air mataku tak terbendung ketika kejadian itu terjadi di mataku. Aku seakan tak percaya tapi inilah yang kulihat. kakakku yang satu-satunya kumiliki sekarang harus masuk ke dalam buih karena menggunakan narkoba.
Aku tak percaya, kakak yang kukenal paham agama dapat melakukan hal itu. sekarang aku hanya tinggal sendiri dalam rumah peninggalan kedua orangtua kami.
apa gunanya rumah sebesar ini jika aku hanya sendiri? Apa yang bisa kulakukan tanpa kakak? Ucap batinku
aku adalah seorang adik yang manja kepada kakaknya semenjak ditinggal kedua orang tua. Kakakku selalu mendampingiku dimanapun. Kakakku pulalah yang mencari nafkah untukku.
Bagaimana aku bisa hidup? setiap hari kakak yang menyediakan makananku, setiap hari kakak yang mengingatkanku untuk shalat, setiap hari kakak yang memberiku uang jajan. Batinku lagi-lagi berteriak seperti itu
entahlah apa yang harus kulakukan sekarang. Aku hanya terus menangisi takdirku dalam kamarku. Tiba-tiba aku mendengar suara adzan shalat dhuhur. suara itu seakan masuk ke batinku. Kulangkahkan kakiku untuk berwudhu dan melaksanakan shalat Dhuhur. setelah shalat aku berdoa dan curhat kepada sang pemilik Nyawa. Ku meminta petunjuk dan pencerahan untuk diriku. Setelah itu aku bergegas ke tempat tidur dan tidur siang.
dalam tidur itu aku bermimpi bertemu dengan ayah dan ibu. Mereka kemudian mengatakan kepadaku "nak, bangkitlah. kamu pasti bisa. Walaupun hanya sendiri. Tapi ingatlah selama dihatimu selalu mengingat Allah insya Allah Allah akan selalu bersamamu. Jika pemilik Alam ini sudah bersamamu apalagi yang tidak mungkin"
Ya Allah, inikah jawaban dari doaku tadi.
Aku pertegas diriku untuk kembali bangkit dari keterpurukan ini. Sekarang aku berusaha hidup mandiri. Mencoba mencari nafkah sendiri, masak sendiri, dan semuanya mengurus diri sendiri.
Alhamdulillah, aku diterima di salah satu kantor di Jakarta ini. Walaupun hanya sebagai receptionis. Tapi setidaknya aku bisa bertahan hidup. Setiap hari aku datang ke kantor dengan bersemangat. Aku selalu teringat akan mimpi di siang itu.
Sebulan telah berlalu, alhamdulillah hari ini aku gajian. Setelah mendapat gaji itu akupun bergegas ke supermaket dan membeli bahan-bahan makanan yang akan aku masak untuk kakakku tercinta.
Hari ini aku ingin mengunjungi kakakku dan memasakkannya makanan yang lezat yang aku buat sendiri. Saatnya aku membalas jasa-jasa kakakku.
Sesampaiku di sana, kakak sangat terkejut melihat penampilanku yang sekarang. Kemudian kuceritakan pekerjaanku sekarang dan segala aktivitasku.
Kakak : kakak bangga sama kamu dek
aku : ini juga karena kakak
kakak : maafkan kakak yah
aku : minta maaf sama Allah kak, sebentar lagi hukuman kakak akan berakhir. Aku berharap kakak benar-benar bertobat setelah itu.
Kakak : iyah dek
percakapan kamipun selesai dan selanjutnya kakak menyatap masakan yang special kubuat untuknya.
Setelah itu aku pulang ke rumah. sampai di rumah pikiranku terus berucap : rumah ini terlalu besar untuk aku yang seorang diri. Bahkan untuk aku dan kakak sudah sangat besar. kadang aku ingin menjualnya namun hanya inilah satu-satunya peninggalan orang tuaku untuk aku dan kakak. Karena itu kuputuskan untuk menjadikannya kos-kosan wanita. Kebetulan lokasi rumahku dekat dengan kampus di jakarta ini.
Rumah itupun kubagi 2, satunya untuk kos-kosan dan satunya lagi untuk tempat tinggalku dengan kakak nantinya.
Alhamdulillah, kos-kosannya sudah terisi. walaupun dipisahkan oleh tembok antara tempat tinggalku dengan kos-kosan itu tapi aku sudah merasa nyaman karena sekarang rumahku tidak sunyi lagi, setiap hari selalu ku mendengar suara penghuni kosan itu. Dan yang paling menakjubkan batinku ketika suatu malam aku terbangun dan aku medengar lantunan ayat suci yang begitu merdu dari kos-kosanku.
"subhanallah, siapakah yang memiliki suara merdu ini? Di keheningan malam ia bertahajjud kepada Allah"
karena penasaran kucari dikamar mana suara itu bersumber dan sudah tidak asing lagi untukku itu dari kamar zahra. Zahra memang anak yang terkenal dengan kealimannya. sejenak kuberpikir untuk menjodohkannya dengan kakakku yang keesokan harinya akan kembali ke rumah.
setelah shalat subuhpun aku mendatangi zahra dan kemudian membahas niat baikku itu. Zahra memang muslimah, dia hanya berkata "orang tuaku yang berhak menjawabnya kak".
Setelah itu aku menuju ke kamar. Aku berpikir mungkinkan orang tua zahra mau menerima seorang laki-laki yang pernah menggunakan narkoba.
Entahlah. Sekarang aku hanya bisa berdoa kepada Allah. Setelah mendirikan shalat dhuha akupun bergegas menjemput kakakku. Setelah itu kami kembali ke rumah. Dan tak pernah kusangkah ternyata kakak dan Zahra adalah kakak dan adik kelas sewaktu SMA dulu.
Kemudian kuceritakan kepada kakak ideku untuk menjodohkannya dengan Zahra. Dan aku mengajaknya menuju ke rumah orang tua Zahra.
Kamipun kesana dan alhamdulillah lamaran kakak diterima. Ternyata orang tua Zahra adalah pekerja di kantor kakak dahulunya. Dan dulunya mereka sudah begitu dekat.
Akhirnya merekapun menikah. Dan rumah kamipun beberapa tahun kemudian dipenuhi dengan keponakan-keponakanku yang cantik dan ganteng.