Rabu, 29 Februari 2012

Sejarah Hidup Muhammad (24)

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 04.20
SATUAN Abdullah b. Jahsy merupakan  persimpangan  jalan  dalam
strategi  politik  Islam.  Ketika  itulah  Waqid  b.  Abdullah
at-Tamimi  melepaskan  anak   panahnya   dan   mengenai   'Amr
bin'l-Hadzrami  hingga  ia  tewas.  Ini  adalah  darah pertama
ditumpahkan oleh Muslimin. Karena  itu  pula  ayat  yang  kita
sebutkan  tadi  turun.  Sebagai kelanjutannya maka diundangkan
perang terhadap mereka yang mau memfitnah dan mengalihkan kaum
Muslimin  dan  agamanya  serta  menghalangi  mereka  dan jalan
Allah. Juga satuan  ini  merupakan  persimpangan  jalan  dalam
strategi  politik Muslimin terhadap Quraisy, karena dengan ini
keduanya dapat berhadapan sama kuat. Sesudah itu kaum Muslimin
jadi  berpikir  lebih  sungguh-sungguh  lagi dalam membebaskan
harta-benda mereka dalam  menghadapi  Quraisy.  Disamping  itu
pihak  Quraisy  berusaha menghasut seluruh Jazirah Arab, bahwa
Muhammad dan  sahabat-sahabatnya  melakukan  pembunuhan  dalam
bulan  suci. Muhammadpun yakin sudah, bahwa harapan akan dapat
bekerja sama  dengan  jalan  persetujuan  yang  sebaik-baiknya
dengan mereka sudah tak ada lagi.
 
Pada  permulaan  musim  rontok  tahun kedua Hijrah, Abu Sufyan
berangkat membawa perdagangan yang cukup besar,  menuju  Syam.
Perjalanan  dagang  inilah yang ingin dicegat oleh orang-orang
Islam ketika  Nabi  s.a.w.  dulu  pergi  ke  'Usyaira.  Tetapi
tatkala  mereka sampai kafilah Abu Sufyan sudah lewat dua hari
lebih dulu sebelum ia tiba di tempat tersebut.  Sekarang  kaum
Muslimin  bertekad menunggu mereka kembali. Sementara Muhammad
menantikan mereka kembali dari Syam itu, dikirimnya  Talha  b.
'Ubaidillah  dan  Sa'id b. Zaid menunggu berita-berita. Mereka
berdua berangkat, dan sesampainya di tempat Kasyd al-Juhani di
bilangan  Haura'2, mereka bersembunyi, menunggu hingga kafilah
itu lewat. Kemudian cepat-cepat mereka berdua menemui Muhammad
guna memberitahukan keadaan mereka.

Tetapi  belum  lagi selesai Muhammad menunggu kedatangan kedua
utusan itu dari Haura' beserta kabar tentang kafilah yang akan
dibawanya,  lebih  dulu  sudah  tersebar berita tentang adanya
sebuah rombongan kafilah besar,  dan  bahwa  seluruh  penduduk
Mekah  punya  saham  di  situ. Tak ada penduduk laki-laki atau
wanita yang dapat memberikan sahamnya yang tidak  ikut  serta,
sehingga  seluruhnya  mencapai jumlah 50.000 dinar. Ia kuatir,
kalau masih menunggu lagi kafilah itu kembali ke Mekah, mereka
akan  menghilang  seperti  ketika berangkat ke Syam dulu. Oleh
karena itu ia segera mengutus kaum Muslimin dengan mengatakan:
 
"Ini  adalah  kafilah  Quraisy.  Berangkatlah  kamu  ke  sana.
Mudah-mudahan Tuhan memberikan kelebihan kepada kamu."
 
Ada  orang  yang  segera  menyambutnya dan ada pula yang masih
merasa berat-berat. Dan ada lagi orang-orang yang belum  Islam
ingin  bergabung  karena  mereka hanya ingin mendapatkan harta
rampasannya saja. Tetapi Muhammad menolak penggabungan  mereka
ini sebelum mereka beriman kepada Allah dan RasulNya.
 
Sementara  itu Abu Sufyan sudah mengetahui pula akan kepergian
Muhammad yang akan mencegat  kafilahnya  dalam  perjalanan  ke
Syam.  Ia  kuatir  kalau-kalau  kaum Muslimin akan mencegatnya
bila ia kembali dengan membawa laba perdagangan.  Sekarang  ia
tinggal  menunggu  berita  tentang  mereka itu, termasuk Kasyd
Juhani yang pernah dikunjungi oleh kedua  utusan  Muhammad  di
Haura' itu, di antara orang yang ditanyainya. Sekalipun Juhani
belum  mempercayai  berita  tersebut,  tapi   berita   tentang
Muhammad,   kaum   Muhajirin  dan  Anshar  sudah  sampai  juga
kepadanya seperti tersebarnya berita itu dulu kepada Muhammad.
Ia  merasa  kuatir  juga  kalau  dari pihak Quraisy pengawalan
kafilah hanya terdiri dari tiga puluh atau empat  puluh  orang
saja.
 
Ketika  itulah  ia  lalu  mengupah Dzamdzam b. 'Amr al-Ghifari
supaya cepat-cepat pergi ke Mekah  untuk  mengerahkan  Quraisy
menolong  harta-benda  mereka,  juga  diberitahukannya,  bahwa
Muhammad dan sahabat-sahabatnya sedang mengancam.
 
Setibanya di Mekah,  ketika  berada  di  tengah-tengah  sebuah
lembah,   dipotongnya   kedua   telinga  dan  hidung  untanya,
dibalikkannya pelananya dan dia sendiri berhenti di tempat itu
sambil berteriak-teriak memberitahukan, dengan mengenakan baju
yang sudah dikoyak-koyak bagian depan dan belakangnya:
 
"Hai orang-orang Quraisy! Kafilah, kafilah! harta  bendamu  di
tangan   Abu   Sufyan   telah   dicegat   oleh   Muhammad  dan
sahabat-sahabatnya. Kamu sekalian harus segera menyusul. Perlu
pertolongan! Pertolongan!"
 
Mendengar ini Abu Jahl segera memanggil orang-orang di sekitar
Ka'bah. Mereka dikerahkan. Abu Jahl adalah  seorang  laki-laki
berbadan kecil, berwajah keras dengan lidah dan pandangan mata
yang tajam. Sebenarnya orang-orang  Quraisy  itu  sudah  tidak
perlu  lagi  dikerahkan  karena setiap orang sudah punya saham
sendiri-sendiri dalam kafilah itu.
 
Sungguhpun begitu ada juga penduduk Mekah  itu  sebagian  yang
sudah   merasakan   adanya  kekejaman  Quraisy  terhadap  kaum
Muslimin  sehingga  menyebabkan  mereka  terpaksa  hijrah   ke
Abisinia  dan  kemudian  hijrah  ke  Medinah. Mereka ini masih
maju-mundur:  akan   turut   juga   berperang   mempertahankan
harta-benda mereka, atau akan tinggal diam saja dengan harapan
kalau-kalau kafilah  itu  tidak  mengalami  sesuatu  gangguan.
Mereka  ini  masih ingat bahwa dulu antara kabilah Quraisy dan
kabilah Kinana ada tuntutan darah yang  dilakukan  oleh  kedua
belah   pihak.   Apabila  mereka  ini  cepat-cepat  menghadapi
Muhammad dalam membela kafilah itu, mereka kuatir akan diserbu
oleh  Banu  Bakr  (dari Kinana) dari belakang. Alasan demikian
ini hampir saja memperkuat pendapat yang  ingin  tinggal  diam
saja,  kalau  tidak  lalu  datang  Malik  b. Ju'syum (Mudlij),
seorang pemuka Banu Kinana.
 
"Bagi  kamu  aku  adalah  jaminan,  bahwa  Kinana  tidak  akan
melakukan  sesuatu  di  belakang kamu yang akan merugikan kamu
sekalian."
 
Dengan  demikian   orang-orang   semacam   Abu   Jahl,   'Amir
al-Hadzrami   serta   penganjur-penganjur   perang   menentang
Muhammad dan pengikut-pengikutnya, mendapat dukungan kuat. Tak
ada  alasan  bagi  orang  yang  mampu  berperang itu yang akan
tinggal di belakang atau  akan  menggantikannya  kepada  orang
lain.  Dari pemuka-pemuka Quraisypun tak ada yang ketinggalan,
kecuali Abu Lahab yang diwakili  oleh  al-'Ash  b.  Hisyam  b.
Mughira. Orang ini punya hutang kepadanya (Abu Lahab) sebanyak
4000 dirham yang tak dibayar sehingga ia  bangkrut  karenanya.
Sedang  Uamyya b. Khalaf sudah bertekad akan tinggal diam. Dia
sebagai orang  terpandang,  yang  sudah  tua  sekali  usianya,
badannya gemuk dan berat.
 
Ketika  itu ia didatangi oleh 'Uqba b. Abi Mu'ait dan Abu Jahl
ke mesjid. 'Uqba membawa perapian dengan kemenyan  sedang  Abu
Jahl  membawa  tempat  celak  dan pemalitnya. 'Uqba meletakkan
tempat api itu di depannya seraya berkata:
 
"Abu Ali,3 gunakanlah  perapian  dan  menyan  ini,  sebab  kau
wanita."
 
"Pakailah  celak  ini, Abu Ali, sebab kau perempuan," kata Abu
Jahl.
 
"Belikan buat aku seekor unta yang  terbaik  di  lembah  ini,"
jawab Umayya.
 
Lalu  iapun  pergi  bersama  mereka. Sekarang tiada seorangpun
yang mampu bertempur yang masih tinggal di Mekah.
 
Pada hari kedelapan bulan Ramadan  tahun  kedua  Hijrah,  Nabi
s.a.w.   berangkat   dengan   sahabat-sahabatnya  meninggalkan
Medinah. Pimpinan sembahyang diserahkan  kepada  'Amr  b.  Umm
Maktum, sedang pimpinan Medinah kepada Abu Lubaba dari Rauha'.
Dalam perjalanan  ini  Muslimin  didahului  oleh  dua  bendera
hitam.  Mereka  membawa  tujuhpuluh  ekor  unta,  yang dinaiki
dengan cara silih berganti.  Setiap  dua  orang,  setiap  tiga
orang  dan  setiap  empat  orang  bergantian naik seekor unta.
Dalam hal ini  Muhammad  juga  mendapat  bagian  sama  seperti
sahabat-sahabatnya  yang  lain.  Dia,  Ali  b.  Abi  Talib dan
Marthad b. Marthad al-Ghanawi bergantian naik seekor unta. Abu
Bakr,  Umar  dan  Abdur-Rahman  b. 'Auf bergantian juga dengan
seekor unta. Jumlah mereka  yang  berangkat  bersama  Muhammad
dalam  ekspedisi  ini  terdiri  dari  tiga  ratus  lima orang,
delapanpuluh tiga di antaranya Muhajirin, enampuluh satu orang
Aus dan yang selebihnya dari Khazraj.
 
Karena   dikuatirkan   Abu   Sufyan   akan   menghilang  lagi,
cepat-cepat mereka berangkat sambil terus  berusaha  mengikuti
berita-berita   tentang   orang   ini   di  mana  saja  mereka
berada.Tatkala sampai di 'Irq'z-Zubya  mereka  bertemu  dengan
seorang   orang  Arab  gunung  yang  ketika  ditanyai  tentang
rombongan itu, ternyata  ia  tidak  mendapat  berita  apa-apa.
Mereka  meneruskan  perjalanan  hingga  sampai  di sebuah wadi
bernama Dhafiran; di tempat itu mereka turun. Di tempat inilah
mereka  mendapat  berita,  bahwa pihak Quraisy sudah berangkat
dari Mekah, akan melindungi kafilah mereka.
 
Ketika itu suasananya sudah berubah. Kini kaum  Muslimin  dari
kalangan Muhajirin dan Anshar bukan lagi berhadapan dengan Abu
Sufyan dengan kalifahnya serta tigapuluh atau empatpuluh orang
rombongannya  itu saja, yang takkan dapat melawan Muhammad dan
sahabat-sahabatnya,  melainkan  Mekah  dengan  seluruh  isinya
sekarang  keluar  dipimpin  oleh  pemuka-pemuka mereka sendiri
guna membela perdagangan mereka itu.
 
Andaikata pihak Muslimin sudah dapat mengejar Abu Sufyan,  dan
beberapa  orang  dari  rombongan itu sudah dapat ditawan, unta
beserta muatannya sudah dapat dikuasai, pihak Quraisypun tentu
akan   segera  pula  dapat  menyusul  mereka.  Soalnya  karena
terdorong  oleh  rasa  cintanya   kepada   harta   dan   ingin
mempertahankannya.  Mereka merasa sudah didukung oleh sejumlah
orang dan perlengkapan yang cukup besar. Mereka bertekad  akan
bertempur  dan  mengambil  kembali harta mereka, atau bersedia
mati untuk itu.
 
Tetapi sebaliknya, apabila Muhammad kembali ke tempat  semula,
pihak  Quraisy dan Yahudi Medinah tentu merasa mendapat angin.
Dia sendiri terpaksa akan  berada  dalam  situasi  yang  serba
dibuat-buat,  sahabat-sahabatnya  pun  terpaksa  akan  memikul
segala tekanan dan gangguan Yahudi Medinah,  seperti  gangguan
yang  pernah  mereka alami dari pihak Quraisy di Mekah dahulu.
Ya, apabila ia menyerah kepada situasi semacam  itu,  mustahil
sekali   kebenaran   akan  dapat  ditegakkan  dan  Tuhan  akan
memberikan pertolongan dalam menegakkan agama itu.
 
Sekarang   ia   bermusyawarah    dengan    sahabat-sahabatnya.
Diberitahukannya kepada mereka tentang keadaan Quraisy menurut
berita yang sudah diterimanya. Abu Bakr  dan  Umar  juga  lalu
memberikan   pendapat.   Kemudian   Miqdad   b.   'Amr  tampil
mengatakan:
 
"Rasulullah, teruskanlah apa  yang  sudah  ditunjukkan  Allah.
Kami  akan  bersama  tuan.  Kami tidak akan mengatakan seperti
Banu Israil yang berkata kepada  Musa:  "Pergilahkamu  bersama
Tuhanmu, dan berperanglah. Kami di sini akan tinggal menunggu.
Tetapi, pergilah engkau dan Tuhanmu,  dan  berperanglah,  kami
bersamamu akan juga turut berjuang."
 
Semua orang diam.
 
"Berikan  pendapat  kamu  sekalian kepadaku," kata Rasul lagi.
Kata-kata ini sebenarnya ditujukan kepada  pihak  Anshar  yang
telah menyatakan Ikrar 'Aqaba, bahwa mereka akan melindunginya
seperti terhadap sanak keluarganya sendiri, tapi mereka  tidak
mengadakan ikrar itu untuk mengadakan serangan keluar Medinah.
 
Tatkala pihak Anshar merasa bahwa memang mereka yang dimaksud,
maka Sa'd b. Musadh  yang  memegang  pimpinan  mereka  menoleh
kepada Muhammad.
 
"Agaknya yang dimaksud Rasulullah adalah kami," katanya.
 
"Ya," jawab Rasul.
 
"Kami  telah  percaya kepada Rasul dan membenarkan," kata Sa'd
pula, "Kamipun telah menyaksikan bahwa apa  yang  kaubawa  itu
adalah  benar.  Kami  telah  memberikan janji kami dan jaminan
kami,  bahwa  kami  akan  tetap  taat   setia.   Laksanakanlah
kehendakmu,  kami  disampingmu. Demi yang telah mengutus kamu,
sekiranya kaubentangkan  lautan  di  hadapan  kami,  lalu  kau
terjun menyeberanginya, kamipun akan terjun bersamamu, dan tak
seorangpun dari kami akan tinggal  di  belakang.  Kami  takkan
segan-segan  menghadapi  musuh  kita  besok.  Kami cukup tabah
dalam perang, cukup setia bertempur. Semoga Tuhan  membuktikan
segalanya  dari  kami  yang  akan menyenangkan hatimu. Ajaklah
kami bersama, dengan berkah Tuhan."
 
Begitu Sa'd selesai bicara,  wajah  Muhammad  tampak  berseri.
Tampaknya ia puas sekali; seraya katanya:
 
"Berangkatlah,   dan   gembirakan!   Allah  sudah  menjanjikan
kepadaku  atas  salah  satunya   dari   dua   kelompok4   itu.
Seolah-olah kini kehancuran mereka itu tampak di hadapanku."
 
Merekapun  lalu  berangkat  semua.  Ketika  sampai  pada suatu
tempat dekat Badr, Muhammad pergi lagi dengan untanya sendiri.
Ia  menemui  seorang  orang  Arab  tua.  Kepada  orang  ini ia
menanyakan    Quraisy    dan    menanyakan    Muhammad     dan
sahabat-sahabatnya, yang kemudian daripadanya diketahui, bahwa
kafilah Quraisy berada tidak jauh dari tempat itu.
 
Lalu kembali lagi ia ke tempat sahabat-sahabatnya. Ali b.  Abi
Talib,  Zubair bin'l-Awwam, Sa'd b. Abi Waqqash serta beberapa
orang   sahabat   lainnya   segera   ditugaskan   mengumpulkan
berita-berita  dari  sebuah  tempat  di Badr. Kurir ini segera
kembali dengan membawa dua orang anak. Dari  kedua  orang  ini
Muhammad  mengetahui, bahwa pihak Quraisy kini berada di balik
bukit pasir di tepi ujung Wadi.5 Ketika mereka menjawab, bahwa
mereka  tidak  mengetahui berapa jumlah pihak Quraisy, ditanya
lagi oleh Muhammad:
 
"Berapa ekor ternak yang mereka potong tiap hari?"
 
"Kadang sehari sembilan, kadang sehari  sepuluh  ekor,"  jawab
mereka.
 
Dengan  demikian Nabi dapat mengambil kesimpulan, bahwa mereka
terdiri dari antara 900 sampai 1000  orang.  Juga  dari  kedua
anak  itu  dapat  diketahui  bahwa bangsawan-bangsawan Quraisy
ikut serta memperkuat diri
 
Lalu katanya kepada sahabat-sahabatnya:
 
"Lihat.  Sekarang  Mekah  sudah   menghadapkan   semua   bunga
bangsanya kepada kita."

Mau  tidak  mau,  sekarang  ia  dan  sahabat-sahabatnya  harus
berhadapan dengan suatu golongan yang jumlahnya tiga kali jauh
lebih  besar. Mereka harus mengerahkan seluruh semangat, harus
mengadakan persiapan mental menghadapi kekerasan  itu.  Mereka
harus siap menunggu suatu pertempuran sengit dan dahsyat, yang
takkan dapat dimenangkan kecuali oleh iman yang kuat  memenuhi
kalbu, iman dan kepercayaan akan adanya kemenangan itu.
 
Bilamana  Ali  sudah  kembali  dengan  kedua  orang  anak yang
membawa berita tentang Quraisy itu, dua orang Muslimin lainnya
lalu  berangkat  lagi  menuju  lembah Badr. Mereka berhenti di
atas sebuah bukit tidak jauh dari tempat  air,  dikeluarkannya
tempat persediaan airnya, dan di sini mereka mengisi air itu.
 
Sementara  mereka  berada  di  tempat air, terdengar ada suara
seorang budak perempuan, yang agaknya  sedang  menagih  hutang
kepada seorang wanita lainnya, yang lalu dijawab:
 
"Kafilah  dagang  besok  atau lusa akan datang. Pekerjaan akan
kuselesaikan dengan mereka dan hutang segera akan kubayar."
 
Kedua laki-laki itu kembali.  Disampaikannya  apa  yang  telah
mereka dengar itu kepada Muhammad.

Tetapi,  dalam pada itu Abu Sufyan sudah mendahului kafilahnya
mencari-cari berita. Ia kuatir Muhammad akan sudah lebih  dulu
ada  di jalan itu. Sesampainya di tempat air ia bertemu dengan
Majdi b. 'Amr.
 
"Ada kau melihat orang tadi?" tanyanya.
 
Majdi menjawab bahwa ia melihat  ada  dua  orang  berhenti  di
bukit  itu  sambil  ia  menunjuk ke tempat dua orang laki-laki
Muslim itu  tadi  berhenti.  Abu  Sufyanpun  pergi  mendatangi
tempat  perhentian  tersebut.  Dilihatnya ada kotoran dua ekor
unta  dan  setelah  diperiksanya,  diketahuinya,  bahwa   biji
kotoran itu berasal dari makanan ternak Yathrib.
 
Cepat-cepat  ia kembali menemui teman-temannya dan membatalkan
perjalanannya melalui jalan semula. Dengan tergesa-gesa sekali
sekarang ia memutar haluan melalui jalan pantai laut. Jaraknya
dengan Muhammad sudah jauh, dan dia dapat meloloskan diri.

Hingga keesokan harinya kaum Muslimin masih menantikan kafilah
itu  akan  lewat.  Tetapi  setelah  ada berita-berita bahwa ia
sudah lolos dan yang masih ada di dekat mereka sekarang adalah
angkatan perang Quraisy, beberapa orang yang tadinya mempunyai
harapan penuh akan beroleh harta  rampasan,  terbalik  menjadi
layu.  Beberapa  orang  bertukar  pikiran  dengan  Nabi dengan
maksud supaya kembali saja ke Medinah, tidak perlu  berhadapan
dengan  mereka yang datang dari Mekah hendak berperang. Ketika
itu datang firman Tuhan:
 
"Ingat! Tuhan menjanjikan kamu salah satu  dari  dua  keIompok
(musuh)  itu  untuk kamu. Sedang kamu menginginkan, bahwa yang
tidak bersenjata itulah yang  untuk  kamu.  Tetapi  Allah  mau
membuktikan kebenaran itu sesuai dengan ayat-ayatNya, dan akan
merabut akar orang-orang yang tak beriman itu."6
 
Pada pihak Quraisy juga begitu. Perlu  apa  mereka  berperang,
perdagangan  mereka  sudah selamat? Bukankah lebih baik mereka
kembali ke tempat semula, dan membiarkan pihak  Islam  kembali
ke  tempat  mereka.  Abu  Sufyan  juga  berpikir  begitu.  Itu
sebabnya ia mengirim utusan kepada  Quraisy  mengatakan:  Kamu
telah berangkat guna menjaga kafilah dagang, orang-orang serta
harta-benda kita.  Sekarang  kita  sudah  diselamatkan  Tuhan.
Kembalilah. Tidak sedikit dari pihak Quraisy sendiri yang juga
mendukung pendapat ini.
                                    
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah

Rabu, 29 Februari 2012

Sejarah Hidup Muhammad (24)

SATUAN Abdullah b. Jahsy merupakan  persimpangan  jalan  dalam
strategi  politik  Islam.  Ketika  itulah  Waqid  b.  Abdullah
at-Tamimi  melepaskan  anak   panahnya   dan   mengenai   'Amr
bin'l-Hadzrami  hingga  ia  tewas.  Ini  adalah  darah pertama
ditumpahkan oleh Muslimin. Karena  itu  pula  ayat  yang  kita
sebutkan  tadi  turun.  Sebagai kelanjutannya maka diundangkan
perang terhadap mereka yang mau memfitnah dan mengalihkan kaum
Muslimin  dan  agamanya  serta  menghalangi  mereka  dan jalan
Allah. Juga satuan  ini  merupakan  persimpangan  jalan  dalam
strategi  politik Muslimin terhadap Quraisy, karena dengan ini
keduanya dapat berhadapan sama kuat. Sesudah itu kaum Muslimin
jadi  berpikir  lebih  sungguh-sungguh  lagi dalam membebaskan
harta-benda mereka dalam  menghadapi  Quraisy.  Disamping  itu
pihak  Quraisy  berusaha menghasut seluruh Jazirah Arab, bahwa
Muhammad dan  sahabat-sahabatnya  melakukan  pembunuhan  dalam
bulan  suci. Muhammadpun yakin sudah, bahwa harapan akan dapat
bekerja sama  dengan  jalan  persetujuan  yang  sebaik-baiknya
dengan mereka sudah tak ada lagi.
 
Pada  permulaan  musim  rontok  tahun kedua Hijrah, Abu Sufyan
berangkat membawa perdagangan yang cukup besar,  menuju  Syam.
Perjalanan  dagang  inilah yang ingin dicegat oleh orang-orang
Islam ketika  Nabi  s.a.w.  dulu  pergi  ke  'Usyaira.  Tetapi
tatkala  mereka sampai kafilah Abu Sufyan sudah lewat dua hari
lebih dulu sebelum ia tiba di tempat tersebut.  Sekarang  kaum
Muslimin  bertekad menunggu mereka kembali. Sementara Muhammad
menantikan mereka kembali dari Syam itu, dikirimnya  Talha  b.
'Ubaidillah  dan  Sa'id b. Zaid menunggu berita-berita. Mereka
berdua berangkat, dan sesampainya di tempat Kasyd al-Juhani di
bilangan  Haura'2, mereka bersembunyi, menunggu hingga kafilah
itu lewat. Kemudian cepat-cepat mereka berdua menemui Muhammad
guna memberitahukan keadaan mereka.

Tetapi  belum  lagi selesai Muhammad menunggu kedatangan kedua
utusan itu dari Haura' beserta kabar tentang kafilah yang akan
dibawanya,  lebih  dulu  sudah  tersebar berita tentang adanya
sebuah rombongan kafilah besar,  dan  bahwa  seluruh  penduduk
Mekah  punya  saham  di  situ. Tak ada penduduk laki-laki atau
wanita yang dapat memberikan sahamnya yang tidak  ikut  serta,
sehingga  seluruhnya  mencapai jumlah 50.000 dinar. Ia kuatir,
kalau masih menunggu lagi kafilah itu kembali ke Mekah, mereka
akan  menghilang  seperti  ketika berangkat ke Syam dulu. Oleh
karena itu ia segera mengutus kaum Muslimin dengan mengatakan:
 
"Ini  adalah  kafilah  Quraisy.  Berangkatlah  kamu  ke  sana.
Mudah-mudahan Tuhan memberikan kelebihan kepada kamu."
 
Ada  orang  yang  segera  menyambutnya dan ada pula yang masih
merasa berat-berat. Dan ada lagi orang-orang yang belum  Islam
ingin  bergabung  karena  mereka hanya ingin mendapatkan harta
rampasannya saja. Tetapi Muhammad menolak penggabungan  mereka
ini sebelum mereka beriman kepada Allah dan RasulNya.
 
Sementara  itu Abu Sufyan sudah mengetahui pula akan kepergian
Muhammad yang akan mencegat  kafilahnya  dalam  perjalanan  ke
Syam.  Ia  kuatir  kalau-kalau  kaum Muslimin akan mencegatnya
bila ia kembali dengan membawa laba perdagangan.  Sekarang  ia
tinggal  menunggu  berita  tentang  mereka itu, termasuk Kasyd
Juhani yang pernah dikunjungi oleh kedua  utusan  Muhammad  di
Haura' itu, di antara orang yang ditanyainya. Sekalipun Juhani
belum  mempercayai  berita  tersebut,  tapi   berita   tentang
Muhammad,   kaum   Muhajirin  dan  Anshar  sudah  sampai  juga
kepadanya seperti tersebarnya berita itu dulu kepada Muhammad.
Ia  merasa  kuatir  juga  kalau  dari pihak Quraisy pengawalan
kafilah hanya terdiri dari tiga puluh atau empat  puluh  orang
saja.
 
Ketika  itulah  ia  lalu  mengupah Dzamdzam b. 'Amr al-Ghifari
supaya cepat-cepat pergi ke Mekah  untuk  mengerahkan  Quraisy
menolong  harta-benda  mereka,  juga  diberitahukannya,  bahwa
Muhammad dan sahabat-sahabatnya sedang mengancam.
 
Setibanya di Mekah,  ketika  berada  di  tengah-tengah  sebuah
lembah,   dipotongnya   kedua   telinga  dan  hidung  untanya,
dibalikkannya pelananya dan dia sendiri berhenti di tempat itu
sambil berteriak-teriak memberitahukan, dengan mengenakan baju
yang sudah dikoyak-koyak bagian depan dan belakangnya:
 
"Hai orang-orang Quraisy! Kafilah, kafilah! harta  bendamu  di
tangan   Abu   Sufyan   telah   dicegat   oleh   Muhammad  dan
sahabat-sahabatnya. Kamu sekalian harus segera menyusul. Perlu
pertolongan! Pertolongan!"
 
Mendengar ini Abu Jahl segera memanggil orang-orang di sekitar
Ka'bah. Mereka dikerahkan. Abu Jahl adalah  seorang  laki-laki
berbadan kecil, berwajah keras dengan lidah dan pandangan mata
yang tajam. Sebenarnya orang-orang  Quraisy  itu  sudah  tidak
perlu  lagi  dikerahkan  karena setiap orang sudah punya saham
sendiri-sendiri dalam kafilah itu.
 
Sungguhpun begitu ada juga penduduk Mekah  itu  sebagian  yang
sudah   merasakan   adanya  kekejaman  Quraisy  terhadap  kaum
Muslimin  sehingga  menyebabkan  mereka  terpaksa  hijrah   ke
Abisinia  dan  kemudian  hijrah  ke  Medinah. Mereka ini masih
maju-mundur:  akan   turut   juga   berperang   mempertahankan
harta-benda mereka, atau akan tinggal diam saja dengan harapan
kalau-kalau kafilah  itu  tidak  mengalami  sesuatu  gangguan.
Mereka  ini  masih ingat bahwa dulu antara kabilah Quraisy dan
kabilah Kinana ada tuntutan darah yang  dilakukan  oleh  kedua
belah   pihak.   Apabila  mereka  ini  cepat-cepat  menghadapi
Muhammad dalam membela kafilah itu, mereka kuatir akan diserbu
oleh  Banu  Bakr  (dari Kinana) dari belakang. Alasan demikian
ini hampir saja memperkuat pendapat yang  ingin  tinggal  diam
saja,  kalau  tidak  lalu  datang  Malik  b. Ju'syum (Mudlij),
seorang pemuka Banu Kinana.
 
"Bagi  kamu  aku  adalah  jaminan,  bahwa  Kinana  tidak  akan
melakukan  sesuatu  di  belakang kamu yang akan merugikan kamu
sekalian."
 
Dengan  demikian   orang-orang   semacam   Abu   Jahl,   'Amir
al-Hadzrami   serta   penganjur-penganjur   perang   menentang
Muhammad dan pengikut-pengikutnya, mendapat dukungan kuat. Tak
ada  alasan  bagi  orang  yang  mampu  berperang itu yang akan
tinggal di belakang atau  akan  menggantikannya  kepada  orang
lain.  Dari pemuka-pemuka Quraisypun tak ada yang ketinggalan,
kecuali Abu Lahab yang diwakili  oleh  al-'Ash  b.  Hisyam  b.
Mughira. Orang ini punya hutang kepadanya (Abu Lahab) sebanyak
4000 dirham yang tak dibayar sehingga ia  bangkrut  karenanya.
Sedang  Uamyya b. Khalaf sudah bertekad akan tinggal diam. Dia
sebagai orang  terpandang,  yang  sudah  tua  sekali  usianya,
badannya gemuk dan berat.
 
Ketika  itu ia didatangi oleh 'Uqba b. Abi Mu'ait dan Abu Jahl
ke mesjid. 'Uqba membawa perapian dengan kemenyan  sedang  Abu
Jahl  membawa  tempat  celak  dan pemalitnya. 'Uqba meletakkan
tempat api itu di depannya seraya berkata:
 
"Abu Ali,3 gunakanlah  perapian  dan  menyan  ini,  sebab  kau
wanita."
 
"Pakailah  celak  ini, Abu Ali, sebab kau perempuan," kata Abu
Jahl.
 
"Belikan buat aku seekor unta yang  terbaik  di  lembah  ini,"
jawab Umayya.
 
Lalu  iapun  pergi  bersama  mereka. Sekarang tiada seorangpun
yang mampu bertempur yang masih tinggal di Mekah.
 
Pada hari kedelapan bulan Ramadan  tahun  kedua  Hijrah,  Nabi
s.a.w.   berangkat   dengan   sahabat-sahabatnya  meninggalkan
Medinah. Pimpinan sembahyang diserahkan  kepada  'Amr  b.  Umm
Maktum, sedang pimpinan Medinah kepada Abu Lubaba dari Rauha'.
Dalam perjalanan  ini  Muslimin  didahului  oleh  dua  bendera
hitam.  Mereka  membawa  tujuhpuluh  ekor  unta,  yang dinaiki
dengan cara silih berganti.  Setiap  dua  orang,  setiap  tiga
orang  dan  setiap  empat  orang  bergantian naik seekor unta.
Dalam hal ini  Muhammad  juga  mendapat  bagian  sama  seperti
sahabat-sahabatnya  yang  lain.  Dia,  Ali  b.  Abi  Talib dan
Marthad b. Marthad al-Ghanawi bergantian naik seekor unta. Abu
Bakr,  Umar  dan  Abdur-Rahman  b. 'Auf bergantian juga dengan
seekor unta. Jumlah mereka  yang  berangkat  bersama  Muhammad
dalam  ekspedisi  ini  terdiri  dari  tiga  ratus  lima orang,
delapanpuluh tiga di antaranya Muhajirin, enampuluh satu orang
Aus dan yang selebihnya dari Khazraj.
 
Karena   dikuatirkan   Abu   Sufyan   akan   menghilang  lagi,
cepat-cepat mereka berangkat sambil terus  berusaha  mengikuti
berita-berita   tentang   orang   ini   di  mana  saja  mereka
berada.Tatkala sampai di 'Irq'z-Zubya  mereka  bertemu  dengan
seorang   orang  Arab  gunung  yang  ketika  ditanyai  tentang
rombongan itu, ternyata  ia  tidak  mendapat  berita  apa-apa.
Mereka  meneruskan  perjalanan  hingga  sampai  di sebuah wadi
bernama Dhafiran; di tempat itu mereka turun. Di tempat inilah
mereka  mendapat  berita,  bahwa pihak Quraisy sudah berangkat
dari Mekah, akan melindungi kafilah mereka.
 
Ketika itu suasananya sudah berubah. Kini kaum  Muslimin  dari
kalangan Muhajirin dan Anshar bukan lagi berhadapan dengan Abu
Sufyan dengan kalifahnya serta tigapuluh atau empatpuluh orang
rombongannya  itu saja, yang takkan dapat melawan Muhammad dan
sahabat-sahabatnya,  melainkan  Mekah  dengan  seluruh  isinya
sekarang  keluar  dipimpin  oleh  pemuka-pemuka mereka sendiri
guna membela perdagangan mereka itu.
 
Andaikata pihak Muslimin sudah dapat mengejar Abu Sufyan,  dan
beberapa  orang  dari  rombongan itu sudah dapat ditawan, unta
beserta muatannya sudah dapat dikuasai, pihak Quraisypun tentu
akan   segera  pula  dapat  menyusul  mereka.  Soalnya  karena
terdorong  oleh  rasa  cintanya   kepada   harta   dan   ingin
mempertahankannya.  Mereka merasa sudah didukung oleh sejumlah
orang dan perlengkapan yang cukup besar. Mereka bertekad  akan
bertempur  dan  mengambil  kembali harta mereka, atau bersedia
mati untuk itu.
 
Tetapi sebaliknya, apabila Muhammad kembali ke tempat  semula,
pihak  Quraisy dan Yahudi Medinah tentu merasa mendapat angin.
Dia sendiri terpaksa akan  berada  dalam  situasi  yang  serba
dibuat-buat,  sahabat-sahabatnya  pun  terpaksa  akan  memikul
segala tekanan dan gangguan Yahudi Medinah,  seperti  gangguan
yang  pernah  mereka alami dari pihak Quraisy di Mekah dahulu.
Ya, apabila ia menyerah kepada situasi semacam  itu,  mustahil
sekali   kebenaran   akan  dapat  ditegakkan  dan  Tuhan  akan
memberikan pertolongan dalam menegakkan agama itu.
 
Sekarang   ia   bermusyawarah    dengan    sahabat-sahabatnya.
Diberitahukannya kepada mereka tentang keadaan Quraisy menurut
berita yang sudah diterimanya. Abu Bakr  dan  Umar  juga  lalu
memberikan   pendapat.   Kemudian   Miqdad   b.   'Amr  tampil
mengatakan:
 
"Rasulullah, teruskanlah apa  yang  sudah  ditunjukkan  Allah.
Kami  akan  bersama  tuan.  Kami tidak akan mengatakan seperti
Banu Israil yang berkata kepada  Musa:  "Pergilahkamu  bersama
Tuhanmu, dan berperanglah. Kami di sini akan tinggal menunggu.
Tetapi, pergilah engkau dan Tuhanmu,  dan  berperanglah,  kami
bersamamu akan juga turut berjuang."
 
Semua orang diam.
 
"Berikan  pendapat  kamu  sekalian kepadaku," kata Rasul lagi.
Kata-kata ini sebenarnya ditujukan kepada  pihak  Anshar  yang
telah menyatakan Ikrar 'Aqaba, bahwa mereka akan melindunginya
seperti terhadap sanak keluarganya sendiri, tapi mereka  tidak
mengadakan ikrar itu untuk mengadakan serangan keluar Medinah.
 
Tatkala pihak Anshar merasa bahwa memang mereka yang dimaksud,
maka Sa'd b. Musadh  yang  memegang  pimpinan  mereka  menoleh
kepada Muhammad.
 
"Agaknya yang dimaksud Rasulullah adalah kami," katanya.
 
"Ya," jawab Rasul.
 
"Kami  telah  percaya kepada Rasul dan membenarkan," kata Sa'd
pula, "Kamipun telah menyaksikan bahwa apa  yang  kaubawa  itu
adalah  benar.  Kami  telah  memberikan janji kami dan jaminan
kami,  bahwa  kami  akan  tetap  taat   setia.   Laksanakanlah
kehendakmu,  kami  disampingmu. Demi yang telah mengutus kamu,
sekiranya kaubentangkan  lautan  di  hadapan  kami,  lalu  kau
terjun menyeberanginya, kamipun akan terjun bersamamu, dan tak
seorangpun dari kami akan tinggal  di  belakang.  Kami  takkan
segan-segan  menghadapi  musuh  kita  besok.  Kami cukup tabah
dalam perang, cukup setia bertempur. Semoga Tuhan  membuktikan
segalanya  dari  kami  yang  akan menyenangkan hatimu. Ajaklah
kami bersama, dengan berkah Tuhan."
 
Begitu Sa'd selesai bicara,  wajah  Muhammad  tampak  berseri.
Tampaknya ia puas sekali; seraya katanya:
 
"Berangkatlah,   dan   gembirakan!   Allah  sudah  menjanjikan
kepadaku  atas  salah  satunya   dari   dua   kelompok4   itu.
Seolah-olah kini kehancuran mereka itu tampak di hadapanku."
 
Merekapun  lalu  berangkat  semua.  Ketika  sampai  pada suatu
tempat dekat Badr, Muhammad pergi lagi dengan untanya sendiri.
Ia  menemui  seorang  orang  Arab  tua.  Kepada  orang  ini ia
menanyakan    Quraisy    dan    menanyakan    Muhammad     dan
sahabat-sahabatnya, yang kemudian daripadanya diketahui, bahwa
kafilah Quraisy berada tidak jauh dari tempat itu.
 
Lalu kembali lagi ia ke tempat sahabat-sahabatnya. Ali b.  Abi
Talib,  Zubair bin'l-Awwam, Sa'd b. Abi Waqqash serta beberapa
orang   sahabat   lainnya   segera   ditugaskan   mengumpulkan
berita-berita  dari  sebuah  tempat  di Badr. Kurir ini segera
kembali dengan membawa dua orang anak. Dari  kedua  orang  ini
Muhammad  mengetahui, bahwa pihak Quraisy kini berada di balik
bukit pasir di tepi ujung Wadi.5 Ketika mereka menjawab, bahwa
mereka  tidak  mengetahui berapa jumlah pihak Quraisy, ditanya
lagi oleh Muhammad:
 
"Berapa ekor ternak yang mereka potong tiap hari?"
 
"Kadang sehari sembilan, kadang sehari  sepuluh  ekor,"  jawab
mereka.
 
Dengan  demikian Nabi dapat mengambil kesimpulan, bahwa mereka
terdiri dari antara 900 sampai 1000  orang.  Juga  dari  kedua
anak  itu  dapat  diketahui  bahwa bangsawan-bangsawan Quraisy
ikut serta memperkuat diri
 
Lalu katanya kepada sahabat-sahabatnya:
 
"Lihat.  Sekarang  Mekah  sudah   menghadapkan   semua   bunga
bangsanya kepada kita."

Mau  tidak  mau,  sekarang  ia  dan  sahabat-sahabatnya  harus
berhadapan dengan suatu golongan yang jumlahnya tiga kali jauh
lebih  besar. Mereka harus mengerahkan seluruh semangat, harus
mengadakan persiapan mental menghadapi kekerasan  itu.  Mereka
harus siap menunggu suatu pertempuran sengit dan dahsyat, yang
takkan dapat dimenangkan kecuali oleh iman yang kuat  memenuhi
kalbu, iman dan kepercayaan akan adanya kemenangan itu.
 
Bilamana  Ali  sudah  kembali  dengan  kedua  orang  anak yang
membawa berita tentang Quraisy itu, dua orang Muslimin lainnya
lalu  berangkat  lagi  menuju  lembah Badr. Mereka berhenti di
atas sebuah bukit tidak jauh dari tempat  air,  dikeluarkannya
tempat persediaan airnya, dan di sini mereka mengisi air itu.
 
Sementara  mereka  berada  di  tempat air, terdengar ada suara
seorang budak perempuan, yang agaknya  sedang  menagih  hutang
kepada seorang wanita lainnya, yang lalu dijawab:
 
"Kafilah  dagang  besok  atau lusa akan datang. Pekerjaan akan
kuselesaikan dengan mereka dan hutang segera akan kubayar."
 
Kedua laki-laki itu kembali.  Disampaikannya  apa  yang  telah
mereka dengar itu kepada Muhammad.

Tetapi,  dalam pada itu Abu Sufyan sudah mendahului kafilahnya
mencari-cari berita. Ia kuatir Muhammad akan sudah lebih  dulu
ada  di jalan itu. Sesampainya di tempat air ia bertemu dengan
Majdi b. 'Amr.
 
"Ada kau melihat orang tadi?" tanyanya.
 
Majdi menjawab bahwa ia melihat  ada  dua  orang  berhenti  di
bukit  itu  sambil  ia  menunjuk ke tempat dua orang laki-laki
Muslim itu  tadi  berhenti.  Abu  Sufyanpun  pergi  mendatangi
tempat  perhentian  tersebut.  Dilihatnya ada kotoran dua ekor
unta  dan  setelah  diperiksanya,  diketahuinya,  bahwa   biji
kotoran itu berasal dari makanan ternak Yathrib.
 
Cepat-cepat  ia kembali menemui teman-temannya dan membatalkan
perjalanannya melalui jalan semula. Dengan tergesa-gesa sekali
sekarang ia memutar haluan melalui jalan pantai laut. Jaraknya
dengan Muhammad sudah jauh, dan dia dapat meloloskan diri.

Hingga keesokan harinya kaum Muslimin masih menantikan kafilah
itu  akan  lewat.  Tetapi  setelah  ada berita-berita bahwa ia
sudah lolos dan yang masih ada di dekat mereka sekarang adalah
angkatan perang Quraisy, beberapa orang yang tadinya mempunyai
harapan penuh akan beroleh harta  rampasan,  terbalik  menjadi
layu.  Beberapa  orang  bertukar  pikiran  dengan  Nabi dengan
maksud supaya kembali saja ke Medinah, tidak perlu  berhadapan
dengan  mereka yang datang dari Mekah hendak berperang. Ketika
itu datang firman Tuhan:
 
"Ingat! Tuhan menjanjikan kamu salah satu  dari  dua  keIompok
(musuh)  itu  untuk kamu. Sedang kamu menginginkan, bahwa yang
tidak bersenjata itulah yang  untuk  kamu.  Tetapi  Allah  mau
membuktikan kebenaran itu sesuai dengan ayat-ayatNya, dan akan
merabut akar orang-orang yang tak beriman itu."6
 
Pada pihak Quraisy juga begitu. Perlu  apa  mereka  berperang,
perdagangan  mereka  sudah selamat? Bukankah lebih baik mereka
kembali ke tempat semula, dan membiarkan pihak  Islam  kembali
ke  tempat  mereka.  Abu  Sufyan  juga  berpikir  begitu.  Itu
sebabnya ia mengirim utusan kepada  Quraisy  mengatakan:  Kamu
telah berangkat guna menjaga kafilah dagang, orang-orang serta
harta-benda kita.  Sekarang  kita  sudah  diselamatkan  Tuhan.
Kembalilah. Tidak sedikit dari pihak Quraisy sendiri yang juga
mendukung pendapat ini.
                                    
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez