Jumat, 29 Juni 2012

Semua indah pada waktunya

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 15.07

Namaku Zahra. Aku masih duduk di bangku SMA. Karena seringnya membaca dan mengikuti training motivasi pikirankupun selalu dipenuhi dengan daftar impian dan target tercapainya. Di dalam otakku ini berderet tulisan dan gambar semua hal yang aku inginkan. Mulai dari daftar belanjaan sampai aku ingin menjadi inilah itulah. Yang pastinya semuanya indah.

Memang hal tersebut berdampak baik kepada pikiran dan semangatku. Karena dengan motivasi-motivasi itu kemalasan dan pikiran negative dapat kuredam. Tapi aku lupa pada jati diriku yang sesungguhnya. Aku lupa bahwa aku adalah seorang muslimah. Impian-impian itu membuatku lupa akan kuasa Allah. Impian-impian itu membuatku lupa akan hari kekal nanti yaitu akhirat. Di dalam pikiranku hanya nikmatnya dunia saja dan melupakan hari pertemuan dengan Allah nanti.

Aku baru menyadari semua itu ketika aku telah menjadi seorang mahasiswi. Aku disadarkan akan kata-kata dari seorang ustadz yang memberikan kajian di mesjid di kampus. Seketika saat itu hanya istigfar yang terucap dalam hatiku.

Langkahku yang selama ini begitu cepat untuk mencapai suatu tujuan adalah sebuah kesalahan. Aku hanya terus berusaha namun tak pernah percaya akan kuasa Allah. Aku seakan-akan berTuhankan pikiran positif dan motivasi. Padahal Allahlah Tuhanku dan tak pantas aku menduakanNya.

“Ya Allah, aku mohon ampun. Aku terhipnotis. Aku lalai.”

Mulai hari itu aku mengubah jalan hidupku. Kutempatkan pikiran positif dan motivasi itu sebagai ikhtiar dan di dalam ikhtiar itu kusematkan ibadah sehingga ikhtiar itu menjadi ibadah.  Kuniatkan semua yang kulakukan semata-mata ibadah kepadaNya. Kini kutak memikirkan lagi target-target impanku itu. Kini aku memegang sebuah kalimat dari ustadz itu “usahaku ibadahku, hasilnya kubertawakal kepada Allah. Aku yakin Allah tahu yang terbaik untukku.  Belum tentu yang aku inginkan itu baik untukku, ku serahkan padaMu Ya Allah”

Aku ingin sukses dunia tapi tak melupakan akhirat.
Aku ingin sukses akhirat tapi tak melupakan dunia.
Aku ingin keduanya seimbang.


         Sebulan telah berlalu dengan segala kegiatan yang menyeimbangkan keduanya.  Tak percaya rasanya yang terjadi. Hari demi hari tanpa target impian itu, hal-hal indahpun terjadi dalam hidupku. Subhanallah, kuasa Allah. Ada-ada saja cara Allah menuntunku.

1.       Aku ingin menjadi seorang pengajar
Inilah doaku beberapa bulan yang lalu, aku ingin menjadi pengajar karena hal itu bisa menjadi bekalku di akhirat pula. Aku ingin walaupun jasadku sudah tak ada lagi di dunia namun aliran pahala tetap terus mengalir kepadaku. Amal jariyah lewat ilmu yang pernah kusampaikan.

Dalam doaku saat itu, aku berkata dalam hatiku “Ya Allah, aku ingin menjadi seperti pengajar-pengajar itu. Bermanfaat bagi orang lain dan menjadi amal jariyahku kelak.”. Setelah berdoa aku berikhtiar dengan terus menuntut ilmu.

Sebulan kemudian, ada panggilan menjadi pengajar dari seorang temanku. “subhanallah, jalan Allah memang indah pada waktunya.” Itulah ucapan yang terucap dari bibirku. Tak percaya tapi itulah Kuasa Allah. “KunFayakun”

2.       Aku ingin berubah menjadi lebih baik dari kemarin. Aku ingin tobab nasuha Ya Allah.

Bagian ini sangat banyak cabangnya. Maklum aku hanyalah manusia biasa. Dipenuhi dengan dosa. Hari itu, hatiku menangis. Menangisi dosa-dosa yang kian hari bertambah seperti air dalam lautan. Saat it aku berdoa “Ya Allah, ampuni hambaMu ini. Bantu hamba keluar dari dosa-dosa. Tuntun hamba menuju jalanMu”.

Dan apakah yang terjadi??

Doa itu terus kuucap dalam shalatku. Sampai ketika scenario Allah terjadi. Hari itu, entah bagaimana bisa aku ikut pada seorang teman yang tidak terlalu dekat denganku sebelumnya. Aku hanya sekedar mengikutinya karena saat itu tak ada yang menemaniku, dan ternyata kecantol pada aktivitas dia pula. Hari itu aku mulai ikut kajian-kajian dan atas jasanya lah aku bisa sedikit demi sedikit keluar dari kehidupanku sebelumnya. Dia mengenalkanku tentang apa it Islam, bagaimana itu Islam. 
“subhanallah, Allah menyayangi kita semua. Kita berusaha dekat denganNya dengan merangkak Allah akan berjalan menuju kita. Kita berjalan, Allah berlari menuju kita”


Dan sekarang aku memegang sebuah prinsip kehidupan yang terucap dari lisan ayahku “JIKA ALLAH BERSAMAMU TAK ADA YANG DAPAT MENGALAHKANMU,*SYARAT DAN KETENTUAN BERLAKU (KERJAKAN PERINTAHNYA, JAUHI LARANGANNYA)”


1 lagi, semua indah pada waktunya. Allah lebih tahu yang terbaik untuk kita. Jangan paksakan keinginan-keinginanmu, karena itu akan membuatmu menjadikannya sebagai  Tuhanmu. Nikmati prosesnya sebagai sebuah ibadah untuk Allah SWT. Hasilnya kita tawakal kepadaNya.




Jumat, 29 Juni 2012

Semua indah pada waktunya


Namaku Zahra. Aku masih duduk di bangku SMA. Karena seringnya membaca dan mengikuti training motivasi pikirankupun selalu dipenuhi dengan daftar impian dan target tercapainya. Di dalam otakku ini berderet tulisan dan gambar semua hal yang aku inginkan. Mulai dari daftar belanjaan sampai aku ingin menjadi inilah itulah. Yang pastinya semuanya indah.

Memang hal tersebut berdampak baik kepada pikiran dan semangatku. Karena dengan motivasi-motivasi itu kemalasan dan pikiran negative dapat kuredam. Tapi aku lupa pada jati diriku yang sesungguhnya. Aku lupa bahwa aku adalah seorang muslimah. Impian-impian itu membuatku lupa akan kuasa Allah. Impian-impian itu membuatku lupa akan hari kekal nanti yaitu akhirat. Di dalam pikiranku hanya nikmatnya dunia saja dan melupakan hari pertemuan dengan Allah nanti.

Aku baru menyadari semua itu ketika aku telah menjadi seorang mahasiswi. Aku disadarkan akan kata-kata dari seorang ustadz yang memberikan kajian di mesjid di kampus. Seketika saat itu hanya istigfar yang terucap dalam hatiku.

Langkahku yang selama ini begitu cepat untuk mencapai suatu tujuan adalah sebuah kesalahan. Aku hanya terus berusaha namun tak pernah percaya akan kuasa Allah. Aku seakan-akan berTuhankan pikiran positif dan motivasi. Padahal Allahlah Tuhanku dan tak pantas aku menduakanNya.

“Ya Allah, aku mohon ampun. Aku terhipnotis. Aku lalai.”

Mulai hari itu aku mengubah jalan hidupku. Kutempatkan pikiran positif dan motivasi itu sebagai ikhtiar dan di dalam ikhtiar itu kusematkan ibadah sehingga ikhtiar itu menjadi ibadah.  Kuniatkan semua yang kulakukan semata-mata ibadah kepadaNya. Kini kutak memikirkan lagi target-target impanku itu. Kini aku memegang sebuah kalimat dari ustadz itu “usahaku ibadahku, hasilnya kubertawakal kepada Allah. Aku yakin Allah tahu yang terbaik untukku.  Belum tentu yang aku inginkan itu baik untukku, ku serahkan padaMu Ya Allah”

Aku ingin sukses dunia tapi tak melupakan akhirat.
Aku ingin sukses akhirat tapi tak melupakan dunia.
Aku ingin keduanya seimbang.


         Sebulan telah berlalu dengan segala kegiatan yang menyeimbangkan keduanya.  Tak percaya rasanya yang terjadi. Hari demi hari tanpa target impian itu, hal-hal indahpun terjadi dalam hidupku. Subhanallah, kuasa Allah. Ada-ada saja cara Allah menuntunku.

1.       Aku ingin menjadi seorang pengajar
Inilah doaku beberapa bulan yang lalu, aku ingin menjadi pengajar karena hal itu bisa menjadi bekalku di akhirat pula. Aku ingin walaupun jasadku sudah tak ada lagi di dunia namun aliran pahala tetap terus mengalir kepadaku. Amal jariyah lewat ilmu yang pernah kusampaikan.

Dalam doaku saat itu, aku berkata dalam hatiku “Ya Allah, aku ingin menjadi seperti pengajar-pengajar itu. Bermanfaat bagi orang lain dan menjadi amal jariyahku kelak.”. Setelah berdoa aku berikhtiar dengan terus menuntut ilmu.

Sebulan kemudian, ada panggilan menjadi pengajar dari seorang temanku. “subhanallah, jalan Allah memang indah pada waktunya.” Itulah ucapan yang terucap dari bibirku. Tak percaya tapi itulah Kuasa Allah. “KunFayakun”

2.       Aku ingin berubah menjadi lebih baik dari kemarin. Aku ingin tobab nasuha Ya Allah.

Bagian ini sangat banyak cabangnya. Maklum aku hanyalah manusia biasa. Dipenuhi dengan dosa. Hari itu, hatiku menangis. Menangisi dosa-dosa yang kian hari bertambah seperti air dalam lautan. Saat it aku berdoa “Ya Allah, ampuni hambaMu ini. Bantu hamba keluar dari dosa-dosa. Tuntun hamba menuju jalanMu”.

Dan apakah yang terjadi??

Doa itu terus kuucap dalam shalatku. Sampai ketika scenario Allah terjadi. Hari itu, entah bagaimana bisa aku ikut pada seorang teman yang tidak terlalu dekat denganku sebelumnya. Aku hanya sekedar mengikutinya karena saat itu tak ada yang menemaniku, dan ternyata kecantol pada aktivitas dia pula. Hari itu aku mulai ikut kajian-kajian dan atas jasanya lah aku bisa sedikit demi sedikit keluar dari kehidupanku sebelumnya. Dia mengenalkanku tentang apa it Islam, bagaimana itu Islam. 
“subhanallah, Allah menyayangi kita semua. Kita berusaha dekat denganNya dengan merangkak Allah akan berjalan menuju kita. Kita berjalan, Allah berlari menuju kita”


Dan sekarang aku memegang sebuah prinsip kehidupan yang terucap dari lisan ayahku “JIKA ALLAH BERSAMAMU TAK ADA YANG DAPAT MENGALAHKANMU,*SYARAT DAN KETENTUAN BERLAKU (KERJAKAN PERINTAHNYA, JAUHI LARANGANNYA)”


1 lagi, semua indah pada waktunya. Allah lebih tahu yang terbaik untuk kita. Jangan paksakan keinginan-keinginanmu, karena itu akan membuatmu menjadikannya sebagai  Tuhanmu. Nikmati prosesnya sebagai sebuah ibadah untuk Allah SWT. Hasilnya kita tawakal kepadaNya.




 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez