1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha  Penyayang[1].
 [1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan  menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan  menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya.  Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan  sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang  membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang  memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya,  sedang ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah  senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya  kepada makhluk-Nya. 
2. Segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta  alam[3].
[2] Alhamdu (segala puji). Memuji orang adalah  karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka  memuji Allah berrati: menyanjung-Nya karena perbuatanNya yang baik. Lain halnya  dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang  diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber  dari segala kebaikan yang patut dipuji.
[3] Rabb (Tuhan) berarti:  Tuhan yang ditaati Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafal rabb  tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti  rabbul bait (tuan rumah).
'Alamiin (semesta alam): semua yang  diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam  manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya.  ALlah pencipta semua alam-alam itu. 
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 
4. Yang menguasai[4] di Hari Pembalasan[5]. 
[4] Maalik (Yang Menguasai) dengan memanjangkan  mim,ia berarti: pemilik. Dapat pula dibaca dengan Malik (dengan  memendekkan mim), artinya: Raja.
[5] Yaumiddin (Hari  Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan  amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah,  yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya. 
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan hanya kepada  Engkaulah kami meminta pertolongan[7].
[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat:  kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran  Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai  kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[7] Nasta'iin (minta  pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk  dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga  sendiri.
6. Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus,
[8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata  hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud  dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. 
7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan  (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang  sesat.[9]
[9] Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan  mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam. 
 
