Senin, 20 Februari 2012

Sejarah Hidup Muhammad (17)

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 05.43
Mereka   yakin   itu   adalah   Muhammad  dan  beberapa  orang
sahabatnya. Waktu itu Suraqa b. Malik b. Ju'syum hadir.

"Ah,  mereka  itu  Keluarga  sianu,"  katanya  dengan   maksud
mengelabui  orang  itu,  sebab  dia  sendiri  ingin memperoleh
hadiah seratus ekor unta. Sebentar ia  masih  tinggal  bersama
orang-orang itu. Tetapi kemudian ia segera pulang ke rumahnya.
Disiapkannya  senjatanya  dan  disuruhnya   orang   membawakan
kudanya  ke  tengah-tengah  wadi  supaya waktu ia keluar nanti
tidak dilihat orang.  Selanjutnya  dikendarainya  kudanya  dan
dipacunya ke arah yang disebutkan orang itu tadi.

Sementara  itu  Muhammad  dan  kedua temannya sudah mengaso di
bawah naungan sebuah  batu  besar,  sekadar  beristirahat  dan
menghilangkan  rasa  lelah  sambil  makan-makan dan minum, dan
sekadar mengembalikan tenaga dan kekuatan baru.

Matahari sudah mulai bergelincir, Muhammad dan  Abu  Bakr  pun
sudah  pula  mulai  memikirkan  akan menaiki untanya mengingat
bahwa jaraknya dengan Suraqa sudah makin  dekat.  Dan  sebelum
itu  kuda  Suraqa  sudah  dua kali tersungkur karena terlampau
dikerahkan. Tetapi setelah penunggang kuda itu  melihat  bahwa
ia  sudah  hampir berhasil dan menyusul kedua orang itu - lalu
akan membawa mereka kembali ke Mekah atau membunuh mereka bila
mencoba  membela  diri  -  ia lupa kudanya yang sudah dua kali
tersungkur  itu,  karena  saat  kemenangan  rasanya  sudah  di
tangan.  Akan  tetapi  kuda  itu tersungkur sekali lagi dengan
keras  sekali,  sehingga   penunggangnya   terpelanting   dari
punggung   binatang  itu  dan  jatuh  terhuyung-huyung  dengan
senjatanya. Lalu diramalkan oleh Suraqa bahwa itu suatu alamat
buruk  dan  dia  percaya  bahwa  sang  dewa  telah melarangnya
mengejar sasarannya itu dan bahwa dia akan berada dalam bahaya
besar  apabila  sampai keempat kalinya ia terus berusaha juga.
Sampai di situ ia berhenti dan hanya memanggil-manggil:

"Saya Suraqa bin Ju'syum! Tunggulah,  saya  mau  bicara.  Demi
Allah,  tuan-tuan  jangan  menyangsikan  saya. Saya tidak akan
melakukan sesuatu yang akan merugikan tuan-tuan."

Setelah kedua orang itu berhenti melihat kepadanya, dimintanya
kepada Muhammad supaya menulis sepucuk surat kepadanya sebagai
bukti bagi kedua belah pihak. Dengan permintaan Nabi, Abu Bakr
lalu  menulis surat itu di atas tulang atau tembikar yang lalu
dilemparkannya kepada Suraqa.

Setelah diambilnya oleh Suraqa surat itu  ia  kembali  pulang.
Sekarang,  bila  ada  orang  mau  mengejar  Muhajir  Besar itu
olehnya  dikaburkan,   sesudah   tadinya   ia   sendiri   yang
mengejarnya.

Muhammad   dan   kawannya  itu  kini  berangkat  lagi  melalui
pedalaman Tihama dalam panas terik  yang  dibakar  oleh  pasir
sahara.  Mereka  melintasi  batu-batu karang dan lembah-lembah
curam. Dan sering pula mereka tidak mendapatkan  sesuatu  yang
akan  menaungi  diri mereka dari letupan panas tengah hari tak
ada  tempat  berlindung  dari  kekerasan  alam  yang  ada   di
sekitarnya,  tak ada keamanan dari apa yang mereka takuti atau
dari  yang  akan  menyerbu  mereka  tiba-tiba,   selain   dari
ketabahan  hati  dan  iman  yang begitu mendalam kepada Tuhan.
Keyakinan  mereka  besar  sekali  akan  kebenaran  yang  telah
diberikan Tuhan kepada RasulNya itu.

Selama  tujuh  hari  terus-menerus mereka dalam keadaan serupa
itu. Mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan
lagi  sepanjang  malam  mengarungi  lautan padang pasir. Hanya
karena adanya ketenangan hati kepada Tuhan  dan  adanya  kedip
bintang-bintang yang berkilauan dalam gelap malam itu, membuat
hati dan perasaan mereka terasa lebih aman.

Bilamana kedua orang itu sudah memasuki  daerah  kabilah  Banu
Sahm  dan  datang  pula  Buraida  kepala kabilah itu menyambut
mereka, barulah perasaan kuatir dalam  hatinya  mulai  hilang.
Yakin sekali mereka pertolongan Tuhan itu ada.

Jarak mereka dengan Yathrib kini sudah dekat sekali.

Selama  mereka  dalam  perjalanan yang sungguh meletihkan itu,
berita-berita tentang hijrah Nabi  dan  sahabatnya  yang  akan
menyusul  kawan-kawan  yang  lain,  sudah  tersiar di Yathrib.
Penduduk kota ini sudah mengetahui,  betapa  kedua  orang  ini
mengalami    kekerasan   dari   Quraisy   yang   terus-menerus
membuntuti. Oleh karena itu semua kaum Muslimin tetap  tinggal
di  tempat  itu  menantikan  kedatangan Rasulullah dengan hati
penuh  rindu  ingin  melihatnya,  ingin   mendengarkan   tutur
katanya.  Banyak  di  antara  mereka  itu  yang  belum  pernah
melihatnya, meskipun sudah mendengar  tentang  keadaannya  dan
mengetahui  pesona  bahasanya  serta  keteguhan  pendiriannya.
Semua itu membuat mereka rindu  sekali  ingin  bertemu,  ingin
melihatnya. Orangpun sudah akan dapat mengira-ngirakan, betapa
dalamnya hati mereka itu terangsang tatkala mengetahui,  bahwa
orang-orang  terkemuka  Yathrib  yang sebelum itu belum pernah
melihat  Muhammad  sudah  menjadi  pengikutnya  hanya   karena
mendengar  dari  sahabat-sahabatnya  saja,  kaum Muslimin yang
gigih melakukan dakwah Islam dan sangat  mencintai  Rasulullah
itu.

Sa'id b. Zurara dan Mush'ab b. 'Umair sedang duduk-duduk dalam
salah sebuah kebun  Banu  Zafar.  Beberapa  orang  yang  sudah
menganut  Islam  juga  berkumpul  di sana. Berita ini kemudian
sampai kepada Sa'd b. Mu'adh dan 'Usaid b. Hudzair, yang  pada
waktu     itu    merupakan    pemimpin-pemimpin    golongannya
masing-masing.

"Temui dua orang itu," kata Said kepada 'Usaid,  "yang  datang
ke  daerah  kita  ini  dengan  maksud  supaya orang-orang yang
hina-dina di kalangan kita dapat  merendahkan  keluarga  kita.
Tegur  mereka  itu  dan  cegah.  Sebenarnya Said b. Zurara itu
masih  sepupuku  dari  pihak  ibu,  jadi  saya   tidak   dapat
mendatanginya."

'Usaidpun   pergi   menegur  kedua  orang  itu.  Tapi  Mush'ab
menjawab:

"Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan?" katanya. "Kalau  hal
ini  kau setujui dapatlah kauterima, tapi kalau tidak kausukai
maukah kau lepas tangan?"

"Adil kau,"  kata  'Usaid,  seraya  menancapkan  tombaknya  di
tanah.  Ia  duduk dengan mereka sambil mendengarkan keterangan
Mush'ab, yang  ternyata  sekarang  ia  sudah  menjadi  seorang
Muslim.  Bila ia kembali kepada Sa'd wajahnya sudah tidak lagi
seperti ketika berangkat. Hal ini membuat Sa'd jadi marah. Dia
sendiri  lalu pergi menemui dua orang itu. Tetapi kenyataannya
ia seperti temannya juga.

Karena  pengaruh  kejadian  itu  Sa'd   lalu   pergi   menemui
golongannya dan berkata kepada mereka:

"Hai  Banu 'Abd'l-Asyhal. Apa yang kamu ketahui tentang diriku
di tengah-tengah kamu sekalian?"

"Pemimpin  kami,  yang  paling  dekat  kepada   kami,   dengan
pandangan dan pengalaman yang terpuji," jawab mereka.

"Maka  kata-katamu, baik wanita maupun pria bagiku adalah suci
selama kamu beriman kepada Allah dan RasulNya."

Sejak itu seluruh suku 'Abd'l-Asyhal, pria  dan  wanita  masuk
Islam.

Tersebarnya  Islam  di Yathrib dan keberanian kaum Muslimin di
kota itu sebelum hijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di
luar  dugaan  kaum  Muslimin  Mekah.  Beberapa pemuda Muslimin
dengan  tidak  ragu-ragu  mempermainkan  berhala-berhala  kaum
musyrik  di  sana.  Seseorang  yang  bernama  'Amr bin'l-Jamuh
mempunyai sebuah patung berhala  terbuat  daripada  kayu  yang
dinamainya  Manat,  diletakkan di daerah lingkungannya seperti
biasa dilakukan oleh kaum bangsawan. 'Amr ini  adalah  seorang
pemimpin  Banu Salima dan dari kalangan bangsawan mereka pula.
Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam  malam-malam
mereka mendatangi berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan
kepalanya ke dalam sebuah lubang yang  oleh  penduduk  Yathrib
biasa dipakai tempat buang air.

Bila  pagi-pagi  berhala  itu tidak ada 'Amr mencarinya sampai
diketemukan lagi,  kemudian  dicucinya  dan  dibersihkan  lalu
diletakkannya    kembali   di   tempat   semula,   sambil   ia
menuduh-nuduh  dan   mengancam.   Tetapi   pemuda-pemuda   itu
mengulangi lagi perbuatannya mempermainkan Manat 'Amr itu, dan
diapun setiap hari mencuci  dan  membersihkannya.  Setelah  ia
merasa    kesal    karenanya,    diambilnya    pedangnya   dan
digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: "Kalau kau
memang berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama kau."

Tetapi  keesokan  harinya  ia  sudah kehilangan lagi, dan baru
diketemukannya kembali dalam  sebuah  sumur  tercampur  dengan
bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi.

Sesudah   kemudian   ia  diajak  bicara  oleh  beberapa  orang
pemuka-pemuka masyarakatnya dan sesudah  melihat  dengan  mata
kepala   sendiri   betapa  sesatnya  hidup  dalam  syirik  dan
paganisma itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa  manusia
ke  dalam  jurang  yang  tak  patut lagi bagi seorang manusia,
iapun masuk Islam.

Melihat Islam yang sudah mencapai martabat  begitu  tinggi  di
Yathrib,  akan  mudah sekali orang menilai, betapa memuncaknya
kerinduan  penduduk  kota  itu  ingin   menyambut   kedatangan
Muhammad,  setelah  mereka  mengetahui  ia  sudah  hijrah dari
Mekah. Setiap hari selesai sembahyang Subuh  mereka  pergi  ke
luar  kota  menanti-nantikan  kedatangannya  sampai pada waktu
matahari terbenam dalam hari-hari musim panas bulan Juli.

Dalam pada itu ia sudah di Quba' - dua  farsakh  jauhnya  dari
Medinah.  Empat  hari  ia tinggal di tempat itu, ditemani oleh
Abu Bakr. Selama masa empat hari itu mesjid Quba' dibangunnya.
Sementara  itu  datang  pula  Ali  b.  Abi-Talib ke tempat itu
setelah mengembalikan barang-barang amanat -  yang  dititipkan
kepada  Muhammad - kepada pemilik-pemiliknya di Mekah. Setelah
itu ia sendiri meninggalkan Mekah, menempuh  perjalanannya  ke
Yathrib dengan berjalan kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya
bersembunyi.   Perjuangan   yang   sangat    meletihkan    itu
ditanggungnya  selama  dua  minggu penuh, yaitu untuk menyusul
saudara-saudaranya seagama.

Sementara  kaum  Muslimin  Yathrib  pada  suatu  hari   sedang
menanti-nantikan seperti biasa tiba-tiba datang seorang Yahudi
yang sudah mengetahui  apa  yang  sedang  mereka  lakukan  itu
berteriak kepada mereka.

"Hai, Banu Qaila1 ini dia kawan kamu datang!"

Hari itu adalah hari Jum'at dan Muhammad berjum'at di Medinah.
Di tempat itulah, ke dalam mesjid yang terletak di perut  Wadi
Ranuna  itulah  kaum  Muslimin  datang, masing-masing berusaha
ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan  hati
terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati
yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan
yang selalu namanya disebut pada setiap kali sembahyang.

Orang-orang  terkemuka  di  Medinah  menawarkan diri supaya ia
tinggal pada mereka dengan  segala  persediaan  dan  persiapan
yang  ada. Tetapi ia meminta maaf kepada mereka. Kembali ia ke
atas unta  betinanya,  dipasangnya  tali  keluannya,  lalu  ia
berangkat  melalui  jalan-jalan  di  Yathrib, di tengah-tengah
kaum Muslimin yang ramai  menyambutnya  dan  memberikan  jalan
sepanjang   jalan   yang  diliwatinya  itu.  Seluruh  penduduk
Yathrib, baik  Yahudi  maupun  orang-orang  pagan  menyaksikan
adanya  hidup  baru  yang  bersemarak  dalam  kota mereka itu,
menyaksikan kehadiran seorang pendatang baru, orang besar yang
telah  mempersatukan  Aus  dan Khazraj, yang selama itu saling
bermusuhan, saling berperang. Tidak  terlintas  dalam  pikiran
mereka  -  pada  saat  ini,  saat  transisi  sejarah yang akan
menentukan tujuannya yang baru itu - akan memberikan kemegahan
dan  kebesaran  bagi  kota  mereka,  dan yang akan tetap hidup
selama sejarah ini berkembang.

Dibiarkannya unta itu berjalan. Sesampainya ke  sebuah  tempat
penjemuran   kurma   kepunyaan   dua  orang  anak  yatim  dari
Banu'n-Najjar, unta itu  berlutut  (berhenti).  Ketika  itulah
Rasul turun dari untanya dan bertanya:

"Kepunyaan siapa tempat ini?" tanyanya.

"Kepunyaan  Sahl  dan Suhail b. 'Amr," jawab Ma'adh b. 'Afra'.
Dia adalah wali kedua anak yatim  itu.  Ia  akan  membicarakan
soal  tersebut  dengan  kedua  anak  itu  supaya  mereka puas.
Dimintanya kepada Muhammad  supaya  di  tempat  itu  didirikan
mesjid.

Muhammad  mengabulkan  permintaan tersebut dan dimintanya pula
supaya di tempat itu didirikan mesjid dan tempat-tinggalnya.

Catatan kaki:

1 Aus dan Khazraj (A).
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah

Senin, 20 Februari 2012

Sejarah Hidup Muhammad (17)

Mereka   yakin   itu   adalah   Muhammad  dan  beberapa  orang
sahabatnya. Waktu itu Suraqa b. Malik b. Ju'syum hadir.

"Ah,  mereka  itu  Keluarga  sianu,"  katanya  dengan   maksud
mengelabui  orang  itu,  sebab  dia  sendiri  ingin memperoleh
hadiah seratus ekor unta. Sebentar ia  masih  tinggal  bersama
orang-orang itu. Tetapi kemudian ia segera pulang ke rumahnya.
Disiapkannya  senjatanya  dan  disuruhnya   orang   membawakan
kudanya  ke  tengah-tengah  wadi  supaya waktu ia keluar nanti
tidak dilihat orang.  Selanjutnya  dikendarainya  kudanya  dan
dipacunya ke arah yang disebutkan orang itu tadi.

Sementara  itu  Muhammad  dan  kedua temannya sudah mengaso di
bawah naungan sebuah  batu  besar,  sekadar  beristirahat  dan
menghilangkan  rasa  lelah  sambil  makan-makan dan minum, dan
sekadar mengembalikan tenaga dan kekuatan baru.

Matahari sudah mulai bergelincir, Muhammad dan  Abu  Bakr  pun
sudah  pula  mulai  memikirkan  akan menaiki untanya mengingat
bahwa jaraknya dengan Suraqa sudah makin  dekat.  Dan  sebelum
itu  kuda  Suraqa  sudah  dua kali tersungkur karena terlampau
dikerahkan. Tetapi setelah penunggang kuda itu  melihat  bahwa
ia  sudah  hampir berhasil dan menyusul kedua orang itu - lalu
akan membawa mereka kembali ke Mekah atau membunuh mereka bila
mencoba  membela  diri  -  ia lupa kudanya yang sudah dua kali
tersungkur  itu,  karena  saat  kemenangan  rasanya  sudah  di
tangan.  Akan  tetapi  kuda  itu tersungkur sekali lagi dengan
keras  sekali,  sehingga   penunggangnya   terpelanting   dari
punggung   binatang  itu  dan  jatuh  terhuyung-huyung  dengan
senjatanya. Lalu diramalkan oleh Suraqa bahwa itu suatu alamat
buruk  dan  dia  percaya  bahwa  sang  dewa  telah melarangnya
mengejar sasarannya itu dan bahwa dia akan berada dalam bahaya
besar  apabila  sampai keempat kalinya ia terus berusaha juga.
Sampai di situ ia berhenti dan hanya memanggil-manggil:

"Saya Suraqa bin Ju'syum! Tunggulah,  saya  mau  bicara.  Demi
Allah,  tuan-tuan  jangan  menyangsikan  saya. Saya tidak akan
melakukan sesuatu yang akan merugikan tuan-tuan."

Setelah kedua orang itu berhenti melihat kepadanya, dimintanya
kepada Muhammad supaya menulis sepucuk surat kepadanya sebagai
bukti bagi kedua belah pihak. Dengan permintaan Nabi, Abu Bakr
lalu  menulis surat itu di atas tulang atau tembikar yang lalu
dilemparkannya kepada Suraqa.

Setelah diambilnya oleh Suraqa surat itu  ia  kembali  pulang.
Sekarang,  bila  ada  orang  mau  mengejar  Muhajir  Besar itu
olehnya  dikaburkan,   sesudah   tadinya   ia   sendiri   yang
mengejarnya.

Muhammad   dan   kawannya  itu  kini  berangkat  lagi  melalui
pedalaman Tihama dalam panas terik  yang  dibakar  oleh  pasir
sahara.  Mereka  melintasi  batu-batu karang dan lembah-lembah
curam. Dan sering pula mereka tidak mendapatkan  sesuatu  yang
akan  menaungi  diri mereka dari letupan panas tengah hari tak
ada  tempat  berlindung  dari  kekerasan  alam  yang  ada   di
sekitarnya,  tak ada keamanan dari apa yang mereka takuti atau
dari  yang  akan  menyerbu  mereka  tiba-tiba,   selain   dari
ketabahan  hati  dan  iman  yang begitu mendalam kepada Tuhan.
Keyakinan  mereka  besar  sekali  akan  kebenaran  yang  telah
diberikan Tuhan kepada RasulNya itu.

Selama  tujuh  hari  terus-menerus mereka dalam keadaan serupa
itu. Mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan
lagi  sepanjang  malam  mengarungi  lautan padang pasir. Hanya
karena adanya ketenangan hati kepada Tuhan  dan  adanya  kedip
bintang-bintang yang berkilauan dalam gelap malam itu, membuat
hati dan perasaan mereka terasa lebih aman.

Bilamana kedua orang itu sudah memasuki  daerah  kabilah  Banu
Sahm  dan  datang  pula  Buraida  kepala kabilah itu menyambut
mereka, barulah perasaan kuatir dalam  hatinya  mulai  hilang.
Yakin sekali mereka pertolongan Tuhan itu ada.

Jarak mereka dengan Yathrib kini sudah dekat sekali.

Selama  mereka  dalam  perjalanan yang sungguh meletihkan itu,
berita-berita tentang hijrah Nabi  dan  sahabatnya  yang  akan
menyusul  kawan-kawan  yang  lain,  sudah  tersiar di Yathrib.
Penduduk kota ini sudah mengetahui,  betapa  kedua  orang  ini
mengalami    kekerasan   dari   Quraisy   yang   terus-menerus
membuntuti. Oleh karena itu semua kaum Muslimin tetap  tinggal
di  tempat  itu  menantikan  kedatangan Rasulullah dengan hati
penuh  rindu  ingin  melihatnya,  ingin   mendengarkan   tutur
katanya.  Banyak  di  antara  mereka  itu  yang  belum  pernah
melihatnya, meskipun sudah mendengar  tentang  keadaannya  dan
mengetahui  pesona  bahasanya  serta  keteguhan  pendiriannya.
Semua itu membuat mereka rindu  sekali  ingin  bertemu,  ingin
melihatnya. Orangpun sudah akan dapat mengira-ngirakan, betapa
dalamnya hati mereka itu terangsang tatkala mengetahui,  bahwa
orang-orang  terkemuka  Yathrib  yang sebelum itu belum pernah
melihat  Muhammad  sudah  menjadi  pengikutnya  hanya   karena
mendengar  dari  sahabat-sahabatnya  saja,  kaum Muslimin yang
gigih melakukan dakwah Islam dan sangat  mencintai  Rasulullah
itu.

Sa'id b. Zurara dan Mush'ab b. 'Umair sedang duduk-duduk dalam
salah sebuah kebun  Banu  Zafar.  Beberapa  orang  yang  sudah
menganut  Islam  juga  berkumpul  di sana. Berita ini kemudian
sampai kepada Sa'd b. Mu'adh dan 'Usaid b. Hudzair, yang  pada
waktu     itu    merupakan    pemimpin-pemimpin    golongannya
masing-masing.

"Temui dua orang itu," kata Said kepada 'Usaid,  "yang  datang
ke  daerah  kita  ini  dengan  maksud  supaya orang-orang yang
hina-dina di kalangan kita dapat  merendahkan  keluarga  kita.
Tegur  mereka  itu  dan  cegah.  Sebenarnya Said b. Zurara itu
masih  sepupuku  dari  pihak  ibu,  jadi  saya   tidak   dapat
mendatanginya."

'Usaidpun   pergi   menegur  kedua  orang  itu.  Tapi  Mush'ab
menjawab:

"Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan?" katanya. "Kalau  hal
ini  kau setujui dapatlah kauterima, tapi kalau tidak kausukai
maukah kau lepas tangan?"

"Adil kau,"  kata  'Usaid,  seraya  menancapkan  tombaknya  di
tanah.  Ia  duduk dengan mereka sambil mendengarkan keterangan
Mush'ab, yang  ternyata  sekarang  ia  sudah  menjadi  seorang
Muslim.  Bila ia kembali kepada Sa'd wajahnya sudah tidak lagi
seperti ketika berangkat. Hal ini membuat Sa'd jadi marah. Dia
sendiri  lalu pergi menemui dua orang itu. Tetapi kenyataannya
ia seperti temannya juga.

Karena  pengaruh  kejadian  itu  Sa'd   lalu   pergi   menemui
golongannya dan berkata kepada mereka:

"Hai  Banu 'Abd'l-Asyhal. Apa yang kamu ketahui tentang diriku
di tengah-tengah kamu sekalian?"

"Pemimpin  kami,  yang  paling  dekat  kepada   kami,   dengan
pandangan dan pengalaman yang terpuji," jawab mereka.

"Maka  kata-katamu, baik wanita maupun pria bagiku adalah suci
selama kamu beriman kepada Allah dan RasulNya."

Sejak itu seluruh suku 'Abd'l-Asyhal, pria  dan  wanita  masuk
Islam.

Tersebarnya  Islam  di Yathrib dan keberanian kaum Muslimin di
kota itu sebelum hijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di
luar  dugaan  kaum  Muslimin  Mekah.  Beberapa pemuda Muslimin
dengan  tidak  ragu-ragu  mempermainkan  berhala-berhala  kaum
musyrik  di  sana.  Seseorang  yang  bernama  'Amr bin'l-Jamuh
mempunyai sebuah patung berhala  terbuat  daripada  kayu  yang
dinamainya  Manat,  diletakkan di daerah lingkungannya seperti
biasa dilakukan oleh kaum bangsawan. 'Amr ini  adalah  seorang
pemimpin  Banu Salima dan dari kalangan bangsawan mereka pula.
Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam  malam-malam
mereka mendatangi berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan
kepalanya ke dalam sebuah lubang yang  oleh  penduduk  Yathrib
biasa dipakai tempat buang air.

Bila  pagi-pagi  berhala  itu tidak ada 'Amr mencarinya sampai
diketemukan lagi,  kemudian  dicucinya  dan  dibersihkan  lalu
diletakkannya    kembali   di   tempat   semula,   sambil   ia
menuduh-nuduh  dan   mengancam.   Tetapi   pemuda-pemuda   itu
mengulangi lagi perbuatannya mempermainkan Manat 'Amr itu, dan
diapun setiap hari mencuci  dan  membersihkannya.  Setelah  ia
merasa    kesal    karenanya,    diambilnya    pedangnya   dan
digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: "Kalau kau
memang berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama kau."

Tetapi  keesokan  harinya  ia  sudah kehilangan lagi, dan baru
diketemukannya kembali dalam  sebuah  sumur  tercampur  dengan
bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi.

Sesudah   kemudian   ia  diajak  bicara  oleh  beberapa  orang
pemuka-pemuka masyarakatnya dan sesudah  melihat  dengan  mata
kepala   sendiri   betapa  sesatnya  hidup  dalam  syirik  dan
paganisma itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa  manusia
ke  dalam  jurang  yang  tak  patut lagi bagi seorang manusia,
iapun masuk Islam.

Melihat Islam yang sudah mencapai martabat  begitu  tinggi  di
Yathrib,  akan  mudah sekali orang menilai, betapa memuncaknya
kerinduan  penduduk  kota  itu  ingin   menyambut   kedatangan
Muhammad,  setelah  mereka  mengetahui  ia  sudah  hijrah dari
Mekah. Setiap hari selesai sembahyang Subuh  mereka  pergi  ke
luar  kota  menanti-nantikan  kedatangannya  sampai pada waktu
matahari terbenam dalam hari-hari musim panas bulan Juli.

Dalam pada itu ia sudah di Quba' - dua  farsakh  jauhnya  dari
Medinah.  Empat  hari  ia tinggal di tempat itu, ditemani oleh
Abu Bakr. Selama masa empat hari itu mesjid Quba' dibangunnya.
Sementara  itu  datang  pula  Ali  b.  Abi-Talib ke tempat itu
setelah mengembalikan barang-barang amanat -  yang  dititipkan
kepada  Muhammad - kepada pemilik-pemiliknya di Mekah. Setelah
itu ia sendiri meninggalkan Mekah, menempuh  perjalanannya  ke
Yathrib dengan berjalan kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya
bersembunyi.   Perjuangan   yang   sangat    meletihkan    itu
ditanggungnya  selama  dua  minggu penuh, yaitu untuk menyusul
saudara-saudaranya seagama.

Sementara  kaum  Muslimin  Yathrib  pada  suatu  hari   sedang
menanti-nantikan seperti biasa tiba-tiba datang seorang Yahudi
yang sudah mengetahui  apa  yang  sedang  mereka  lakukan  itu
berteriak kepada mereka.

"Hai, Banu Qaila1 ini dia kawan kamu datang!"

Hari itu adalah hari Jum'at dan Muhammad berjum'at di Medinah.
Di tempat itulah, ke dalam mesjid yang terletak di perut  Wadi
Ranuna  itulah  kaum  Muslimin  datang, masing-masing berusaha
ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan  hati
terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati
yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan
yang selalu namanya disebut pada setiap kali sembahyang.

Orang-orang  terkemuka  di  Medinah  menawarkan diri supaya ia
tinggal pada mereka dengan  segala  persediaan  dan  persiapan
yang  ada. Tetapi ia meminta maaf kepada mereka. Kembali ia ke
atas unta  betinanya,  dipasangnya  tali  keluannya,  lalu  ia
berangkat  melalui  jalan-jalan  di  Yathrib, di tengah-tengah
kaum Muslimin yang ramai  menyambutnya  dan  memberikan  jalan
sepanjang   jalan   yang  diliwatinya  itu.  Seluruh  penduduk
Yathrib, baik  Yahudi  maupun  orang-orang  pagan  menyaksikan
adanya  hidup  baru  yang  bersemarak  dalam  kota mereka itu,
menyaksikan kehadiran seorang pendatang baru, orang besar yang
telah  mempersatukan  Aus  dan Khazraj, yang selama itu saling
bermusuhan, saling berperang. Tidak  terlintas  dalam  pikiran
mereka  -  pada  saat  ini,  saat  transisi  sejarah yang akan
menentukan tujuannya yang baru itu - akan memberikan kemegahan
dan  kebesaran  bagi  kota  mereka,  dan yang akan tetap hidup
selama sejarah ini berkembang.

Dibiarkannya unta itu berjalan. Sesampainya ke  sebuah  tempat
penjemuran   kurma   kepunyaan   dua  orang  anak  yatim  dari
Banu'n-Najjar, unta itu  berlutut  (berhenti).  Ketika  itulah
Rasul turun dari untanya dan bertanya:

"Kepunyaan siapa tempat ini?" tanyanya.

"Kepunyaan  Sahl  dan Suhail b. 'Amr," jawab Ma'adh b. 'Afra'.
Dia adalah wali kedua anak yatim  itu.  Ia  akan  membicarakan
soal  tersebut  dengan  kedua  anak  itu  supaya  mereka puas.
Dimintanya kepada Muhammad  supaya  di  tempat  itu  didirikan
mesjid.

Muhammad  mengabulkan  permintaan tersebut dan dimintanya pula
supaya di tempat itu didirikan mesjid dan tempat-tinggalnya.

Catatan kaki:

1 Aus dan Khazraj (A).
 
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez