Sabtu, 17 Agustus 2013

Al-Barra bin Azib Al-Ausi Al-Anshari

Diposting oleh Rahmi Andriyani Syam di 20.50
Al-Barra masuk Islam tatkala masih anak-anak, ketika Nabi SAW belum melak-sanakan hijrah ke Madinah. Makanya, Nabi menolaknya ketika ia mengajukan diri untuk ikut maju dalam Perang Badar dan Perang Uhud. Ya, wa­lau masih kecil, Al-Barra sudah memiliki nyali yang besar dan berjiwa pemberani. Ia baru diizinkan ikut maju dalam perang, yakni dalam Perang Khandaq, setelah dewasa. Perang Khandaq (Perang Parit) terjadi pada tahun ke-5 Hijriyah.
Al-Barra dibesarkan dalam keluarga Azib, yang sudah menjadi sahabat Nabi, sehingga ia terbentuk dalam didikan keislaman yang kuat.
Dalam lima tahun, Al-Barra sempat ikut dalam 15 pertempuran di bawah pimpinan Rasulullah langsung.
Al-Barra dikaruniai umur panjang. Kiprahnya di masa Abu Bakar Shiddiq juga sangat memukau. Di bawah koman­do khalifah pertama itu, ia ikut bertempur menghadapi kaum murtadin, yang ba­nyak bermunculan sepeninggal Nabi Mu­hammad SAW. Ketika itu juga banyak orang mengaku sebagai nabi, sehingga harus diperangi, karena dapat memur­tadkan kaum muslimin yang tingkat ke­imanannya masih labil.
Selanjutnya Al-Barra juga ikut dalam penaklukan Irak dan Syam, yang men­jadi bagian imperium Romawi Timur, de­ngan ibu kotanya Bizantium. Ia pun ikut dalam penaklukan kota Tustur, yang ter­golong kota terbesar di wilayah Balu­khistan, di bawah komando Abu Musa Al-Asy’ari. Al-Barra juga memimpin pe­rang dalam penaklukan Dasbuti Ar-Razi, sebuah wilayah besar yang mencakup hampir 90 desa.
Kariernya terus meningkat, ia ditun­juk memimpin wilayah Qazwin ketika Al-Mughirah bin Syu’bah menjadi gubernur di Kufah. Penghuni Qazwin tidak me­lakukan perlawanan sama sekali ketika tentara yang dipimpinnya memasuki kota itu. Mereka mengajak berdamai.
Qazwin memang dijadikan sasaran utama kaum muslimin, karena di sana ada benteng pertahanan yang kokoh. Na­mun sebelum mencapai Qazwin, ten­tara yang dipimpin Al-Barra harus me­lewati Dailam, terus ke kota Abhar, se­hingga pertempuran pun tak terelakkan.
Tanpa dinyana, musuh di Dailam minta berdamai dan jaminan keamanan. Tentu saja hal itu diterima oleh Al-Barra. Ditambah lagi, ia masih harus memusat­kan perhatiannya kepada Qazwin.
Ketika tiba waktunya untuk menye­rang Qazwin, Al-Barra, yang berencana akan mengepung benteng Qazwin, men­dapat informasi bahwa penguasa di sana minta bantuan kepada Persia. Rupanya nyali mereka  sudah ciut menghadapi pasukan Islam, sehingga ketika bantuan yang diharapkan tidak kunjung datang, meski telah disepakati, dan tentara Islam ternyata telah berada di depan mata, tanpa pikir panjang lagi mereka menga­jukan permintaan damai.
Al-Barra menyambut baik perminta­an damai itu, karena itu berarti keme­nangan dan penghematan tenaga yang sa­ngat berarti. Tugas tentara Islam ma­sih akan terus berdatangan, meski de­ngan komandan yang berbeda.
Medan pertempuran yang dihadapi kali itu lain sama sekali, yaitu pegunung­an dan ngarai yang belum pernah me­reka kenal. Namun demikian tentara yang dipimpin Al-Barra mampu menak­luk­kan wilayah Khabilan dan Zanjan, mes­ki dengan kekerasan.
Setelah itu Al-Barra memutuskan membawa keluarganya menetap di Kufah pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab.
Pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, ia ikut terlibat dalam Perang Ja­mal dan Perang Shiffin, memerangi ke­lom­pok Khawarij, yang membangkang kepada Khalifah.
Al-Barra meriwayatkan 305 hadits Nabi SAW. Ia menerima riwayat dari ayah­nya, dari Khalifah Abu Bakar dan Umar, serta dari sahabat senior dan yunior.
Selain kuat imannya, ia juga dikenal amat dermawan, bijak, jujur, dan terper­caya. Ia hidup dalam naungan Islam yang agung.
Walau wafat tidak di medan pertem­puran, perjuangan hidupnya meninggal­kan keteladanan seorang mujahid yang penuh keberanian.
Semoga Allah meridhai perjuangan­nya. Amin.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Al-Barra bin Azib Al-Ausi Al-Anshari

Al-Barra masuk Islam tatkala masih anak-anak, ketika Nabi SAW belum melak-sanakan hijrah ke Madinah. Makanya, Nabi menolaknya ketika ia mengajukan diri untuk ikut maju dalam Perang Badar dan Perang Uhud. Ya, wa­lau masih kecil, Al-Barra sudah memiliki nyali yang besar dan berjiwa pemberani. Ia baru diizinkan ikut maju dalam perang, yakni dalam Perang Khandaq, setelah dewasa. Perang Khandaq (Perang Parit) terjadi pada tahun ke-5 Hijriyah.
Al-Barra dibesarkan dalam keluarga Azib, yang sudah menjadi sahabat Nabi, sehingga ia terbentuk dalam didikan keislaman yang kuat.
Dalam lima tahun, Al-Barra sempat ikut dalam 15 pertempuran di bawah pimpinan Rasulullah langsung.
Al-Barra dikaruniai umur panjang. Kiprahnya di masa Abu Bakar Shiddiq juga sangat memukau. Di bawah koman­do khalifah pertama itu, ia ikut bertempur menghadapi kaum murtadin, yang ba­nyak bermunculan sepeninggal Nabi Mu­hammad SAW. Ketika itu juga banyak orang mengaku sebagai nabi, sehingga harus diperangi, karena dapat memur­tadkan kaum muslimin yang tingkat ke­imanannya masih labil.
Selanjutnya Al-Barra juga ikut dalam penaklukan Irak dan Syam, yang men­jadi bagian imperium Romawi Timur, de­ngan ibu kotanya Bizantium. Ia pun ikut dalam penaklukan kota Tustur, yang ter­golong kota terbesar di wilayah Balu­khistan, di bawah komando Abu Musa Al-Asy’ari. Al-Barra juga memimpin pe­rang dalam penaklukan Dasbuti Ar-Razi, sebuah wilayah besar yang mencakup hampir 90 desa.
Kariernya terus meningkat, ia ditun­juk memimpin wilayah Qazwin ketika Al-Mughirah bin Syu’bah menjadi gubernur di Kufah. Penghuni Qazwin tidak me­lakukan perlawanan sama sekali ketika tentara yang dipimpinnya memasuki kota itu. Mereka mengajak berdamai.
Qazwin memang dijadikan sasaran utama kaum muslimin, karena di sana ada benteng pertahanan yang kokoh. Na­mun sebelum mencapai Qazwin, ten­tara yang dipimpin Al-Barra harus me­lewati Dailam, terus ke kota Abhar, se­hingga pertempuran pun tak terelakkan.
Tanpa dinyana, musuh di Dailam minta berdamai dan jaminan keamanan. Tentu saja hal itu diterima oleh Al-Barra. Ditambah lagi, ia masih harus memusat­kan perhatiannya kepada Qazwin.
Ketika tiba waktunya untuk menye­rang Qazwin, Al-Barra, yang berencana akan mengepung benteng Qazwin, men­dapat informasi bahwa penguasa di sana minta bantuan kepada Persia. Rupanya nyali mereka  sudah ciut menghadapi pasukan Islam, sehingga ketika bantuan yang diharapkan tidak kunjung datang, meski telah disepakati, dan tentara Islam ternyata telah berada di depan mata, tanpa pikir panjang lagi mereka menga­jukan permintaan damai.
Al-Barra menyambut baik perminta­an damai itu, karena itu berarti keme­nangan dan penghematan tenaga yang sa­ngat berarti. Tugas tentara Islam ma­sih akan terus berdatangan, meski de­ngan komandan yang berbeda.
Medan pertempuran yang dihadapi kali itu lain sama sekali, yaitu pegunung­an dan ngarai yang belum pernah me­reka kenal. Namun demikian tentara yang dipimpin Al-Barra mampu menak­luk­kan wilayah Khabilan dan Zanjan, mes­ki dengan kekerasan.
Setelah itu Al-Barra memutuskan membawa keluarganya menetap di Kufah pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab.
Pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, ia ikut terlibat dalam Perang Ja­mal dan Perang Shiffin, memerangi ke­lom­pok Khawarij, yang membangkang kepada Khalifah.
Al-Barra meriwayatkan 305 hadits Nabi SAW. Ia menerima riwayat dari ayah­nya, dari Khalifah Abu Bakar dan Umar, serta dari sahabat senior dan yunior.
Selain kuat imannya, ia juga dikenal amat dermawan, bijak, jujur, dan terper­caya. Ia hidup dalam naungan Islam yang agung.
Walau wafat tidak di medan pertem­puran, perjuangan hidupnya meninggal­kan keteladanan seorang mujahid yang penuh keberanian.
Semoga Allah meridhai perjuangan­nya. Amin.
 

Thinkmii Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez