Senin, 05 Maret 2012

Sejarah Hidup Muhammad (28)

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 06.45
PERISTIWA Badr itu telah menimbulkan kesan yang  dalam  sekali
di  Mekah,  sebagaimana  sudah  kita lihat. Bila saja terdapat
kesempatan, hasrat hendak membaias  dendam  terhadap  Muhammad
dan  Muslimin itu besar sekali. Tetapi pengaruh yang timbul di
Medinah ternyata lebih jelas dan lebih erat berhubungan dengan
kehidupan   Muhammad   dan   Muslimin   bersama-sama.  Sesudah
peristiwa Badr, golongan Yahudi, orang-orang musyrik dan  kaum
munafik  sudah  merasakan sekali adanya kekuatan kaum Muslimin
yang bertambah. Mereka melihat  bahwa  orang  asing  ini  yang
datang  ke tempat mereka kurang dari dua tahun yang lalu pergi
hijrah dari Mekah, kini tambah besar kewibawaannya dan  tambah
kuat  pula  kedudukannya,  bahkan  hampir  menjadi  orang yang
menguasai seluruh penduduk Medinah,  bukan  hanya  golongannya
sendiri saja.
 
Seperti sudah kita lihat orang-orang Yahudi sejak sebelum Badr
sudah  mulai  menggerutu  dan  mengadakan  bentrokan-bentrokan
dengan  pihak  Muslimin,  sehingga  banyak peristiwa-peristiwa
yang kalau tidak sampai meletus,  seolah  hanya  karena  masih
adanya perjanjian perdamaian antara kedua belah pihak itu. Itu
pula sebabnya, begitu kaum Muslimin kembali dari Badr  membawa
kemenangan,  beberapa kelompok di sekitar Medinah mulai saling
bermain  mata  dan  berkomplot.  Mereka  mulai   dihasut   dan
dibuatkan  sajak-sajak  yang  sifatnya  membangkitkan semangat
mereka. Dengan demikian, gelanggang revolusi itu  kini  pindah
dari  Mekah  ke  Medinah,  dan  dari  bidang  agama  ke bidang
politik. Jadi  yang  diperangi  sekarang  bukan  hanya  dakwah
Muhammad  dalam  bidang  agama  saja, melainkan kewibawaan dan
pengaruhnya juga membuat hati mereka jadi  kecut.  Faktor  ini
yang  menyebabkan mereka berkomplot dan membuat rencana hendak
membunuhnya
 
Tetapi semua rahasia itu bukan tidak diketahui oleh  Muhammad.
Bahkan  ia  sudah  mengetahui  semua berita dan setiap rencana
yang ditujukan kepadanya itu. Baik pada pihak Muslimin ataupun
pihak  Yahudi,  dari  hari  ke hari, sedikit demi sedikit hati
mereka sudah sarat oleh rasa kebencian. Satu sama lain tinggal
lagi menunggu adanya bencana yang akan menimpa lawannya.
 
Sampai  pada  waktu kaum Muslimin mendapat kemenangan di Badr,
mereka masih merasa takut juga kepada penduduk Medinah. Mereka
belum  berani  mengadakan serangan balasan apabila ada seorang
Muslim yang diserang. Tatkala  mereka  sudah  kembali  membawa
kemenangan  itu  seorang  yang  bernama  Salim b. 'Umair telah
mengambil tindakan sendiri terhadap Abu 'Afak (dari Banu  'Amr
b.  'Auf),  karena  orang  ini membuat sajak-sajak yang isinya
menyerang Muhammad dan kaum  Muslimin.  Juga  orang  ini  yang
telah membakar semangat golongannya supaya memerangi Muslimin.
Sampai pada  waktu  peristiwa  Badr  selesai  ia  masih  terus
menghasut orang.
 
Suatu   malam   ketika  angin  sedang  bertiup  kencang  Salim
mendatangi Abu 'Afak. Ia sedang  tidur  di  beranda  rumahnya.
Oleh  Salim  ditancapkannya  pedangnya  ke arah hatinya hingga
menembus sampai ke pelaminan. Demikian juga 'Ashma, bt. Marwan
(dari  Banu  Umayya  b. Zaid). Wanita ini selalu memaki Islam,
menyakiti hati dan mengerahkan orang  supaya  melawannya.  Hal
ini  dilakukannya  terus  sampai pada waktu sesudah selesainya
perang Badr. Pada suatu malam buta ia didatangi oleh 'Umair b.
'Auf  yang masuk sampai ke dalam rumahnya. Ia dikelilingi oleh
anak-anaknya yang sedang tidur, ada pula yang sedang  disusui.
Sebenarnya  penglihatan  'Umair  lemah  sekali. Ia meraba-raba
dengan  tangannya  dan  terpegang  olehnya  bayi  yang  sedang
disusui  itu.  Dihalaunya  bayi itu dari sisi ibunya, kemudian
dipusatkannya pedangnya ke dada  wanita  itu  sampai  menembus
punggungnya.
 
Bila   'Umair   kemudian  kembali  dari  tempat  Nabi  setelah
menyampaikan berita itu, ia melihat anak-anaknya dan  beberapa
orang   sedang  menguburkan  wanita  tersebut.  Mereka  datang
menemuinya seraya bertanya:
 
"Umair, kau yang membunuh wanita itu?"
 
"Ya," jawabnya. "Jalankanlah  tipu-muslihatmu  itu  terhadapku
dan  jangan  lagi  ditunda-tunda.  Aku bersumpah demi Dia Yang
memegang  hidupku  kalau  kamu  semua  mengeluarkan  kata-kata
seperti  wanita  itu,  akan kuhantam kamu dengan pedangku ini.
Aku yang mati, atau kamu semua kubunuh."1
 
Sikap 'Umair yang berani ini  telah  membawa  akibat  lahirnya
Islam  di  tengah-tengah kabilah Banu Khatma itu. Suami Ashma'
adalah dari kabilah ini juga. Dari golongan ini  yang  tadinya
masuk  Islam  dengan  sembunyi-sembunyi, sekarang sudah berani
mereka berterang-terang dan menggabungkan dia kedalam  barisan
dan bersama-sama dengan kaum Muslimin lainnya.
 
Kiranya cukup kalau kita tambahkan atas dua macam peristiwa di
atas ini dengan  peristiwa  matinya  Ka'b  b.  Asyraf.  Ketika
mendengar  matinya  beberapa orang pemuka-pemuka Mekah, dialah
orangnya yang mengatakan. "Mereka itu bangsawan-bangsawan Arab
dan   pemimpin-pemimpin.   Sungguh,   kalau   Muhammad  sampai
mengalahkan mereka, maka lebih baik berkalang  tanah  daripada
tinggal  di atas bumi." Dia pula orangnya yang telah berangkat
ke Mekah - setelah  mendapat  kabar  yang  pasti  -mengerahkan
orang  untuk  melawan  Muhammad,  menyanyikan  sajak-sajak dan
menangisi mereka yang terkubur dalam perigi. Dia juga orangnya
yang  kemudian  setelah  kembali  ke Medinah berusaha mencumbu
wanita-wanita Islam. Orang  tahu  betapa  watak  dan  perangai
orang  Arab  dalam  hal  ini,  betapa  mereka  menghargai arti
kehormatan  ini.  Untuk  itu  semangat  mereka  bangkit.  Kaum
Muslimin  begitu  marah.  Mereka sudah sepakat hendak membunuh
Ka'b.  Beberapa  orang  dari  mereka  sudah  berkumpul.  Salah
seorang  di  antara  mereka  mendatanginya sambil memancingnya
dengan memburuk-burukkan Muhammad.
 
"Kedatangan orang ini  kemari  membawa  bencana,"  kata  salah
seorang.  "Membuat  orang-orang  Arab  saling  bermusuhan  dan
berpecah-belah. Hubungan kerabat kita terputus, sanak-keluarga
hilang dan orang melakukan perjalanan jauh jadi sukar."
 
Setelah   saling   beramah-tamah  dengan  Ka'b,  maka  ia  dan
teman-temannya   minta   uang   kepada   Ka'b   dengan   jalan
menggadaikan  baju  besinya. Ka'bpun setuju asal nanti dibawa.
Ketika ia sedang  berada  di  rumahnya  yang  agak  jauh  dari
Medinah,  pada  waktu  menjelang  malam  terdengar  Abu Na'ila
[salah  seorang  yang  berkomplot]  memanggilnya.  Ia   keluar
menghampirinya,  sekalipun  sudah diperingatkan oleh isterinya
jangan keluar rumah pada waktu malam begitu. Kedua  orang  itu
terus  berjalan  hingga bertemu dengan teman-teman Abu Na'ila.
Ka'b tenteram saja tidak  merasa  takut.  Mereka  bersama-sama
berjalan  kaki  hingga  agak  jauh  dari  tempat-tinggal Ka'b,
sambil terus bercakap-cakap.  Mereka  bercerita  tentang  diri
mereka sendiri dan betapa mereka itu mengalami kesukaran. Ka'b
merasa makin tenang.
 
Sementara mereka sedang berjalan  itu  Abu  Na'ila  meletakkan
tangannya  di  atas  kepala  Ka'b,  dan tangannya itu kemudian
diciumnya.
 
"Belum pernah aku mengalami malam seharum ini," katanya
 
Setelah dilihatnya  Ka'b  tidak  menaruh  curiga  lagi  kepada
mereka, kembali lagi Abu Na'ila meletakkan tangannya di rambut
Ka'b, kemudian digenggamnya kedua  pelipis  orang  itu  seraya
berkata:
 
"Hantamlah musuh Tuhan ini!"
 
Mereka  menghantamnya  dengan  pedang, dan saat itu ia menemui
ajalnya.
 
Kejadian ini membuat  pihak  Yahudi  bertambah  cemas.  Mereka
semua merasa kuatir akan nasibnya sendiri. Tetapi sampai nyawa
mereka melayangpun, mereka tidak juga  mau  berhenti  mengecam
Muhammad  dan kaum Muslimin. Ada seorang wanita Arab datang ke
pasar Yahudi Banu Qainuqa' dengan membawa perhiasan. Ia sedang
duduk  menghadapi  tukang  emas.  Mereka  berusaha  supaya  ia
memperlihatkan mukanya. Tapi  wanita  itu  menolak.  Tiba-tiba
datang   seorang   Yahudi   dengan  diam-diam  dari  belakang.
Disematkannya ujung baju wanita itu dengan  sebatang  penyemat
ke  punggungnya,  dan  bila wanita itu berdiri, maka tampaklah
auratnya.  Mereka  ramai-ramai  menertawakannya.  Wanita   itu
menjerit-jerit.   Waktu  itu  juga  seorang  laki-laki  Muslim
langsung menerkam tukang emas tersebut - seorang orang Yahudi,
lalu   dibunuhnya.   Orang-orang   Yahudi   yang  lain  datang
ramai-ramai mengikat laki-laki Muslim itu  lalu  mereka  bunuh
juga.

Sekarang keluarga Muslim ini minta bantuan kaum Muslimin dalam
menghadapi  pihak  Yahudi,  yang  selanjutnya  sampai   timbul
bencana besar antara mereka dengan pihak Yahudi Banu Qainuqa'.
 
Kemudian  Muhammad  minta kepada mereka ini supaya jangan lagi
mengganggu  kaum  Muslimin   dan   supaya   tetap   memelihara
perjanjian  perdamaian dan ko-eksistensi yang sudah ada. Kalau
tidak mereka akan mengalami nasib seperti Quraisy. Akan tetapi
peringatan ini oleh mereka diremehkan. Malah mereka menjawab:
 
"Muhammad,  jangan  kau  tertipu  karena  kau sudah berhadapan
dengan suatu golongan yang tidak punya  pengetahuan  berperang
sehingga engkau mendapat kesempatan mengalahkan mereka. Tetapi
kalau sudah kami yang memerangi kau, niscaya akan kau ketahui,
bahwa kami inilah orangnya."
 
Jika  sudah  begitu,  maka  tak  ada  jalan lain kecuali harus
memerangi  mereka  juga.  Kalau  tidak,  kaum   Muslimin   dan
kedudukan  mereka di Medinah akan runtuh, dan selanjutnya akan
menjadi bahan cerita  pihak  Quraisy,  sesudah  pihak  Quraisy
sebelum itu menjadi bahan cerita orang-orang Arab.
 
Kaum  Muslimin  sekarang  bertindak  dan mengepung orang-orang
Yahudi Banu Qainuqa' berturut-turut selama limabelas  hari  di
tempat  mereka  sendiri.  Tak ada orang yang dapat keluar dari
mereka itu, juga tak ada orang  yang  dapat  masuk  membawakan
makanan.  Tak ada jalan lain lagi mereka sekarang harus tunduk
kepada undang-undang Muhammad, menyerah  kepada  ketentuannya.
Lalu    mereka    menyerah.   Sesudah   bermusyawarah   dengan
pemuka-pemuka  Muslimin,  Muhammad  menetapkan  akan  membunuh
mereka itu semua.
 
Akan  tetapi  lalu  datang  Abdullah b. Ubayy b. Salul - orang
yang bersekutu baik dengan Yahudi maupun dengan Muslimin.
 
"Muhammad,"  katanya.   "Hendaklah   berlaku   baik   terhadap
pengikut-pengikutku."
 
Nabi    tidak    segera   menjawab.   Lalu   diulangnya   lagi
permintaannya.  Tetapi  Nabi  menolak.  Orang  itu  memasukkan
tangannya  ke  saku  baju  besi Muhammad. Muhammad berubah air
mukanya. Lalu katanya:
 
"Lepaskan!" Ia marah. Kemarahannya  itu  tampak  terbayang  di
wajahnya.  Kemudian  diulanginya  lagi  dengan nada suara yang
masih membayangkan kemarahan. "Lepaskan! Celaka kau!"
 
"Tidak akan kulepaskan  sebelum  kau  bersikap  baik  terhadap
pengikut-pengikutku.  Empat  ratus  orang  tanpa baju besi dan
tiga  ratus  orang  dengan  baju  besi  telah  merintangi  aku
melakukan  perang  habis-habisan,  dan  kau babat mereka dalam
satu hari! Sungguh aku kuatir akan timbul bencana."
 
Sampai  pada  waktu  itu  Abdullah  adalah  orang  yang  masih
mempunyai kekuasaan atas orang-orang musyrik dari kalangan Aus
dan Khazraj, meskipun kekuasaan ini,  dengan  adanya  kekuatan
kaum Muslimin telah menjadi lemah.

Melihat  desakan  orang  itu  yang demikian rupa, Nabi kembali
menjadi tenang. Apalagi setelah  'Ubada  bin'sh-Shamit  datang
kepadanya  bicara seperti pembicaraan Ibn Ubayy. Ketika itu ia
berpendapat akan memberikan belas kasihannya  kepada  Abdullah
b.  Ubayy,  dan  kepada  orang-orang musyrik pengikut-pengikut
Yahudi supaya dengan budi kebaikannya dan rasa kasihannya  itu
mereka  akan  merasa  berhutang  budi  kepadanya. Akan tetapi,
sebagai akibat perbuatan mereka sendiri  Banu  Qainuqa'  harus
mengosongkan kota Medinah.
 
Ibn  Ubayy  ingin  bicara sekali lagi dengan Muhammad mengenai
keadaan mereka yang masih ingin  menetap  disana  itu.  Tetapi
salah  seorang  dari  kalangan  Islam berhasil mencegah adanya
pertemuan Ibn Ubayy dengan Muhammad.  Mereka  lalu  bertengkar
sehingga  kepala Abdullah kena pukul. Ketika itu Banu Qainuqa'
berkata: "Kami bersumpah tidak lagi akan tinggal di  kota  ini
sesudah  kepala  Ibn  Ubayy  dipukul  sedang  kami tidak dapat
membelanya."
 
Dengan demikian, setelah mereka  tunduk  dan  menyerah  hendak
meninggalkan Medinah, 'Ubada membawa mereka itu ke Wadi'l-Qura
dengan meninggalkan perlengkapan senjata dan alat-alat  tukang
emas  yang  mereka  pergunakan.  Di  tempat  ini  lama  mereka
tinggal, dan dari sini barang-barang mereka semua mereka bawa.
Mereka  menuju  ke arah utara sampai di Adhri'at di perbatasan
Syam. Di tempat  inilah  mereka  menetap.  Atau  mungkin  juga
mereka  tertarik  ingin  ke  sebelah  utara lagi ke Tanah yang
Dijanjikan (Palestina) yang selalu menjadi idaman  orang-orang
Yahudi.
 
Kekuasaan  orang-orang  Yahudi di Medinah menjadi lemah sekali
setelah Banu Qainuqa' meninggalkan kota ini. Sebahagian  besar
orang-orang Yahudi yang disebut-sebut dari Medinah ini, mereka
tinggal jauh di Khaibar dan  Wadi'l-Qura.  Hasil  inilah  yang
menjadi  tujuan  Muhammad  dengan mengosongkan mereka itu. Ini
adalah suatu langkah  politik  yang  sungguh  cemerlang  dalam
memperlihatkan  kebijaksanaan dan pandangan yang jauh itu. Ini
juga merupakan suatu pendahuluan yang tidak  bisa  tidak  akan
mempunyai  pengaruh  politik  yang  kelak akan berjalan sesuai
dengan  garis  yang  telah  ditentukan  oleh  Muhammad.  Dalam
mempersatukan sesuatu kota yang paling berbahaya adalah adanya
pertentangan golongan. Apabila sengketa golongan-golongan  ini
harus  terjadi  juga,  maka  harus  pula  berakhir pada adanya
kemenangan satu  golongan  atas  golongan  lainnya  yang  juga
berarti akan berkesudahan dengan menguasainya.
 
Ada beberapa penulis sejarah yang telah mengecam tindakan kaum
Muslimin terhadap  orang-orang  Yahudi  itu,  dengan  anggapan
bahwa  kisah  wanita  Islam  yang pergi kepada tukang emas itu
akan mudah  saja  penyelesaiannya  selama  yang  terbunuh  itu
seorang  dari  pihak Islam dan seorang pula dari pihak Yahudi.
Sebenarnya  dapat  saja  kita  menolak  pendapat  ini   dengan
mengatakan,  bahwa  terbunuhnya  seorang  Yahudi  dan  seorang
Muslim itu belum dapat menghapus  coreng  penghinaan  terhadap
kaum  Muslimin  yang disebabkan oleh pribadi wanita yang telah
dipermainkan oleh orang Yahudi itu. Bagi orang Arab,  melebihi
bangsa   manapun,  masalah  semacam  ini  dapat  mengakibatkan
timbulnya huru-hara, dapat menimbulkan peperangan  antara  dua
kabilah  atau  dua golongan selama bertahun-tahun hanya karena
soal semacam itu saja. Dalam sejarah Arab contoh-contoh serupa
itu  sudah cukup pula dikenal terutama oleh mereka yang pernah
mempelajarinya
 
Tetapi, disamping pertimbangan ini masih ada pertimbangan lain
yang  lebih  penting lagi. Peristiwa seorang wanita yang telah
menyebabkan terkurungnya Banu Qainuqa, dan  terusirnya  mereka
dari  Medinah,  adalah sama seperti terbunuhnya putera mahkota
Austria di Sarayevo dalam tahun 1914  yang  telah  menyebabkan
pecahnya  Perang  Dunia  dan  melibatkan  seluruh benua Eropa.
Soalnya hanyalah sepercik  api  yang  menyala,  yang  kemudian
membakar  hati  kaum Muslimin dan Yahudi bersama-sama demikian
rupa, sehingga akhirmya dapat menimbulkan letusan serta segala
akibat yang timbul karenanya.
 
Sebenarnya,  adanya  orang-orang  Yahudi, adanya orang musyrik
dan orang-orang munafik di  Medinah,  di  samping  orang-orang
Islam,  telah  memperkuat  timbulnya perpecahan itu. Dari segi
politik, Medinah merupakan sebuah kawah yang tidak bisa  tidak
pasti  akan  meletus.  Jadi,  terkepungnya  Banu  Qainuqa, dan
dikeluarkannya  mereka  dari  Medinah  adalah  gejala  pertama
kearah timbulnya letusan itu.
                                    
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah

Senin, 05 Maret 2012

Sejarah Hidup Muhammad (28)

PERISTIWA Badr itu telah menimbulkan kesan yang  dalam  sekali
di  Mekah,  sebagaimana  sudah  kita lihat. Bila saja terdapat
kesempatan, hasrat hendak membaias  dendam  terhadap  Muhammad
dan  Muslimin itu besar sekali. Tetapi pengaruh yang timbul di
Medinah ternyata lebih jelas dan lebih erat berhubungan dengan
kehidupan   Muhammad   dan   Muslimin   bersama-sama.  Sesudah
peristiwa Badr, golongan Yahudi, orang-orang musyrik dan  kaum
munafik  sudah  merasakan sekali adanya kekuatan kaum Muslimin
yang bertambah. Mereka melihat  bahwa  orang  asing  ini  yang
datang  ke tempat mereka kurang dari dua tahun yang lalu pergi
hijrah dari Mekah, kini tambah besar kewibawaannya dan  tambah
kuat  pula  kedudukannya,  bahkan  hampir  menjadi  orang yang
menguasai seluruh penduduk Medinah,  bukan  hanya  golongannya
sendiri saja.
 
Seperti sudah kita lihat orang-orang Yahudi sejak sebelum Badr
sudah  mulai  menggerutu  dan  mengadakan  bentrokan-bentrokan
dengan  pihak  Muslimin,  sehingga  banyak peristiwa-peristiwa
yang kalau tidak sampai meletus,  seolah  hanya  karena  masih
adanya perjanjian perdamaian antara kedua belah pihak itu. Itu
pula sebabnya, begitu kaum Muslimin kembali dari Badr  membawa
kemenangan,  beberapa kelompok di sekitar Medinah mulai saling
bermain  mata  dan  berkomplot.  Mereka  mulai   dihasut   dan
dibuatkan  sajak-sajak  yang  sifatnya  membangkitkan semangat
mereka. Dengan demikian, gelanggang revolusi itu  kini  pindah
dari  Mekah  ke  Medinah,  dan  dari  bidang  agama  ke bidang
politik. Jadi  yang  diperangi  sekarang  bukan  hanya  dakwah
Muhammad  dalam  bidang  agama  saja, melainkan kewibawaan dan
pengaruhnya juga membuat hati mereka jadi  kecut.  Faktor  ini
yang  menyebabkan mereka berkomplot dan membuat rencana hendak
membunuhnya
 
Tetapi semua rahasia itu bukan tidak diketahui oleh  Muhammad.
Bahkan  ia  sudah  mengetahui  semua berita dan setiap rencana
yang ditujukan kepadanya itu. Baik pada pihak Muslimin ataupun
pihak  Yahudi,  dari  hari  ke hari, sedikit demi sedikit hati
mereka sudah sarat oleh rasa kebencian. Satu sama lain tinggal
lagi menunggu adanya bencana yang akan menimpa lawannya.
 
Sampai  pada  waktu kaum Muslimin mendapat kemenangan di Badr,
mereka masih merasa takut juga kepada penduduk Medinah. Mereka
belum  berani  mengadakan serangan balasan apabila ada seorang
Muslim yang diserang. Tatkala  mereka  sudah  kembali  membawa
kemenangan  itu  seorang  yang  bernama  Salim b. 'Umair telah
mengambil tindakan sendiri terhadap Abu 'Afak (dari Banu  'Amr
b.  'Auf),  karena  orang  ini membuat sajak-sajak yang isinya
menyerang Muhammad dan kaum  Muslimin.  Juga  orang  ini  yang
telah membakar semangat golongannya supaya memerangi Muslimin.
Sampai pada  waktu  peristiwa  Badr  selesai  ia  masih  terus
menghasut orang.
 
Suatu   malam   ketika  angin  sedang  bertiup  kencang  Salim
mendatangi Abu 'Afak. Ia sedang  tidur  di  beranda  rumahnya.
Oleh  Salim  ditancapkannya  pedangnya  ke arah hatinya hingga
menembus sampai ke pelaminan. Demikian juga 'Ashma, bt. Marwan
(dari  Banu  Umayya  b. Zaid). Wanita ini selalu memaki Islam,
menyakiti hati dan mengerahkan orang  supaya  melawannya.  Hal
ini  dilakukannya  terus  sampai pada waktu sesudah selesainya
perang Badr. Pada suatu malam buta ia didatangi oleh 'Umair b.
'Auf  yang masuk sampai ke dalam rumahnya. Ia dikelilingi oleh
anak-anaknya yang sedang tidur, ada pula yang sedang  disusui.
Sebenarnya  penglihatan  'Umair  lemah  sekali. Ia meraba-raba
dengan  tangannya  dan  terpegang  olehnya  bayi  yang  sedang
disusui  itu.  Dihalaunya  bayi itu dari sisi ibunya, kemudian
dipusatkannya pedangnya ke dada  wanita  itu  sampai  menembus
punggungnya.
 
Bila   'Umair   kemudian  kembali  dari  tempat  Nabi  setelah
menyampaikan berita itu, ia melihat anak-anaknya dan  beberapa
orang   sedang  menguburkan  wanita  tersebut.  Mereka  datang
menemuinya seraya bertanya:
 
"Umair, kau yang membunuh wanita itu?"
 
"Ya," jawabnya. "Jalankanlah  tipu-muslihatmu  itu  terhadapku
dan  jangan  lagi  ditunda-tunda.  Aku bersumpah demi Dia Yang
memegang  hidupku  kalau  kamu  semua  mengeluarkan  kata-kata
seperti  wanita  itu,  akan kuhantam kamu dengan pedangku ini.
Aku yang mati, atau kamu semua kubunuh."1
 
Sikap 'Umair yang berani ini  telah  membawa  akibat  lahirnya
Islam  di  tengah-tengah kabilah Banu Khatma itu. Suami Ashma'
adalah dari kabilah ini juga. Dari golongan ini  yang  tadinya
masuk  Islam  dengan  sembunyi-sembunyi, sekarang sudah berani
mereka berterang-terang dan menggabungkan dia kedalam  barisan
dan bersama-sama dengan kaum Muslimin lainnya.
 
Kiranya cukup kalau kita tambahkan atas dua macam peristiwa di
atas ini dengan  peristiwa  matinya  Ka'b  b.  Asyraf.  Ketika
mendengar  matinya  beberapa orang pemuka-pemuka Mekah, dialah
orangnya yang mengatakan. "Mereka itu bangsawan-bangsawan Arab
dan   pemimpin-pemimpin.   Sungguh,   kalau   Muhammad  sampai
mengalahkan mereka, maka lebih baik berkalang  tanah  daripada
tinggal  di atas bumi." Dia pula orangnya yang telah berangkat
ke Mekah - setelah  mendapat  kabar  yang  pasti  -mengerahkan
orang  untuk  melawan  Muhammad,  menyanyikan  sajak-sajak dan
menangisi mereka yang terkubur dalam perigi. Dia juga orangnya
yang  kemudian  setelah  kembali  ke Medinah berusaha mencumbu
wanita-wanita Islam. Orang  tahu  betapa  watak  dan  perangai
orang  Arab  dalam  hal  ini,  betapa  mereka  menghargai arti
kehormatan  ini.  Untuk  itu  semangat  mereka  bangkit.  Kaum
Muslimin  begitu  marah.  Mereka sudah sepakat hendak membunuh
Ka'b.  Beberapa  orang  dari  mereka  sudah  berkumpul.  Salah
seorang  di  antara  mereka  mendatanginya sambil memancingnya
dengan memburuk-burukkan Muhammad.
 
"Kedatangan orang ini  kemari  membawa  bencana,"  kata  salah
seorang.  "Membuat  orang-orang  Arab  saling  bermusuhan  dan
berpecah-belah. Hubungan kerabat kita terputus, sanak-keluarga
hilang dan orang melakukan perjalanan jauh jadi sukar."
 
Setelah   saling   beramah-tamah  dengan  Ka'b,  maka  ia  dan
teman-temannya   minta   uang   kepada   Ka'b   dengan   jalan
menggadaikan  baju  besinya. Ka'bpun setuju asal nanti dibawa.
Ketika ia sedang  berada  di  rumahnya  yang  agak  jauh  dari
Medinah,  pada  waktu  menjelang  malam  terdengar  Abu Na'ila
[salah  seorang  yang  berkomplot]  memanggilnya.  Ia   keluar
menghampirinya,  sekalipun  sudah diperingatkan oleh isterinya
jangan keluar rumah pada waktu malam begitu. Kedua  orang  itu
terus  berjalan  hingga bertemu dengan teman-teman Abu Na'ila.
Ka'b tenteram saja tidak  merasa  takut.  Mereka  bersama-sama
berjalan  kaki  hingga  agak  jauh  dari  tempat-tinggal Ka'b,
sambil terus bercakap-cakap.  Mereka  bercerita  tentang  diri
mereka sendiri dan betapa mereka itu mengalami kesukaran. Ka'b
merasa makin tenang.
 
Sementara mereka sedang berjalan  itu  Abu  Na'ila  meletakkan
tangannya  di  atas  kepala  Ka'b,  dan tangannya itu kemudian
diciumnya.
 
"Belum pernah aku mengalami malam seharum ini," katanya
 
Setelah dilihatnya  Ka'b  tidak  menaruh  curiga  lagi  kepada
mereka, kembali lagi Abu Na'ila meletakkan tangannya di rambut
Ka'b, kemudian digenggamnya kedua  pelipis  orang  itu  seraya
berkata:
 
"Hantamlah musuh Tuhan ini!"
 
Mereka  menghantamnya  dengan  pedang, dan saat itu ia menemui
ajalnya.
 
Kejadian ini membuat  pihak  Yahudi  bertambah  cemas.  Mereka
semua merasa kuatir akan nasibnya sendiri. Tetapi sampai nyawa
mereka melayangpun, mereka tidak juga  mau  berhenti  mengecam
Muhammad  dan kaum Muslimin. Ada seorang wanita Arab datang ke
pasar Yahudi Banu Qainuqa' dengan membawa perhiasan. Ia sedang
duduk  menghadapi  tukang  emas.  Mereka  berusaha  supaya  ia
memperlihatkan mukanya. Tapi  wanita  itu  menolak.  Tiba-tiba
datang   seorang   Yahudi   dengan  diam-diam  dari  belakang.
Disematkannya ujung baju wanita itu dengan  sebatang  penyemat
ke  punggungnya,  dan  bila wanita itu berdiri, maka tampaklah
auratnya.  Mereka  ramai-ramai  menertawakannya.  Wanita   itu
menjerit-jerit.   Waktu  itu  juga  seorang  laki-laki  Muslim
langsung menerkam tukang emas tersebut - seorang orang Yahudi,
lalu   dibunuhnya.   Orang-orang   Yahudi   yang  lain  datang
ramai-ramai mengikat laki-laki Muslim itu  lalu  mereka  bunuh
juga.

Sekarang keluarga Muslim ini minta bantuan kaum Muslimin dalam
menghadapi  pihak  Yahudi,  yang  selanjutnya  sampai   timbul
bencana besar antara mereka dengan pihak Yahudi Banu Qainuqa'.
 
Kemudian  Muhammad  minta kepada mereka ini supaya jangan lagi
mengganggu  kaum  Muslimin   dan   supaya   tetap   memelihara
perjanjian  perdamaian dan ko-eksistensi yang sudah ada. Kalau
tidak mereka akan mengalami nasib seperti Quraisy. Akan tetapi
peringatan ini oleh mereka diremehkan. Malah mereka menjawab:
 
"Muhammad,  jangan  kau  tertipu  karena  kau sudah berhadapan
dengan suatu golongan yang tidak punya  pengetahuan  berperang
sehingga engkau mendapat kesempatan mengalahkan mereka. Tetapi
kalau sudah kami yang memerangi kau, niscaya akan kau ketahui,
bahwa kami inilah orangnya."
 
Jika  sudah  begitu,  maka  tak  ada  jalan lain kecuali harus
memerangi  mereka  juga.  Kalau  tidak,  kaum   Muslimin   dan
kedudukan  mereka di Medinah akan runtuh, dan selanjutnya akan
menjadi bahan cerita  pihak  Quraisy,  sesudah  pihak  Quraisy
sebelum itu menjadi bahan cerita orang-orang Arab.
 
Kaum  Muslimin  sekarang  bertindak  dan mengepung orang-orang
Yahudi Banu Qainuqa' berturut-turut selama limabelas  hari  di
tempat  mereka  sendiri.  Tak ada orang yang dapat keluar dari
mereka itu, juga tak ada orang  yang  dapat  masuk  membawakan
makanan.  Tak ada jalan lain lagi mereka sekarang harus tunduk
kepada undang-undang Muhammad, menyerah  kepada  ketentuannya.
Lalu    mereka    menyerah.   Sesudah   bermusyawarah   dengan
pemuka-pemuka  Muslimin,  Muhammad  menetapkan  akan  membunuh
mereka itu semua.
 
Akan  tetapi  lalu  datang  Abdullah b. Ubayy b. Salul - orang
yang bersekutu baik dengan Yahudi maupun dengan Muslimin.
 
"Muhammad,"  katanya.   "Hendaklah   berlaku   baik   terhadap
pengikut-pengikutku."
 
Nabi    tidak    segera   menjawab.   Lalu   diulangnya   lagi
permintaannya.  Tetapi  Nabi  menolak.  Orang  itu  memasukkan
tangannya  ke  saku  baju  besi Muhammad. Muhammad berubah air
mukanya. Lalu katanya:
 
"Lepaskan!" Ia marah. Kemarahannya  itu  tampak  terbayang  di
wajahnya.  Kemudian  diulanginya  lagi  dengan nada suara yang
masih membayangkan kemarahan. "Lepaskan! Celaka kau!"
 
"Tidak akan kulepaskan  sebelum  kau  bersikap  baik  terhadap
pengikut-pengikutku.  Empat  ratus  orang  tanpa baju besi dan
tiga  ratus  orang  dengan  baju  besi  telah  merintangi  aku
melakukan  perang  habis-habisan,  dan  kau babat mereka dalam
satu hari! Sungguh aku kuatir akan timbul bencana."
 
Sampai  pada  waktu  itu  Abdullah  adalah  orang  yang  masih
mempunyai kekuasaan atas orang-orang musyrik dari kalangan Aus
dan Khazraj, meskipun kekuasaan ini,  dengan  adanya  kekuatan
kaum Muslimin telah menjadi lemah.

Melihat  desakan  orang  itu  yang demikian rupa, Nabi kembali
menjadi tenang. Apalagi setelah  'Ubada  bin'sh-Shamit  datang
kepadanya  bicara seperti pembicaraan Ibn Ubayy. Ketika itu ia
berpendapat akan memberikan belas kasihannya  kepada  Abdullah
b.  Ubayy,  dan  kepada  orang-orang musyrik pengikut-pengikut
Yahudi supaya dengan budi kebaikannya dan rasa kasihannya  itu
mereka  akan  merasa  berhutang  budi  kepadanya. Akan tetapi,
sebagai akibat perbuatan mereka sendiri  Banu  Qainuqa'  harus
mengosongkan kota Medinah.
 
Ibn  Ubayy  ingin  bicara sekali lagi dengan Muhammad mengenai
keadaan mereka yang masih ingin  menetap  disana  itu.  Tetapi
salah  seorang  dari  kalangan  Islam berhasil mencegah adanya
pertemuan Ibn Ubayy dengan Muhammad.  Mereka  lalu  bertengkar
sehingga  kepala Abdullah kena pukul. Ketika itu Banu Qainuqa'
berkata: "Kami bersumpah tidak lagi akan tinggal di  kota  ini
sesudah  kepala  Ibn  Ubayy  dipukul  sedang  kami tidak dapat
membelanya."
 
Dengan demikian, setelah mereka  tunduk  dan  menyerah  hendak
meninggalkan Medinah, 'Ubada membawa mereka itu ke Wadi'l-Qura
dengan meninggalkan perlengkapan senjata dan alat-alat  tukang
emas  yang  mereka  pergunakan.  Di  tempat  ini  lama  mereka
tinggal, dan dari sini barang-barang mereka semua mereka bawa.
Mereka  menuju  ke arah utara sampai di Adhri'at di perbatasan
Syam. Di tempat  inilah  mereka  menetap.  Atau  mungkin  juga
mereka  tertarik  ingin  ke  sebelah  utara lagi ke Tanah yang
Dijanjikan (Palestina) yang selalu menjadi idaman  orang-orang
Yahudi.
 
Kekuasaan  orang-orang  Yahudi di Medinah menjadi lemah sekali
setelah Banu Qainuqa' meninggalkan kota ini. Sebahagian  besar
orang-orang Yahudi yang disebut-sebut dari Medinah ini, mereka
tinggal jauh di Khaibar dan  Wadi'l-Qura.  Hasil  inilah  yang
menjadi  tujuan  Muhammad  dengan mengosongkan mereka itu. Ini
adalah suatu langkah  politik  yang  sungguh  cemerlang  dalam
memperlihatkan  kebijaksanaan dan pandangan yang jauh itu. Ini
juga merupakan suatu pendahuluan yang tidak  bisa  tidak  akan
mempunyai  pengaruh  politik  yang  kelak akan berjalan sesuai
dengan  garis  yang  telah  ditentukan  oleh  Muhammad.  Dalam
mempersatukan sesuatu kota yang paling berbahaya adalah adanya
pertentangan golongan. Apabila sengketa golongan-golongan  ini
harus  terjadi  juga,  maka  harus  pula  berakhir pada adanya
kemenangan satu  golongan  atas  golongan  lainnya  yang  juga
berarti akan berkesudahan dengan menguasainya.
 
Ada beberapa penulis sejarah yang telah mengecam tindakan kaum
Muslimin terhadap  orang-orang  Yahudi  itu,  dengan  anggapan
bahwa  kisah  wanita  Islam  yang pergi kepada tukang emas itu
akan mudah  saja  penyelesaiannya  selama  yang  terbunuh  itu
seorang  dari  pihak Islam dan seorang pula dari pihak Yahudi.
Sebenarnya  dapat  saja  kita  menolak  pendapat  ini   dengan
mengatakan,  bahwa  terbunuhnya  seorang  Yahudi  dan  seorang
Muslim itu belum dapat menghapus  coreng  penghinaan  terhadap
kaum  Muslimin  yang disebabkan oleh pribadi wanita yang telah
dipermainkan oleh orang Yahudi itu. Bagi orang Arab,  melebihi
bangsa   manapun,  masalah  semacam  ini  dapat  mengakibatkan
timbulnya huru-hara, dapat menimbulkan peperangan  antara  dua
kabilah  atau  dua golongan selama bertahun-tahun hanya karena
soal semacam itu saja. Dalam sejarah Arab contoh-contoh serupa
itu  sudah cukup pula dikenal terutama oleh mereka yang pernah
mempelajarinya
 
Tetapi, disamping pertimbangan ini masih ada pertimbangan lain
yang  lebih  penting lagi. Peristiwa seorang wanita yang telah
menyebabkan terkurungnya Banu Qainuqa, dan  terusirnya  mereka
dari  Medinah,  adalah sama seperti terbunuhnya putera mahkota
Austria di Sarayevo dalam tahun 1914  yang  telah  menyebabkan
pecahnya  Perang  Dunia  dan  melibatkan  seluruh benua Eropa.
Soalnya hanyalah sepercik  api  yang  menyala,  yang  kemudian
membakar  hati  kaum Muslimin dan Yahudi bersama-sama demikian
rupa, sehingga akhirmya dapat menimbulkan letusan serta segala
akibat yang timbul karenanya.
 
Sebenarnya,  adanya  orang-orang  Yahudi, adanya orang musyrik
dan orang-orang munafik di  Medinah,  di  samping  orang-orang
Islam,  telah  memperkuat  timbulnya perpecahan itu. Dari segi
politik, Medinah merupakan sebuah kawah yang tidak bisa  tidak
pasti  akan  meletus.  Jadi,  terkepungnya  Banu  Qainuqa, dan
dikeluarkannya  mereka  dari  Medinah  adalah  gejala  pertama
kearah timbulnya letusan itu.
                                    
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez