?"
"Aku takut aku lupa pada ilmu agama yang kita dapatkan di pesantren. Aku takut aku tak menemukan teman sepertimu yang membantuku meningkatkan spritualku"
"Kalau begitu bagaiman kalau kita pilih tempat kuliah bersama-sama"
"Ide yg bagus tih"

Sambil menunggu hasil UAN, pesantren diliburkan. Kami semua kembali ke rumah masing-masing.

Sampai di rumah semuanya terkejut melihatku. Jilbabku yang mulai terulur panjang, bajuku yang besar dan longgar, kaos kaki yang tak pernah kulepas jika di luar rumah. Mereka semua tak percaya kalau yang dilihatnya adalah Fatih.

"Ayah dan Ibu bangga kepadamu nak"
"Ini juga berkat ayah dan ibu"

Saat itu aku jarang keluar rumah. Aku hanya di rumah membantu ibu setiap harinya.
"Inikan memang tugas dan kewajiban wanita" ucapku pada ibu
"Anak ibu makin pintar"
"Kan wanita sumber fitnah bu, jadi harus jaga kehormatan"
Ibu mengecup keningku
Setelah itu kulanjutkan menceritakan semua pengalamanku dipesantren. Termasuk sahabat karibku angel.

Seminggu telah berlalu, kerinduanku pada sahabat karibku tak terbendung lagi. Aku menyesal karena lupa meminta nomor telpon dan alamatnya. Hal ini karena kegiranganku akan tiba saatnya libur.

Mau bagaimana lagi. Aku harus menunggu sampai pengumuman uan di pesantren untuk bertemu dengan angel.

Akhirnya tiba saatnya kami semua kembali ke pesantren. Di perjalanan aku sangat senang karena sebentar lagi akan bertemu dengan angel.
Dalam perjalanan aku tertidur sangat pulas. Mulai dari keluar dari halaman rumah sampai tiba di pesantren.

Dengan girang, aku begitu senang bertemu dengan angel
"Gel, aku sangat merindukanmu. Besok adalah hari bersejarah bagi kita. Besok akan diumumkan hasil UAN"
"Iyah, aku juga tih. Semoga hasilnya memuaskan yah"
Kamipun kembali ke asrama. Di kamar, kami meneruskan percakapan.
"Angel, jadi kita rencana kuliah dimana"
"Terserah kamu saja" ucapnya dengan bibirnya yang seakan tidak tulus mengucapnya.
Matanya berbinar-binar seakan ada kesedihan dalam dirinya.
Aku bertanya-tanya dalam hati "kenapa dengan angel"

Tiba-tiba terdengar suara berteriak memanggilku "fatih fatih fatih fatih, sudah sampai nak"
Akupun terbangun, dan ternyata percakapanku dengan angel adalah mimpi.

Sesampaiku di pesantren, hasil UANpun telah ditempel di mading. Hasil UAN lebih cepat diumumkan daripada jadwalnya. Ku bergegas melihatnya dan alhamdulillah aku dan angel lulus dengan nilai yang memuaskan.


Tiba-tiba ada sosok anak kecil mendatangiku dan memberikan sebuah surat kecil. Surat itu kusimpan di dalam tasku karena tidak mungkin dalam keadaan seperti itu aku membacanya. Orang tuakupun dengan wajah bahagia melihat hasil uan.
"Ibu dan ayah bangga kepadamu nak, oia temanmu angel mana"
"Iya nih bu, daritadi aku tak melihatnya"
"Anak kecil tadi itu siapa?"
"G tau bu, kemana perginya dia"

Aku lupa dengan sosok anak kecil tadi, kubuka surat itu dan ternyat surat itu dari angel.
Isi suratnya
"Fatih sahabatku,
Aku minta maaf karena kita tidak bisa bertemu lagi
Aku minta maaf karena mengingkari janji agar kita kuliah bersama
Semoga engkau mau menerima maafku

Aku sangat senang karena mengenal dirimu
Terima kasih atas semuanya"

Aku bingung maksud angel apa. Tiba-tiba terdengar suara di speaker sekolah "innalillahi wainnailaihi rajiun, teman kita angel telah berpulang ke rahmatullah. Marilah kita bersama-sama mendoakan dia agar amal ibadahnya di terima di sisi Allah"

Air mataku berlinang, tapi aku tak mau larut dalam kesedihan.
Angel pernah berkata kepadaku "jika kita kehilangan seseorang, jgnlah kita terlalu berduka cita sampai menangis berlebih-lebihan. Sudah hukum alam makhluk akan meninggal. Dengan menangis, kita akan membuat mayit tersebut susah di alam sana. Kupetik dari sebuah hadis"

Ternyata angel meninggal seminggu yang lalu karena sakit.

Sejak saat itu, aku terus berusaha meningkatkan spritualku. Aku terus mengingat bagaimana usaha dari angel untuk terus meningkatkan kualitas imannya di tengah-tengah perbedaan agama antara keluarganya.

"Angel, engkau adalah salah satu inspirasi hidupku. Terima kasih. Sampai kapanpun aku tetap sahabatmu yang akan selalu mendoakanmu"

@rahmisyam
 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez