Namaku Zahra. Aku masih duduk di bangku SMA. Karena
seringnya membaca dan mengikuti training motivasi pikirankupun selalu dipenuhi
dengan daftar impian dan target tercapainya. Di dalam otakku ini berderet
tulisan dan gambar semua hal yang aku inginkan. Mulai dari daftar belanjaan
sampai aku ingin menjadi inilah itulah. Yang pastinya semuanya indah.
Memang hal tersebut berdampak baik kepada pikiran dan
semangatku. Karena dengan motivasi-motivasi itu kemalasan dan pikiran negative dapat
kuredam. Tapi aku lupa pada jati diriku yang sesungguhnya. Aku lupa bahwa aku
adalah seorang muslimah. Impian-impian itu membuatku lupa akan kuasa Allah. Impian-impian
itu membuatku lupa akan hari kekal nanti yaitu akhirat. Di dalam pikiranku
hanya nikmatnya dunia saja dan melupakan hari pertemuan dengan Allah nanti.
Aku baru menyadari semua itu ketika aku telah menjadi
seorang mahasiswi. Aku disadarkan akan kata-kata dari seorang ustadz yang
memberikan kajian di mesjid di kampus. Seketika saat itu hanya istigfar yang
terucap dalam hatiku.
Langkahku yang selama ini begitu cepat untuk mencapai suatu
tujuan adalah sebuah kesalahan. Aku hanya terus berusaha namun tak pernah
percaya akan kuasa Allah. Aku seakan-akan berTuhankan pikiran positif dan
motivasi. Padahal Allahlah Tuhanku dan tak pantas aku menduakanNya.
“Ya Allah, aku mohon ampun. Aku terhipnotis. Aku lalai.”
Mulai hari itu aku mengubah jalan hidupku. Kutempatkan
pikiran positif dan motivasi itu sebagai ikhtiar dan di dalam ikhtiar itu
kusematkan ibadah sehingga ikhtiar itu menjadi ibadah. Kuniatkan semua yang kulakukan semata-mata
ibadah kepadaNya. Kini kutak memikirkan lagi target-target impanku itu. Kini
aku memegang sebuah kalimat dari ustadz itu “usahaku ibadahku, hasilnya
kubertawakal kepada Allah. Aku yakin Allah tahu yang terbaik untukku. Belum tentu yang aku inginkan itu baik
untukku, ku serahkan padaMu Ya Allah”
Aku ingin sukses dunia tapi tak melupakan akhirat.
Aku ingin sukses akhirat tapi tak melupakan dunia.
Aku ingin keduanya seimbang.
Sebulan
telah berlalu dengan segala kegiatan yang menyeimbangkan keduanya. Tak percaya rasanya yang terjadi. Hari demi
hari tanpa target impian itu, hal-hal indahpun terjadi dalam hidupku.
Subhanallah, kuasa Allah. Ada-ada saja cara Allah menuntunku.
1.
Aku ingin menjadi seorang pengajar
Inilah doaku beberapa bulan yang lalu, aku ingin menjadi pengajar karena
hal itu bisa menjadi bekalku di akhirat pula. Aku ingin walaupun jasadku sudah
tak ada lagi di dunia namun aliran pahala tetap terus mengalir kepadaku. Amal
jariyah lewat ilmu yang pernah kusampaikan.
Dalam doaku saat itu, aku berkata dalam hatiku “Ya Allah, aku ingin
menjadi seperti pengajar-pengajar itu. Bermanfaat bagi orang lain dan menjadi
amal jariyahku kelak.”. Setelah berdoa aku berikhtiar dengan terus menuntut
ilmu.
Sebulan kemudian, ada panggilan menjadi pengajar dari seorang temanku. “subhanallah,
jalan Allah memang indah pada waktunya.” Itulah ucapan yang terucap dari
bibirku. Tak percaya tapi itulah Kuasa Allah. “KunFayakun”
2.
Aku ingin berubah menjadi lebih baik dari
kemarin. Aku ingin tobab nasuha Ya Allah.
Bagian ini sangat banyak
cabangnya. Maklum aku hanyalah manusia biasa. Dipenuhi dengan dosa. Hari itu,
hatiku menangis. Menangisi dosa-dosa yang kian hari bertambah seperti air dalam
lautan. Saat it aku berdoa “Ya Allah, ampuni hambaMu ini. Bantu hamba keluar
dari dosa-dosa. Tuntun hamba menuju jalanMu”.
Dan apakah yang terjadi??
Doa itu terus kuucap dalam
shalatku. Sampai ketika scenario Allah terjadi. Hari itu, entah bagaimana bisa
aku ikut pada seorang teman yang tidak terlalu dekat denganku sebelumnya. Aku
hanya sekedar mengikutinya karena saat itu tak ada yang menemaniku, dan
ternyata kecantol pada aktivitas dia pula. Hari itu aku mulai ikut
kajian-kajian dan atas jasanya lah aku bisa sedikit demi sedikit keluar dari
kehidupanku sebelumnya. Dia mengenalkanku tentang apa it Islam, bagaimana itu
Islam.
“subhanallah, Allah menyayangi kita semua. Kita berusaha dekat denganNya dengan
merangkak Allah akan berjalan menuju kita. Kita berjalan, Allah berlari menuju
kita”
Dan sekarang aku memegang sebuah
prinsip kehidupan yang terucap dari lisan ayahku “JIKA ALLAH BERSAMAMU TAK ADA
YANG DAPAT MENGALAHKANMU,*SYARAT DAN KETENTUAN BERLAKU (KERJAKAN PERINTAHNYA,
JAUHI LARANGANNYA)”
1 lagi, semua indah pada
waktunya. Allah lebih tahu yang terbaik untuk kita. Jangan paksakan
keinginan-keinginanmu, karena itu akan membuatmu menjadikannya sebagai Tuhanmu. Nikmati prosesnya sebagai sebuah
ibadah untuk Allah SWT. Hasilnya kita tawakal kepadaNya.