Jumat, 02 Maret 2012

guruku

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 07.43
aku sangat sayang padanya. Dialah guruku. Dia menjadikan dirinya sebagai orangtuaku selama aku dalam lingkungan sekolah. Dia sangat perhatian dan selalu memberiku pelajaran penting yang bermanfaat untuk hidupku.

Sebut saja nama beliau adalah ibu Fatimah. Umurnya hampir sama dengan ibuku. Sekitar 40 tahunan. Dia mengajar pendidikan agama di tingkat sma. Dan dia juga wali kelasku. Aku sangat dekat dengannya. Bahkan ketika di luar lingkungan sekolahpun demikian.

Suatu pagi di hari senin, aku terlambat bangun karena semalaman tidak bisa tertidur. Ke sekolahpun terlambat, dan akhirnya aku di hukum berdiri di halaman depan sekolah sampai upacara selesai.

Ketika masuk di kelas, ternyata ibu fatimah tahu kalau pagi itu aku terlambat bangun. Jam istirahatpun dia mengajakku ngobrol. Dia tidak marah karena hal itu, itulah yang aku rasakan karena nada bicaranya selalu lembut kepada siapa saja. dia bertanya kepadaku kenapa pagi itu aku terlambat setelah itu dia memberikan saran kepadaku agar kejadian itu tidak terulang lagi.
"Rasulullah tidak menyukai orang yang begadang karena sesuatu hal yang sia-sia. Selain itu dari segi kesehatan juga tidak dianjurkan loh" ucapnya kepadaku

inilah yang aku sangat kagumi pada ibu guru yang satu ini. Bukan cuman pada diriku dia seperti ini tapi pada semua murid-muridnya. Dia tidak mau satupun muridnya mengalami masalah. Dia selalu memberikan solusi kepada kami dan yang pastinya dengan cara yang santun.

suatu hari, entah ada apa yang terjadi ibu Fatimah tidak masuk mengajar. Tidak biasanya dia seperti ini. Kamipun berusaha menghubunginya namun telponnya tidak di angkat. Karena khawatir kami semua menanyakan alamat rumah Ibu Fatimah pada sekertariat sekolah. Segera kami menuju ke tempat itu.

Tak pernah kami duga, rumah tempat tinggal Ibu Fatimah seperti ini. Sangat jauh dari kata layak. Kami sangat bersedih melihat rumah ibu guru kesayangan kami seperti ini. Kamipun mengetuk pintu rumah itu namun tak kunjung ada yang membukakan pintu. Tiba-tiba seorang lelaki tua datang menghampiri kami.
"cari siapa nak?"
"ini rumah ibu fatimahkan?"
"iyah betul"
"kalau boleh tahu ibu fatimah kemana?"
"kemarin dia di bawa ke puskesmas oleh anaknya, tapi entah kenapa sampai sekarang belum kembali"
"kalau boleh tahu puskesmasnya dimana pak?"
"depan gang ini nak"
"terima kasih kalau begitu pak"
"sama-sama nak"

kamipun segera ke puskesmas itu tapi disana ibu fatimah tidak ada. Perawat di puskesmas cuman mengatakan kalau kemarin kami sarankan ibu fatimah ke rumah sakit untuk memeriksakan diri karena peralatan disini tidak memadai. Namun dia tidak tahu rumah sakit mana ibu fatimah dan anaknya datangi.

Tidak mungkin kami mendatangi setiap rumah sakit di jakarta ini. Sangat banyak, oleh karena itu kamipun kembali ke rumah ibu fatimah dan menunggu sampai ibu fatimah datang.


Sudah 2 jam kami disini beliau tak kunjung datang. Tiba-tiba datang mobil ambulance. Mobil itu berhenti di depan rumah ibu fatimah. Keluarlah anaknya dengan air mata berlinangan kemudian sesosok ibu fatimahpun yang tidak bernyawa lagi dibawa masuk ke dalam rumah.

Innalillahi wa inna ilahi rajiun. Tak pernah kami sangka kedatangan kami untuk melihat ibu fatimah hari itu menjadi kedatangan melayat ibu fatimah.

tak ada yang dapat kami lakukan dan kami ucapkan selain limpahan kesedihan atas kepergian guru kami tercinta itu. hanya doa yang terus kami lantunkan kepada beliau agar beliau dimudahkan dalam perjalanannya selanjutnya.

Seminggu telah berlalu semenjak kepergian beliau namun doa terus terucap untuk pahlawan tanpa tanda jasa kami itu.

Aku tahu bahwa Ibu fatimah hanya tinggal di rumah itu berdua dengan anaknya yang sekarang seumur pula dengan kami. Kucoba mendatangi rumah ibu fatimah untuk melihat keadaan anaknya itu yang sekarang hanya sendiri.

"assalamu alaikum"
"waalaikum salam"
setelah dia membukakan pintu dan mempersilahkanku duduk kamipun melanjutkan berbicara banyak hal.

hatiku mulai bergetar kembali mengingat ibu fatimah setelah anaknya menceritakan pengorbanannya. Ingin rasanya menangis tapi ibu fatimah pernah memberitahuku jika kita tidak boleh terlalu bersedih karena kehilangan seseorang. Itu hanya akan menyiksa mayit tersebut.

"ibuku adalah malaikat dari Allah. Ayahku meninggal ketika aku masih bayi. Semenjak itu ibu membesarkanku sendiri. beliau menjadi seorang guru bukan karena semata-mata ingin mencari penghasilan untuk hidup kami tapi hatinya tergerak agar dapat menjadi pembimbing anak muda zaman sekarang dengan memberikan modal iman dan takwa. Gajinya memang tidak cukup untuk menghidupiku. Belum lagi rumah yang kami kontrak, kehidupan sehari-hari, dan biaya sekolahku. Karena itu pula, setelah pulang sekolah dia melanjutkan bekerja di sebuah toko menjaga di sana sampai tengah malam. Aku sangat ingin membantu beliau namun ibu melarangku untuk bekerja. Beliau hanya terus berkata kalau aku berkewajiban untuk menuntut ilmu dan berbakti sementara orang tua adalah mencari nafkah untuk keluarganya. Beliau selalu berkata kalau suatu hari nanti setelah kewajiban ibu selesai menyekolahkanku, tiba giliran anak itu yang menafkahkan orang tuanya. Sampai suatu hari dia kelelahan karena bekerja hampir 24 jam. Hari itu, aku baru melihat ibu selelah itu, awalnya ia tidak mau aku bawa ke rumah sakit namun akhirnya ia setuju. Di rumah sakit aku tak pernah menyangka dokter berkata seperti itu. Ibu ternyata sudah dari dulu sakit. Sakitnya diperparah karena kelelahan sampai akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit itu. 3 hari setelah ibu meninggal, datang ketua RT di kampung ini. Dia datang membawa buku tabanas ibu. pak RT mengatakan kalau buku tabanas ini harus bapak berikan kepadamu ketika 3 hari selah beliau meninggal. ternyata dari dulu dia juga telah menabung mempersiapkan biaya hidupku kelak setelah dia pergi. ibuku adalah seorang wonderwoman untukku."

Ya Allah, tak pernah hamba bosan-bosannya mengirimkan doa untuk ibu Fatimah. Beliau adalah sosok inspirasi hidupku. Semoga kerja keras beliau dan sikap lembut beliau tumbuh pada murid-muridnya pula. Semoga kami semua bisa menjadi seperti beliau.

@rahmisyam

Jumat, 02 Maret 2012

guruku

aku sangat sayang padanya. Dialah guruku. Dia menjadikan dirinya sebagai orangtuaku selama aku dalam lingkungan sekolah. Dia sangat perhatian dan selalu memberiku pelajaran penting yang bermanfaat untuk hidupku.

Sebut saja nama beliau adalah ibu Fatimah. Umurnya hampir sama dengan ibuku. Sekitar 40 tahunan. Dia mengajar pendidikan agama di tingkat sma. Dan dia juga wali kelasku. Aku sangat dekat dengannya. Bahkan ketika di luar lingkungan sekolahpun demikian.

Suatu pagi di hari senin, aku terlambat bangun karena semalaman tidak bisa tertidur. Ke sekolahpun terlambat, dan akhirnya aku di hukum berdiri di halaman depan sekolah sampai upacara selesai.

Ketika masuk di kelas, ternyata ibu fatimah tahu kalau pagi itu aku terlambat bangun. Jam istirahatpun dia mengajakku ngobrol. Dia tidak marah karena hal itu, itulah yang aku rasakan karena nada bicaranya selalu lembut kepada siapa saja. dia bertanya kepadaku kenapa pagi itu aku terlambat setelah itu dia memberikan saran kepadaku agar kejadian itu tidak terulang lagi.
"Rasulullah tidak menyukai orang yang begadang karena sesuatu hal yang sia-sia. Selain itu dari segi kesehatan juga tidak dianjurkan loh" ucapnya kepadaku

inilah yang aku sangat kagumi pada ibu guru yang satu ini. Bukan cuman pada diriku dia seperti ini tapi pada semua murid-muridnya. Dia tidak mau satupun muridnya mengalami masalah. Dia selalu memberikan solusi kepada kami dan yang pastinya dengan cara yang santun.

suatu hari, entah ada apa yang terjadi ibu Fatimah tidak masuk mengajar. Tidak biasanya dia seperti ini. Kamipun berusaha menghubunginya namun telponnya tidak di angkat. Karena khawatir kami semua menanyakan alamat rumah Ibu Fatimah pada sekertariat sekolah. Segera kami menuju ke tempat itu.

Tak pernah kami duga, rumah tempat tinggal Ibu Fatimah seperti ini. Sangat jauh dari kata layak. Kami sangat bersedih melihat rumah ibu guru kesayangan kami seperti ini. Kamipun mengetuk pintu rumah itu namun tak kunjung ada yang membukakan pintu. Tiba-tiba seorang lelaki tua datang menghampiri kami.
"cari siapa nak?"
"ini rumah ibu fatimahkan?"
"iyah betul"
"kalau boleh tahu ibu fatimah kemana?"
"kemarin dia di bawa ke puskesmas oleh anaknya, tapi entah kenapa sampai sekarang belum kembali"
"kalau boleh tahu puskesmasnya dimana pak?"
"depan gang ini nak"
"terima kasih kalau begitu pak"
"sama-sama nak"

kamipun segera ke puskesmas itu tapi disana ibu fatimah tidak ada. Perawat di puskesmas cuman mengatakan kalau kemarin kami sarankan ibu fatimah ke rumah sakit untuk memeriksakan diri karena peralatan disini tidak memadai. Namun dia tidak tahu rumah sakit mana ibu fatimah dan anaknya datangi.

Tidak mungkin kami mendatangi setiap rumah sakit di jakarta ini. Sangat banyak, oleh karena itu kamipun kembali ke rumah ibu fatimah dan menunggu sampai ibu fatimah datang.


Sudah 2 jam kami disini beliau tak kunjung datang. Tiba-tiba datang mobil ambulance. Mobil itu berhenti di depan rumah ibu fatimah. Keluarlah anaknya dengan air mata berlinangan kemudian sesosok ibu fatimahpun yang tidak bernyawa lagi dibawa masuk ke dalam rumah.

Innalillahi wa inna ilahi rajiun. Tak pernah kami sangka kedatangan kami untuk melihat ibu fatimah hari itu menjadi kedatangan melayat ibu fatimah.

tak ada yang dapat kami lakukan dan kami ucapkan selain limpahan kesedihan atas kepergian guru kami tercinta itu. hanya doa yang terus kami lantunkan kepada beliau agar beliau dimudahkan dalam perjalanannya selanjutnya.

Seminggu telah berlalu semenjak kepergian beliau namun doa terus terucap untuk pahlawan tanpa tanda jasa kami itu.

Aku tahu bahwa Ibu fatimah hanya tinggal di rumah itu berdua dengan anaknya yang sekarang seumur pula dengan kami. Kucoba mendatangi rumah ibu fatimah untuk melihat keadaan anaknya itu yang sekarang hanya sendiri.

"assalamu alaikum"
"waalaikum salam"
setelah dia membukakan pintu dan mempersilahkanku duduk kamipun melanjutkan berbicara banyak hal.

hatiku mulai bergetar kembali mengingat ibu fatimah setelah anaknya menceritakan pengorbanannya. Ingin rasanya menangis tapi ibu fatimah pernah memberitahuku jika kita tidak boleh terlalu bersedih karena kehilangan seseorang. Itu hanya akan menyiksa mayit tersebut.

"ibuku adalah malaikat dari Allah. Ayahku meninggal ketika aku masih bayi. Semenjak itu ibu membesarkanku sendiri. beliau menjadi seorang guru bukan karena semata-mata ingin mencari penghasilan untuk hidup kami tapi hatinya tergerak agar dapat menjadi pembimbing anak muda zaman sekarang dengan memberikan modal iman dan takwa. Gajinya memang tidak cukup untuk menghidupiku. Belum lagi rumah yang kami kontrak, kehidupan sehari-hari, dan biaya sekolahku. Karena itu pula, setelah pulang sekolah dia melanjutkan bekerja di sebuah toko menjaga di sana sampai tengah malam. Aku sangat ingin membantu beliau namun ibu melarangku untuk bekerja. Beliau hanya terus berkata kalau aku berkewajiban untuk menuntut ilmu dan berbakti sementara orang tua adalah mencari nafkah untuk keluarganya. Beliau selalu berkata kalau suatu hari nanti setelah kewajiban ibu selesai menyekolahkanku, tiba giliran anak itu yang menafkahkan orang tuanya. Sampai suatu hari dia kelelahan karena bekerja hampir 24 jam. Hari itu, aku baru melihat ibu selelah itu, awalnya ia tidak mau aku bawa ke rumah sakit namun akhirnya ia setuju. Di rumah sakit aku tak pernah menyangka dokter berkata seperti itu. Ibu ternyata sudah dari dulu sakit. Sakitnya diperparah karena kelelahan sampai akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit itu. 3 hari setelah ibu meninggal, datang ketua RT di kampung ini. Dia datang membawa buku tabanas ibu. pak RT mengatakan kalau buku tabanas ini harus bapak berikan kepadamu ketika 3 hari selah beliau meninggal. ternyata dari dulu dia juga telah menabung mempersiapkan biaya hidupku kelak setelah dia pergi. ibuku adalah seorang wonderwoman untukku."

Ya Allah, tak pernah hamba bosan-bosannya mengirimkan doa untuk ibu Fatimah. Beliau adalah sosok inspirasi hidupku. Semoga kerja keras beliau dan sikap lembut beliau tumbuh pada murid-muridnya pula. Semoga kami semua bisa menjadi seperti beliau.

@rahmisyam
 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez