Kamis, 08 Maret 2012

Sejarah Hidup Muhammad (31)

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 07.05
Dalam  pada  itu orang-orang Yahudi itupun kembali ke Medinah.
Lalu kata sekutu Ibn Ubayy itu:
 
"Kau  sudah  menasehatinya  dan  sudah  kauberikan  pendapatmu
berdasarkan  pengalaman orang-orang tua dahulu. Sebenarnya dia
sependapat dengan kau. Lalu dia menolak dan menuruti  kehendak
pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya."
 
Percakapan  mereka  itu  sangat  menyenangkan  hati Ibn Ubayy.
Keesokan harinya ia berbalik menggabungkan diri dengan pasukan
teman-temanya  itu. Tinggal lagi Alabi dengan orang-orang yang
benar-benar beriman, yang berjumlah 700 orang, akan  berperang
menghadapi  3000  orang terdiri dan orang-orang Quraisy Mekah,
yang kesemuanya sudah memikul dendam yang tak terpenuhi ketika
di Badr. Semua mereka ingin menuntut balas.
 
Pagi-pagi  sekali;  kaum  Muslimin berangkat menuju Uhud. Lalu
mereka memotong jalan sedemikian rupa sehingga pihak musuh itu
berada  di  belakang  mereka.  Selanjutnya  Muhammad  mengatur
barisan  para  sahabat.  Limapuluh   orang   barisan   pemanah
ditempatkan   di   lereng-lereng  gunung,  dan  kepada  mereka
diperintahkan:
 
"Lindungi kami dan belakang, sebab  kita  kuatir  mereka  akan
mendatangi  kami dari belakang. Dan bertahanlah kamu di tempat
itu,  jangan  ditinggalkan.  Kalau  kamu  melihat  kami  dapat
menghancurkan mereka sehingga kami memasuki pertahanan mereka,
kamu jangan meninggalkan tempat kamu. Dan jika kamu lihat kami
yang  diserang  jangan  pula  kami  dibantu,  juga jangan kami
dipertahankan. Tetapi tugasmu  ialah  menghujani  kuda  mereka
dengan  panah,  sebab  dengan  serangan  panah kuda itu takkan
dapat maju."
 
Selain  pasukan  pemanah,  yang   lain   tidak   diperbolehkan
menyerang siapapun, sebelum ia memberi perintah menyerang.
 
Adapun  pihak  Quraisy  merekapun juga sudah menyusun barisan.
Barisan kanan dipimpin oleh Khalid  bin'l-Walid  sedang  sayap
kin  dipimpin  oleh  'Ikrima  b.  Abi Jahl. Bendera diserahkan
kepada Abd'l 'Uzza Talha b. Abi Talha.  Wanita-wanita  Quraisy
sambil  memukul tambur dan genderang berjalan di tengah-tengah
barisan  itu.  Kadang  mereka  di  depan  barisan,  kadang  di
belakangnya. Mereka dipimpin oleh Hindun bt. 'Utba, isteri Abu
Sufyan, seraya bertenak-teriak:
 
   Hayo, Banu Abd'd-Dar
   Hayo, hayo pengawal barisan belakang
   Hantamlah dengan segala yang tajam.
   Kamu maju kami peluk
   Dan kami hamparkan kasur yang empuk
   Atau kamu mundur kita berpisah
   Berpisah tanpa cinta.

Kedua belah pihak sudah siap  bertempur.  Masing-masing  sudah
mengerahkan  pasukannya.  Yang  selalu  teringat  oleh Quraisy
ialah  peristiwa  Badr  dan  korban-korbannya.   Yang   selalu
teringat  oleh kaum Muslimin ialah Tuhan serta pertolonganNya.
Muhammad berpidato dengan memberi  semangat  dalam  menghadapi
pertempuran  itu.  Ia  menjanjikan  pasukannya  akan  mendapat
kemenangan apabila mereka tabah.  Sebilah  pedang  dipegangnya
sambil ia berkata:
 
"Siapa  yang  akan memegang pedang ini guna disesuaikan dengan
tugasnya?"
 
Beberapa orang tampil. Tapi pedang itu  tidak  pula  diberikan
kepada mereka. Kemudian Abu Dujana Simak b. Kharasya dari Banu
Sa'ida tampil seraya berkata:
 
"Apa tugasnya, Rasulullah?"
 
"Tugasnya ialah menghantamkan pedang kepada  musuh  sampai  ia
bengkok," jawabnya.
 
Abu Dujana seorang laki-laki yang sangat berani. Ia mengenakan
pita (kain) merah. Apabila  pita  merah  itu  sudah  diikatkan
orangpun  mengetahui,  bahwa ia sudah siap bertempur dan waktu
itupun ia sudah mengeluarkan pita mautnya itu.
 
Pedang  diambilnya,  pita  dikeluarkan  lalu  diikatkannya  di
kepala.  Kemudian ia berlagak di tengah-tengah dua barisan itu
seperti biasanya apabila ia sudah siap menghadapi pertempuran.
 
"Cara berjalan begini  sangat  dibenci  Allah,  kecuali  dalam
bidang  ini,"  kata  Muhammad  setelah  dilihatnya  orang  itu
berlagak.
 
Orang pertama yang mencetuskan perang di antara dua pihak  itu
adalah Abu 'Amir 'Abd 'Amr b. Shaifi al-Ausi (dari Aus). Orang
ini sengaja pindah  dari  Medinah  ke  Mekah  hendak  membakar
semangat  Quraisy  supaya  memerangi Muhammad. Ia belum pernah
ikut dalam perang Badr. Sekarang  ia  menerjunkan  diri  dalam
perang Uhud dengan membawa lima belas orang dari golongan Aus.
Ada juga budak-budak dari penduduk Mekah yang juga  dibawanya.
Menurut   dugaannya,   apabila   nanti   ia  memanggil-manggil
orang-orang Islam dari golongan  Aus  yang  ikut  berjuang  di
pihak  Muhammad,  niscaya  mereka  akan memenuhi panggilannya,
akan berpihak kepadanya dan membantu Quraisy.
 
"Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu  'Amir!"  teriaknya
memanggil-manggil.
 
Tetapi Muslimin dari kalangan Aus itu membalas:
 
"Tuhan takkan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!"
 
Perangpun lalu pecah. Budak-budak Quraisy serta 'Ikrima b. Abi
Jahl yang berada di  sayap  kiri,  berusaha  hendak  menyerang
Muslimin  dari  samping, tapi pihak Muslimin menghujani mereka
dengan batu sehingga Abu 'Amir dan  pengikut-pengikutnya  lari
tunggang-langgang.  Ketika  itu  juga Hamzah b. Abd'l-Muttalib
berteriak, membawa teriakan perang Uhud:
 
"Mati, mati!" Lalu ia terjun ketengah-tengah  tentara  Quraisy
itu.  Ketika  itu  Talha  b.  Abi  Talha, yang membawa bendera
tentara Mekah berteriak pula:
 
"Siapa yang akan duel?"
 
Lalu Ali b. Abi Talib tampil menghadapinya. Dua orang dari dua
barisan  itu bertemu. Cepat-cepat Ali memberikan satu pukulan,
yang membuat kepala lawannya itu belah dua. Nabi  merasa  lega
dengan  itu.  Ketika  itu  juga  kaum  Muslimin  bertakbir dan
melancarkan serangannya. Dengan  pedang  Nabi  di  tangan  dan
mengikatkan  pita  maut  di  kepala,  Abu  Dujane  pun  terjun
kedepan. Dibunuhnya setiap  orang  yang  dijumpainya.  Barisan
orang-orang  musyrik  jadi  kacau-balau.  Kemudian  ia melihat
seseorang  sedang  mencencang-cencang  sesosok  tubuh  manusia
dengan  keras  sekali.  Diangkatnya pedangnya dan diayunkannya
kepada orang itu. Tetapi ternyata orang itu adalah Hindun  bt.
'Utba.  Ia  mundur.  Terlalu  mulia  rasanya pedang Rasul akan
dipukulkan kepada seorang wanita.
 
Dengan secara keras sekali pihak Quraisypun menyerbu  pula  ke
tengah-tengah  pertempuran  itu. Darahnya sudah mendidih ingin
menuntut balas atas pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka mereka
yang  sudah tewas setahun yang lalu di Badr. Dua kekuatan yang
tidak seimbang itu, baik  jumlah  orang  maupun  perlengkapan,
sekarang  berhadap-hadapan.  Kekuatan dengan jumlah yang besar
ini motifnya adalah balas-dendam, yang sejak perang Badr tidak
pernah  reda.  Sedang jumlah yang lebih kecil motifnya adalah:
pertama mempertahankan akidah, mempertahankan iman  dan  agama
Allah,    kedua    mempertahankan   tanah   air   dan   segala
kepentingannya. Mereka yang menuntut  bela  itu  terdiri  dari
orang-orang  yang  lebih  kuat  dan  jumlah pasukan yang lebih
besar.  Di  belakang  mereka  itu  kaum  wanita   turut   pula
mengobarkan  semangat.  Tidak  sedikit  di  antara mereka yang
membawa budak-budak itu  menjanjikan  akan  memberikan  hadiah
yang  besar  apabila  mereka  dapat  membalaskan  dendam  atas
kematian seorang bapa, saudara, suami  atau  orang-orang  yang
dicintai  lainnya,  yang  telah  terbunuh  di  Badr. Hamzah b.
Abd'l-Muttalib  adalah  seorang  pahlawan  Arab  terbesar  dan
paling  berani.  Ketika  terjadi perang Badr dialah yang telah
menewaskan ayah dan saudara Hindun, begitu juga tidak  sedikit
orang-orang  yang  dicintainya  yang telah ditewaskan. Seperti
juga dalam perang Badr, dalam perang Uhud inipun Hamzah adalah
singa  dan pedang Tuhan yang tajam. Ditewaskannya Arta b. 'Abd
Syurahbil, Siba'  b.  'Abd'l-'Uzza  al-Ghubsyani,  dan  setiap
musuh yang dijumpainya nyawa mereka tidak luput dari renggutan
pedangnya.
 
Sementara itu Hindun bt. 'Utba telah pula menjanjikan  Wahsyi,
orang  Abisinia  dan  budak Jubair (b. Mut'im) akan memberikan
hadiah besar apabila ia berhasil membunuh Hamzah. Begitu  juga
Jubair   b.  Mut'im  sendiri,  tuannya,  yang  pamannya  telah
terbunuh di Badr, mengatakan kepadanya:
 
"Kalau Hamzah  paman  Muhammad  itu  kau  bunuh,  maka  engkau
kumerdekakan."  Wahsyi sendiri dalam hal ini bercerita sebagai
berikut:
 
"Kemudian aku berangkat bersama rombongan.  Aku  adalah  orang
Abisinia  yang apabila sudah melemparkan tombak cara Abisinia,
jarang sekali  meleset.  Ketika  terjadi  pertempuran,  kucari
Hamzah  dan kuincar dia. Kemudian kulihat dia di tengah-fengah
orang banyak itu seperti seekor unta kelabu  sedang  membabati
orang  dengan  pedangnya.  Lalu  tombak kuayunkan-ayunkan, dan
sesudah pasti sekali kulemparkan. Ia tepat mengenai sasaran di
bawah  perutnya, dan keluar dari antara dua kakinya. Kubiarkan
tombak itu begitu sampai dia mati. Sesudah itu  kuhampiri  dia
dan  kuambil  tombakku itu, lalu aku kembali ke markas dan aku
diam di sana, sebab sudah  tak  ada  tugas  lain  selain  itu.
Kubunuh   dia   hanya   supaya   aku  dimerdekakan  saja  dari
perbudakan. Dan sesudah aku  pulang  ke  Mekah,  ternyata  aku
dimerdekakan."
 
Adapun   mereka   yang   berjuang   mempertahankan  tanah-air,
contohnya terdapat pada Quzman, salah  seorang  munafik,  yang
hanya  pura-pura Islam. Ketika kaum Muslimin berangkat ke Uhud
ia tinggal di belakang. Keesokan harinya, ia  mendapat  hinaan
dari wanita-wanita Banu Zafar.
 
"Quzman,"  kata  wanita-wanita  itu. "Tidak malu engkau dengan
sikapmu itu. Seperti perempuan saja kau. Orang semua berangkat
kau tinggal dalam rumah."
 
Dengan  sikap berang Quzman pulang ke rumahnya. Dikeluarkannya
kudanya,  tabung  panah  dan  pedangnya.  Ia  dikenal  sebagai
seorang  pemberani.  Ia berangkat dengan memacu kudanya sampai
ke tempat tentara. Sementara itu Nabi sedang menyusun  barisan
Muslimin.  Ia  terus menyeruak sampai ke barisan terdepan. Dia
adalah orang pertama  dari  pihak  Muslimin  yang  menerjunkan
diri,  dengan  melepaskan  panah  demi  panah,  seperti tombak
layaknya.
 
Hari sudah menjelang  senja.  Tampaknya  ia  lebih  suka  mati
daripada  lari.  Ia  sendiri lalu membunuh diri sesudah sempat
membunuh tujuh orang Quraisy di Suway'a - selain  mereka  yang
telah dibunuhnya pada permulaan pertempuran. Tatkala ia sedang
sekarat itu, Abu'l-Khaidaq lewat di tempat itu.
 
"Quzman, beruntung kau akan mati syahid," katanya.
 
"Abu 'Amr," kata Quzman. "Sungguh saya  bertempur  bukan  atas
dasar  agama.  Saya  bertempur  hanya  sekadar  menjaga jangan
sampai Quraisy memasuki tempat  kami  dan  melanda  kehormatan
kami,  menginjak-injak  kebun kami. Saya berperang hanya untuk
menjaga nama keturunan masyarakat kami. Kalau tidak karena itu
saya tidak akan berperang."
 
Sebaliknya  mereka  yang  benar-benar beriman, jumlahnya tidak
lebih dari 700 orang. Mereka  bertempur  melawan  3000  orang.
Kita  sudah melihat, tindakan Hamzah dan Abu Dujana yang telah
memperlihatkan suatu teladan dalam arti  kekuatan  moril  yang
tinggi  pada  mereka  itu.  Suatu  kekuatan yang telah membuat
barisan   Quraisy   jadi   lemas   seperti   rotan,    membuat
pahlawan-pahlawan  Quraisy,  yang  tadinya  di  kalangan  Arab
keberaniannya dijadikan suri teladan, telah mundur dan  surut.
Setiap  panji  mereka  lepas  dari tangan seseorang, panji itu
diterima oleh yang lain di belakangnya. Setelah Talha  b.  Abi
Talha  tewas  di  tangan  Ali  datang  'Uthman  b.  Abi  Talha
menyambut bendera itu, yang juga kemudian menemui  ajalnya  di
tangan  Hamzah. Seterusnya bendera itu dibawa oleh Abu Sa'd b.
Abi Talha sambil berkata:
 
"Kamu mendakwakan bahwa  koban-korban  kamu  dalam  surga  dan
korban-korban  kami  dalam  neraka!  Kamu  bohong!  Kalau kamu
benar-benar  orang  beriman  majulah  siapa  saja   yang   mau
melawanku":
 
Entah  Ali  atau  Sa'd b. Abi Waqqash ketika itu menghantamkan
pedangnya  dengan  sekali  pukul  hingga  kepala   orang   itu
terbelah.
 
Berturut-turut pembawa bendera itu muncul dari Banu Abd'd Dar.
Jumlah mereka yang tewas telah mencapai sembilan  orang,  yang
terakhir  ialah  Shu'ab  orang Abisinia, budak Banu Abd'd-Dar.
Tangan kanan  orang  itu  telah  dihantam  oleh  Quzman,  maka
bendera  itu  dibawanya dengan tangan kiri. Tangan kiri inipun
oleh Quzman dihantam lagi dengan pedangnya.  Sekarang  bendera
itu  oleh Shu'ab dipeluknya dengan lengan ke dadanya, kemudian
ia membungkuk sambil berkata: Hai Banu Abd'd-Dar, sudahkah kau
maafkan?  Lalu  ia ditewaskan entah oleh Quzman atau oleh Sa'd
bin Abi Waqqash, sumbernya masih berbeda-beda.
 
Setelah mereka yang membawa bendera itu tewas  semua,  pasukan
orang-orang  musyrik  itu hancur. Mereka sudah tidak tahu lagi
bahwa mereka dikerumuni oleh wanita-wanita, bahwa berhala yang
mereka  mintai  restunya  telah  terjatuh  dari  atas unta dan
pelangking yang membawanya.
 
Kemenangan Muslimin dalam  perang  Uhud  pada  pagi  hari  itu
sebenarnya adalah suatu mujizat. Adakalanya orang menafsirkan,
bahwa  kemenangan  itu  disebabkan  oleh  kemahiran   Muhammad
mengatur  barisan  pemanah di lereng bukit, merintangi pasukan
berkuda dengan anak panah sehingga mereka  tidak  dapat  maju,
juga  tidak dapat menyergap Muslimin dari belakang. Ini memang
benar. Tetapi juga tidak salah, bahwa 600 orang Muslimin  yang
menyerbu  jumlah  sebanyak  lima  kali  lipat  itupun,  dengan
perlengkapan yang juga demikian, motifnya  adalah  iman,  iman
yang sungguh-sungguh, bahwa mereka dalam kebenaran.
 
Inilah  yang  membawa mujizat kepahlawanan melebihi kepandaian
pimpinan. Barangsiapa yang telah beriman kepada kebenaran,  ia
takkan goncang oleh kekuatan materi, betapapun besarnya. Semua
kekuatan  batil  yang  digabungkan  sekalipun,  takkan   dapat
menggoyahkan  kebulatan tekadnya itu. Dapatkah kita menganggap
cukup dengan kepandaian pimpinan  itu  saja,  padahal  barisan
pemanah  yang  oleh  Nabi  ditempatkan  di  lereng  bukit  itu
jumlahnya tidak  lebih  dari  50  orang?  Andaikata  sekalipun
mereka  itu  terdiri  dari  200 orang atau 300 orang, mendapat
serbuan dari mereka yang sudah bertekad mati,  niscaya  mereka
tidak  akan  dapat  bertahan.  Tetapi  kekuatan yang terbesar,
ialah kekuatan konsepsi, kekuatan akidah, kekuatan  iman  yang
sungguh-sungguh  akan  adanya  Kebenaran  Tertinggi.  Kekuatan
inilah yang takkan dapat ditaklukkan selama orang masih  teguh
berpegang kepada kebenaran itu.
 
Karena  itulah, 3000 orang pasukan berkuda Quraisy jadi hancur
menghadapi serangan 600 orang Muslimin. Dan hampir-hampir pula
wanita-wanita  merekapun akan menjadi tawanan perang yang hina
dina.
 
Muslimin kini mengejar  musuh  itu  sampai  mereka  meletakkan
senjata  dimana  saja asal jauh dari bekas markas mereka. Kaum
Muslimin  sekarang  mulai   memperebutkan   rampasan   perang.
Alangkah banyaknya jumlah rampasan perang itu! Hal ini membuat
mereka  lupa  mengikuti  terus  jejak  musuh,   karena   sudah
mengharapkan kekayaan duniawi.
 
Mereka  ini  ternyata  dilihat  oleh pasukan pemanah yang oleh
Rasul  diminta  jangan  meninggalkan  tempat  di  gunung  itu,
sekalipun mereka melihat kawan-kawannya diserang.
 
Dengan tak dapat menahan air liur melihat rampasan perang itu,
kepada satu sama lain mereka berkata:
 
"Kenapa kita  masih  tinggal  disini  juga  dengan  tidak  ada
apa-apa.   Tuhan   telah  menghancurkan  musuh  kita.  Mereka,
saudara-saudara  kita  itu,  sudah   merebut   markas   musuh.
Kesanalah juga kita, ikut mengambil rampasan itu."
 
Yang seorang lagi tentu menjawab:
 
"Bukankah Rasulullah sudah berpesan jangan meninggalkan tempat
kita ini? Sekalipun kami diserang janganlah kami dibantu."
 
Yang pertama berkata lagi:
 
"Rasulullah   tidak   menghendaki    kita    tinggal    disini
terus-menerus, setelah Tuhan menghancurkan kaum musyrik itu."
 
Lalu  mereka  berselisih.  Ketika itu juga tampil Abdullah bin
Jubair berpidato agar jangan  mereka  itu  melanggar  perintah
Rasul.  Tetapi  mereka  sebahagian  besar  tidak patuh. Mereka
berangkat juga. Yang masih tinggal hanya beberapa orang  saja,
tidak  sampai  sepuluh  orang. Seperti kesibukan Muslimin yang
lain, mereka yang ikut bergegas  itu  pun  sibuk  pula  dengan
harta rampasan. Pada waktu itulah Khalid bin'l-Walid mengambil
kesempatan - dia sebagai komandan kavaleri Mekah -  pasukannya
dikerahkan  ke  tempat  pasukan  pemanah,  dan  mereka  inipun
berhasil dikeluarkan dari sana.
 
                                    
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah

Kamis, 08 Maret 2012

Sejarah Hidup Muhammad (31)

Dalam  pada  itu orang-orang Yahudi itupun kembali ke Medinah.
Lalu kata sekutu Ibn Ubayy itu:
 
"Kau  sudah  menasehatinya  dan  sudah  kauberikan  pendapatmu
berdasarkan  pengalaman orang-orang tua dahulu. Sebenarnya dia
sependapat dengan kau. Lalu dia menolak dan menuruti  kehendak
pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya."
 
Percakapan  mereka  itu  sangat  menyenangkan  hati Ibn Ubayy.
Keesokan harinya ia berbalik menggabungkan diri dengan pasukan
teman-temanya  itu. Tinggal lagi Alabi dengan orang-orang yang
benar-benar beriman, yang berjumlah 700 orang, akan  berperang
menghadapi  3000  orang terdiri dan orang-orang Quraisy Mekah,
yang kesemuanya sudah memikul dendam yang tak terpenuhi ketika
di Badr. Semua mereka ingin menuntut balas.
 
Pagi-pagi  sekali;  kaum  Muslimin berangkat menuju Uhud. Lalu
mereka memotong jalan sedemikian rupa sehingga pihak musuh itu
berada  di  belakang  mereka.  Selanjutnya  Muhammad  mengatur
barisan  para  sahabat.  Limapuluh   orang   barisan   pemanah
ditempatkan   di   lereng-lereng  gunung,  dan  kepada  mereka
diperintahkan:
 
"Lindungi kami dan belakang, sebab  kita  kuatir  mereka  akan
mendatangi  kami dari belakang. Dan bertahanlah kamu di tempat
itu,  jangan  ditinggalkan.  Kalau  kamu  melihat  kami  dapat
menghancurkan mereka sehingga kami memasuki pertahanan mereka,
kamu jangan meninggalkan tempat kamu. Dan jika kamu lihat kami
yang  diserang  jangan  pula  kami  dibantu,  juga jangan kami
dipertahankan. Tetapi tugasmu  ialah  menghujani  kuda  mereka
dengan  panah,  sebab  dengan  serangan  panah kuda itu takkan
dapat maju."
 
Selain  pasukan  pemanah,  yang   lain   tidak   diperbolehkan
menyerang siapapun, sebelum ia memberi perintah menyerang.
 
Adapun  pihak  Quraisy  merekapun juga sudah menyusun barisan.
Barisan kanan dipimpin oleh Khalid  bin'l-Walid  sedang  sayap
kin  dipimpin  oleh  'Ikrima  b.  Abi Jahl. Bendera diserahkan
kepada Abd'l 'Uzza Talha b. Abi Talha.  Wanita-wanita  Quraisy
sambil  memukul tambur dan genderang berjalan di tengah-tengah
barisan  itu.  Kadang  mereka  di  depan  barisan,  kadang  di
belakangnya. Mereka dipimpin oleh Hindun bt. 'Utba, isteri Abu
Sufyan, seraya bertenak-teriak:
 
   Hayo, Banu Abd'd-Dar
   Hayo, hayo pengawal barisan belakang
   Hantamlah dengan segala yang tajam.
   Kamu maju kami peluk
   Dan kami hamparkan kasur yang empuk
   Atau kamu mundur kita berpisah
   Berpisah tanpa cinta.

Kedua belah pihak sudah siap  bertempur.  Masing-masing  sudah
mengerahkan  pasukannya.  Yang  selalu  teringat  oleh Quraisy
ialah  peristiwa  Badr  dan  korban-korbannya.   Yang   selalu
teringat  oleh kaum Muslimin ialah Tuhan serta pertolonganNya.
Muhammad berpidato dengan memberi  semangat  dalam  menghadapi
pertempuran  itu.  Ia  menjanjikan  pasukannya  akan  mendapat
kemenangan apabila mereka tabah.  Sebilah  pedang  dipegangnya
sambil ia berkata:
 
"Siapa  yang  akan memegang pedang ini guna disesuaikan dengan
tugasnya?"
 
Beberapa orang tampil. Tapi pedang itu  tidak  pula  diberikan
kepada mereka. Kemudian Abu Dujana Simak b. Kharasya dari Banu
Sa'ida tampil seraya berkata:
 
"Apa tugasnya, Rasulullah?"
 
"Tugasnya ialah menghantamkan pedang kepada  musuh  sampai  ia
bengkok," jawabnya.
 
Abu Dujana seorang laki-laki yang sangat berani. Ia mengenakan
pita (kain) merah. Apabila  pita  merah  itu  sudah  diikatkan
orangpun  mengetahui,  bahwa ia sudah siap bertempur dan waktu
itupun ia sudah mengeluarkan pita mautnya itu.
 
Pedang  diambilnya,  pita  dikeluarkan  lalu  diikatkannya  di
kepala.  Kemudian ia berlagak di tengah-tengah dua barisan itu
seperti biasanya apabila ia sudah siap menghadapi pertempuran.
 
"Cara berjalan begini  sangat  dibenci  Allah,  kecuali  dalam
bidang  ini,"  kata  Muhammad  setelah  dilihatnya  orang  itu
berlagak.
 
Orang pertama yang mencetuskan perang di antara dua pihak  itu
adalah Abu 'Amir 'Abd 'Amr b. Shaifi al-Ausi (dari Aus). Orang
ini sengaja pindah  dari  Medinah  ke  Mekah  hendak  membakar
semangat  Quraisy  supaya  memerangi Muhammad. Ia belum pernah
ikut dalam perang Badr. Sekarang  ia  menerjunkan  diri  dalam
perang Uhud dengan membawa lima belas orang dari golongan Aus.
Ada juga budak-budak dari penduduk Mekah yang juga  dibawanya.
Menurut   dugaannya,   apabila   nanti   ia  memanggil-manggil
orang-orang Islam dari golongan  Aus  yang  ikut  berjuang  di
pihak  Muhammad,  niscaya  mereka  akan memenuhi panggilannya,
akan berpihak kepadanya dan membantu Quraisy.
 
"Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu  'Amir!"  teriaknya
memanggil-manggil.
 
Tetapi Muslimin dari kalangan Aus itu membalas:
 
"Tuhan takkan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!"
 
Perangpun lalu pecah. Budak-budak Quraisy serta 'Ikrima b. Abi
Jahl yang berada di  sayap  kiri,  berusaha  hendak  menyerang
Muslimin  dari  samping, tapi pihak Muslimin menghujani mereka
dengan batu sehingga Abu 'Amir dan  pengikut-pengikutnya  lari
tunggang-langgang.  Ketika  itu  juga Hamzah b. Abd'l-Muttalib
berteriak, membawa teriakan perang Uhud:
 
"Mati, mati!" Lalu ia terjun ketengah-tengah  tentara  Quraisy
itu.  Ketika  itu  Talha  b.  Abi  Talha, yang membawa bendera
tentara Mekah berteriak pula:
 
"Siapa yang akan duel?"
 
Lalu Ali b. Abi Talib tampil menghadapinya. Dua orang dari dua
barisan  itu bertemu. Cepat-cepat Ali memberikan satu pukulan,
yang membuat kepala lawannya itu belah dua. Nabi  merasa  lega
dengan  itu.  Ketika  itu  juga  kaum  Muslimin  bertakbir dan
melancarkan serangannya. Dengan  pedang  Nabi  di  tangan  dan
mengikatkan  pita  maut  di  kepala,  Abu  Dujane  pun  terjun
kedepan. Dibunuhnya setiap  orang  yang  dijumpainya.  Barisan
orang-orang  musyrik  jadi  kacau-balau.  Kemudian  ia melihat
seseorang  sedang  mencencang-cencang  sesosok  tubuh  manusia
dengan  keras  sekali.  Diangkatnya pedangnya dan diayunkannya
kepada orang itu. Tetapi ternyata orang itu adalah Hindun  bt.
'Utba.  Ia  mundur.  Terlalu  mulia  rasanya pedang Rasul akan
dipukulkan kepada seorang wanita.
 
Dengan secara keras sekali pihak Quraisypun menyerbu  pula  ke
tengah-tengah  pertempuran  itu. Darahnya sudah mendidih ingin
menuntut balas atas pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka mereka
yang  sudah tewas setahun yang lalu di Badr. Dua kekuatan yang
tidak seimbang itu, baik  jumlah  orang  maupun  perlengkapan,
sekarang  berhadap-hadapan.  Kekuatan dengan jumlah yang besar
ini motifnya adalah balas-dendam, yang sejak perang Badr tidak
pernah  reda.  Sedang jumlah yang lebih kecil motifnya adalah:
pertama mempertahankan akidah, mempertahankan iman  dan  agama
Allah,    kedua    mempertahankan   tanah   air   dan   segala
kepentingannya. Mereka yang menuntut  bela  itu  terdiri  dari
orang-orang  yang  lebih  kuat  dan  jumlah pasukan yang lebih
besar.  Di  belakang  mereka  itu  kaum  wanita   turut   pula
mengobarkan  semangat.  Tidak  sedikit  di  antara mereka yang
membawa budak-budak itu  menjanjikan  akan  memberikan  hadiah
yang  besar  apabila  mereka  dapat  membalaskan  dendam  atas
kematian seorang bapa, saudara, suami  atau  orang-orang  yang
dicintai  lainnya,  yang  telah  terbunuh  di  Badr. Hamzah b.
Abd'l-Muttalib  adalah  seorang  pahlawan  Arab  terbesar  dan
paling  berani.  Ketika  terjadi perang Badr dialah yang telah
menewaskan ayah dan saudara Hindun, begitu juga tidak  sedikit
orang-orang  yang  dicintainya  yang telah ditewaskan. Seperti
juga dalam perang Badr, dalam perang Uhud inipun Hamzah adalah
singa  dan pedang Tuhan yang tajam. Ditewaskannya Arta b. 'Abd
Syurahbil, Siba'  b.  'Abd'l-'Uzza  al-Ghubsyani,  dan  setiap
musuh yang dijumpainya nyawa mereka tidak luput dari renggutan
pedangnya.
 
Sementara itu Hindun bt. 'Utba telah pula menjanjikan  Wahsyi,
orang  Abisinia  dan  budak Jubair (b. Mut'im) akan memberikan
hadiah besar apabila ia berhasil membunuh Hamzah. Begitu  juga
Jubair   b.  Mut'im  sendiri,  tuannya,  yang  pamannya  telah
terbunuh di Badr, mengatakan kepadanya:
 
"Kalau Hamzah  paman  Muhammad  itu  kau  bunuh,  maka  engkau
kumerdekakan."  Wahsyi sendiri dalam hal ini bercerita sebagai
berikut:
 
"Kemudian aku berangkat bersama rombongan.  Aku  adalah  orang
Abisinia  yang apabila sudah melemparkan tombak cara Abisinia,
jarang sekali  meleset.  Ketika  terjadi  pertempuran,  kucari
Hamzah  dan kuincar dia. Kemudian kulihat dia di tengah-fengah
orang banyak itu seperti seekor unta kelabu  sedang  membabati
orang  dengan  pedangnya.  Lalu  tombak kuayunkan-ayunkan, dan
sesudah pasti sekali kulemparkan. Ia tepat mengenai sasaran di
bawah  perutnya, dan keluar dari antara dua kakinya. Kubiarkan
tombak itu begitu sampai dia mati. Sesudah itu  kuhampiri  dia
dan  kuambil  tombakku itu, lalu aku kembali ke markas dan aku
diam di sana, sebab sudah  tak  ada  tugas  lain  selain  itu.
Kubunuh   dia   hanya   supaya   aku  dimerdekakan  saja  dari
perbudakan. Dan sesudah aku  pulang  ke  Mekah,  ternyata  aku
dimerdekakan."
 
Adapun   mereka   yang   berjuang   mempertahankan  tanah-air,
contohnya terdapat pada Quzman, salah  seorang  munafik,  yang
hanya  pura-pura Islam. Ketika kaum Muslimin berangkat ke Uhud
ia tinggal di belakang. Keesokan harinya, ia  mendapat  hinaan
dari wanita-wanita Banu Zafar.
 
"Quzman,"  kata  wanita-wanita  itu. "Tidak malu engkau dengan
sikapmu itu. Seperti perempuan saja kau. Orang semua berangkat
kau tinggal dalam rumah."
 
Dengan  sikap berang Quzman pulang ke rumahnya. Dikeluarkannya
kudanya,  tabung  panah  dan  pedangnya.  Ia  dikenal  sebagai
seorang  pemberani.  Ia berangkat dengan memacu kudanya sampai
ke tempat tentara. Sementara itu Nabi sedang menyusun  barisan
Muslimin.  Ia  terus menyeruak sampai ke barisan terdepan. Dia
adalah orang pertama  dari  pihak  Muslimin  yang  menerjunkan
diri,  dengan  melepaskan  panah  demi  panah,  seperti tombak
layaknya.
 
Hari sudah menjelang  senja.  Tampaknya  ia  lebih  suka  mati
daripada  lari.  Ia  sendiri lalu membunuh diri sesudah sempat
membunuh tujuh orang Quraisy di Suway'a - selain  mereka  yang
telah dibunuhnya pada permulaan pertempuran. Tatkala ia sedang
sekarat itu, Abu'l-Khaidaq lewat di tempat itu.
 
"Quzman, beruntung kau akan mati syahid," katanya.
 
"Abu 'Amr," kata Quzman. "Sungguh saya  bertempur  bukan  atas
dasar  agama.  Saya  bertempur  hanya  sekadar  menjaga jangan
sampai Quraisy memasuki tempat  kami  dan  melanda  kehormatan
kami,  menginjak-injak  kebun kami. Saya berperang hanya untuk
menjaga nama keturunan masyarakat kami. Kalau tidak karena itu
saya tidak akan berperang."
 
Sebaliknya  mereka  yang  benar-benar beriman, jumlahnya tidak
lebih dari 700 orang. Mereka  bertempur  melawan  3000  orang.
Kita  sudah melihat, tindakan Hamzah dan Abu Dujana yang telah
memperlihatkan suatu teladan dalam arti  kekuatan  moril  yang
tinggi  pada  mereka  itu.  Suatu  kekuatan yang telah membuat
barisan   Quraisy   jadi   lemas   seperti   rotan,    membuat
pahlawan-pahlawan  Quraisy,  yang  tadinya  di  kalangan  Arab
keberaniannya dijadikan suri teladan, telah mundur dan  surut.
Setiap  panji  mereka  lepas  dari tangan seseorang, panji itu
diterima oleh yang lain di belakangnya. Setelah Talha  b.  Abi
Talha  tewas  di  tangan  Ali  datang  'Uthman  b.  Abi  Talha
menyambut bendera itu, yang juga kemudian menemui  ajalnya  di
tangan  Hamzah. Seterusnya bendera itu dibawa oleh Abu Sa'd b.
Abi Talha sambil berkata:
 
"Kamu mendakwakan bahwa  koban-korban  kamu  dalam  surga  dan
korban-korban  kami  dalam  neraka!  Kamu  bohong!  Kalau kamu
benar-benar  orang  beriman  majulah  siapa  saja   yang   mau
melawanku":
 
Entah  Ali  atau  Sa'd b. Abi Waqqash ketika itu menghantamkan
pedangnya  dengan  sekali  pukul  hingga  kepala   orang   itu
terbelah.
 
Berturut-turut pembawa bendera itu muncul dari Banu Abd'd Dar.
Jumlah mereka yang tewas telah mencapai sembilan  orang,  yang
terakhir  ialah  Shu'ab  orang Abisinia, budak Banu Abd'd-Dar.
Tangan kanan  orang  itu  telah  dihantam  oleh  Quzman,  maka
bendera  itu  dibawanya dengan tangan kiri. Tangan kiri inipun
oleh Quzman dihantam lagi dengan pedangnya.  Sekarang  bendera
itu  oleh Shu'ab dipeluknya dengan lengan ke dadanya, kemudian
ia membungkuk sambil berkata: Hai Banu Abd'd-Dar, sudahkah kau
maafkan?  Lalu  ia ditewaskan entah oleh Quzman atau oleh Sa'd
bin Abi Waqqash, sumbernya masih berbeda-beda.
 
Setelah mereka yang membawa bendera itu tewas  semua,  pasukan
orang-orang  musyrik  itu hancur. Mereka sudah tidak tahu lagi
bahwa mereka dikerumuni oleh wanita-wanita, bahwa berhala yang
mereka  mintai  restunya  telah  terjatuh  dari  atas unta dan
pelangking yang membawanya.
 
Kemenangan Muslimin dalam  perang  Uhud  pada  pagi  hari  itu
sebenarnya adalah suatu mujizat. Adakalanya orang menafsirkan,
bahwa  kemenangan  itu  disebabkan  oleh  kemahiran   Muhammad
mengatur  barisan  pemanah di lereng bukit, merintangi pasukan
berkuda dengan anak panah sehingga mereka  tidak  dapat  maju,
juga  tidak dapat menyergap Muslimin dari belakang. Ini memang
benar. Tetapi juga tidak salah, bahwa 600 orang Muslimin  yang
menyerbu  jumlah  sebanyak  lima  kali  lipat  itupun,  dengan
perlengkapan yang juga demikian, motifnya  adalah  iman,  iman
yang sungguh-sungguh, bahwa mereka dalam kebenaran.
 
Inilah  yang  membawa mujizat kepahlawanan melebihi kepandaian
pimpinan. Barangsiapa yang telah beriman kepada kebenaran,  ia
takkan goncang oleh kekuatan materi, betapapun besarnya. Semua
kekuatan  batil  yang  digabungkan  sekalipun,  takkan   dapat
menggoyahkan  kebulatan tekadnya itu. Dapatkah kita menganggap
cukup dengan kepandaian pimpinan  itu  saja,  padahal  barisan
pemanah  yang  oleh  Nabi  ditempatkan  di  lereng  bukit  itu
jumlahnya tidak  lebih  dari  50  orang?  Andaikata  sekalipun
mereka  itu  terdiri  dari  200 orang atau 300 orang, mendapat
serbuan dari mereka yang sudah bertekad mati,  niscaya  mereka
tidak  akan  dapat  bertahan.  Tetapi  kekuatan yang terbesar,
ialah kekuatan konsepsi, kekuatan akidah, kekuatan  iman  yang
sungguh-sungguh  akan  adanya  Kebenaran  Tertinggi.  Kekuatan
inilah yang takkan dapat ditaklukkan selama orang masih  teguh
berpegang kepada kebenaran itu.
 
Karena  itulah, 3000 orang pasukan berkuda Quraisy jadi hancur
menghadapi serangan 600 orang Muslimin. Dan hampir-hampir pula
wanita-wanita  merekapun akan menjadi tawanan perang yang hina
dina.
 
Muslimin kini mengejar  musuh  itu  sampai  mereka  meletakkan
senjata  dimana  saja asal jauh dari bekas markas mereka. Kaum
Muslimin  sekarang  mulai   memperebutkan   rampasan   perang.
Alangkah banyaknya jumlah rampasan perang itu! Hal ini membuat
mereka  lupa  mengikuti  terus  jejak  musuh,   karena   sudah
mengharapkan kekayaan duniawi.
 
Mereka  ini  ternyata  dilihat  oleh pasukan pemanah yang oleh
Rasul  diminta  jangan  meninggalkan  tempat  di  gunung  itu,
sekalipun mereka melihat kawan-kawannya diserang.
 
Dengan tak dapat menahan air liur melihat rampasan perang itu,
kepada satu sama lain mereka berkata:
 
"Kenapa kita  masih  tinggal  disini  juga  dengan  tidak  ada
apa-apa.   Tuhan   telah  menghancurkan  musuh  kita.  Mereka,
saudara-saudara  kita  itu,  sudah   merebut   markas   musuh.
Kesanalah juga kita, ikut mengambil rampasan itu."
 
Yang seorang lagi tentu menjawab:
 
"Bukankah Rasulullah sudah berpesan jangan meninggalkan tempat
kita ini? Sekalipun kami diserang janganlah kami dibantu."
 
Yang pertama berkata lagi:
 
"Rasulullah   tidak   menghendaki    kita    tinggal    disini
terus-menerus, setelah Tuhan menghancurkan kaum musyrik itu."
 
Lalu  mereka  berselisih.  Ketika itu juga tampil Abdullah bin
Jubair berpidato agar jangan  mereka  itu  melanggar  perintah
Rasul.  Tetapi  mereka  sebahagian  besar  tidak patuh. Mereka
berangkat juga. Yang masih tinggal hanya beberapa orang  saja,
tidak  sampai  sepuluh  orang. Seperti kesibukan Muslimin yang
lain, mereka yang ikut bergegas  itu  pun  sibuk  pula  dengan
harta rampasan. Pada waktu itulah Khalid bin'l-Walid mengambil
kesempatan - dia sebagai komandan kavaleri Mekah -  pasukannya
dikerahkan  ke  tempat  pasukan  pemanah,  dan  mereka  inipun
berhasil dikeluarkan dari sana.
 
                                    
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez